26. [Rindu bunda]

195 39 46
                                    

Yura sudah pulang kerumahnya. Setelah ia menghabiskan waktunya untuk kelompok di rumah Laras. Ia merasa lelah dan akhirnya memutuskan untuk segera mandi mengingat hari sudah sore.

Tanpa berlama-lama, ia langsung pergi ke kamar mandi. Tetapi Yura terkejut ketika pintu kamar mandi dibuka dengan tiba-tiba oleh seseorang.

"Mau ngapain, Mel?" tanya Yura yang melihat Amel tiba-tiba masuk ke kamar mandi. Untung saja ia belum membuka bajunya.

"Mau mandi lah. Pake nanya," ujar Amel dengan sewot. "Gue dulu! Lo keluar!" ujar Amel yang tiba-tiba mengusir.

"Apa'an sih?! Gue dulu yang kesini. Kok gue yang disuruh keluar? Lu aja yang keluar!" Yura tak mau mengalah. Lagipula, Yura sudah lebih dulu ke kamar mandi sebelum Amel datang.

"Ga mau! Lo aja sana!" Amel mengusir Yura dari tempat itu.

"Gak! Pokoknya gue dulu!"

"Gue dulu!"

"Ga bisa! Gue dulu pokonya!"

"Ihh.. gue dulu!"

"Gu--"

"WOY! KALIAN BISA DIEM GAK?! MANDI AJA PAKE REBUTAN! GUE AJA YANG DULUAN! KALIAN BERDUA KELUAR!" Naira memotong perdebatan mereka. Daripada mereka berdebat, lebih baik Naira saja yang mandi duluan.

"Ck, Gara-gara, Lo! Mbak Ira jadi marah 'kan!" Amel menyalahkan Yura.

"Loh? Kok gue yang salah?" Yura mengerutkan keningnya. Ia heran, kenapa Amel menyalahkan dirinya. Jelas-jelas dia sendiri yang membuat masalah.

"Ya iya lah! Kenapa? Lo ga terima?" tanya Amel dengan suara yang ketus.

"Dih! Dasar aneh," ujar Yura sambil terkekeh dengan raut sinis. Ia pergi meninggalkan Amel sendirian. Biarkan saja Amel menunggu Naira keluar dari kamar mandi. Ia sedang malas berdebat dengannya. Lebih baik ia mengalah dan membiarkan Amel mandi duluan.

"Yura dari dulu ga pernah berubah! Tetep aja berani sama gue. Gue harus lakuin sesuatu yang bikin dia kena masalah!" ujar Amel dengan suara yang pelan. "Ekhemm... Untung gue ada ide. Awas aja, Yura! Siap-siap!" Amel tersenyum miring sambil membayangkan rencana jahatnya.

 Awas aja, Yura! Siap-siap!" Amel tersenyum miring sambil membayangkan rencana jahatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Duh, Sebenernya badan gue udah gatel-gatel. Tapi gimana lagi," ujar Yura sambil menggaruk tubuhnya yang gatal.

Ia sebenarnya jengkel dan ingin sekali menendang Amel dari rumah ini. Tetapi tidak mungkin jika ia melakukan hal itu. Apalagi, ia adalah saudara yang sangat baik dan lemah lembut. Saking lembutnya, ia harus berteriak-teriak dan beradu mulut dengan Amel setiap hari.

Yura menatap sekeliling. Melihat-lihat jalanan kecil di desa tersebut. Terlintas sebuah kenangan dibenaknya. Jika boleh jujur, ia rindu suasana di kota. Ia rindu Ayahnya, Temannya, dan orang-orang baik yang ada didekatnya.

Naksir Tetangga Bude [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang