39. [Jengkol gosong]

150 35 62
                                    

Pagi hari dengan suasana yang cerah. Yura menarik sebuah koper serta menggendong sebuah tas besar yang akan ia bawa. Lalu Pak Yono mengambil alih kedua barang tersebut dari Yura seraya memasukkannya ke dalam mobil.

Hari ini juga, Yura akan pulang ke Kota. Katanya, ia akan kembali lagi setelah beberapa hari.

"Mbak, Bude. Aku pulang dulu, ya." Yura berpamitan sembari mencium tangan budenya dan menyosor pipi Naira.

"Hati-hati dijalan! Kalo balik kesini jangan lupa bawain seblak," kata Naira, bercanda.

"Iya, Mbak. Nanti tak bawain seblak, sekalian sama penjualnya." kata Yura. Bude Tri langsung tertawa mendengar candaan Yura kepada Naira.

"Ya udah, hati-hati!" Bude Tri berucap.

Yura beranjak masuk ke mobil. Tetapi tiba-tiba, Mpok Mar datang menghentikan langkah Yura.

"Eh, Yura. Tunggu dulu!"

Yura melihat kesamping. Begitupun Bude Tri dan Naira yang ikut melihat ke arah sumber suara.

"Kenapa, Mpok?" tanya Yura, heran.  Pasalnya, ia baru saja akan berangkat jika tidak dihentikan oleh Mpok Mar.

Mpok Mar terengah-engah setelah berlari. Ia takut jika Yura tiba-tiba sudah berangkat begitu saja, tanpa ia ketahui. "Ini, Mpok Mar bawain sambel jengkol buat kamu sama Pak Yono," kata Mpok Mar sembari memberikan sebuah rantang kecil kepada Yura dan Pak Yono, suaminya sendiri.

"Owalah, Mbak Mar. Tadi tak kira mau ngapain, lho." Bude Tri tertawa kecil.

"Yura, lo udah suka jengkol? Waktu itu pernah makan katanya terpaksa." Naira melirik Yura sembari menggoda.

"Hihihi. Gara-gara makan jengkol waktu itu, sekarang jadi suka," kata Yura, jujur.

Pak Yono pun ikut berbicara. "Yo ndak papa, Non. Malah bagus itu kalo Non Yura udah suka makan jengkol. Orang jengkol enak kok. Walaupun mambu baseng," kata Pak Yono.

Ucapan Pak Yono barusan berhasil mengundang tawa Naira dan dua ibu-ibu itu. Sedangkan Yura, dia hanya diam kebingungan karena tidak mengerti artinya.

"Mambu ... Baseng?" Yura bingung.

"Iya, mambu baseng. Artinya, baunya nggak enak," jelas Naira.

"Oohh!" Yura mengerti. "Baseng tuh kayak ... bau apa, sih?"

Naira seketika tertawa ngakak. "Plakk!" Dengan tiba-tiba, Naira memukul pantat Yura lumayan keras.

"Adohh!" Pekiknya. Yura bukannya kesakitan, tetapi malah ikut tertawa. Ia paham maksud Naira.

Yura pun tersenyum kepada Mpok Mar. "Makasih, Mpok. Nanti Yura makan," ujar Yura. "Ya udah, Yura mau berangkat dulu," lanjutnya.

Ia pun masuk ke mobil. Saat masuk, ternyata anak ngeselin itu sudah ada disitu sejak tadi. Ia menggunakan headset bluetooth di telinganya. Meski begitu, Amel tidak sama sekali berpamitan. Sedangkan Bude Tri dan Naira sudah tidak heran dengan perilaku Amel yang seperti itu. Sungguh anak yang tidak punya adab bukan?

"Assalamu'alaikum."

Yura melambaikan tangan dari kaca mobil ketika mobilnya keluar dari pekarangan rumah Budenya.

"Wa'alaikum salam."

Saat mereka sudah tidak terlihat lagi. Mpok Mar beranjak pulang. Ia kesini hanya ingin melihat Yura dan Pak Yono. "Aku pulang dulu, Tri. Tadi lagi masak malah tak tinggal."

"Walah, Mpok! Gosong dong." Naira merasa kaget. Udah tau lagi masak tapi malah ditinggal pergi ke rumah tetangga. Siapa lagi kalo bukan Mpok Mar.

Disisi lain, Satria baru saja bangun dari tidurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disisi lain, Satria baru saja bangun dari tidurnya. Ia bertelanjang dada, hanya menggunakan celana kolor pendek berwarna merah. Rambutnya acak-acakan, tetapi wajahnya masih terlihat tampan.

Satria menguap, tetapi tiba-tiba merasakan sesuatu yang aneh. Ada bau tak sedap dari arah dapur. "Ini bau apa anjir? Kok kayak jengkol." Ia heran.

"Hmm, gue tau. Emak pasti lagi masak jengkol di Dapur," ujarnya. Ia bisa menebak bau masakan ini.

"Eh, tapi baunya kok kayak gini?" herannya lagi.

Merasa penasaran, ia pun pergi melihat ke Dapur. Seketika matanya terbelalak kaget.

"Allahuakbar! Emakkk!" Satria kaget karena melihat jengkol yang sudah gosong di wajan. Bahkan, wajan tersebut ikut berubah menjadi gosong seperti arang.

"Makk!"

"Makkk! Emakk!" Ia ber teriak-teriak.

"Makk! Emak dimana, sih?"

"Ck, Makk!" kali ini Satria berdecak kesal. Ia sedari tadi berteriak-teriak di Dapur memanggil emaknya yang entah ada dimana.

Beberapa detik setelahnya, Mpok Mar akhirnya datang juga. "Kenapa, Sat? Pagi-pagi udah teriak-teriak aja." Mpok Mar kesal.

"Gimana Satria nggak teriak-teriak coba, Mak? Emak lagi masak bukannya ditungguin malah ditinggal pergi. Tuh, gosong!" Satria menunjukkan wajan tersebut yang sudah gosong beserta isinya yang sudah hangus.

"Udah biarin! Nanti tak masakin lagi." Mpok Mar merebut wajan itu dari tangan Satria. "Mandi sana! Anak bujang kok males mandi."

Satria yang mendengar itu merasa kesal sendiri. Sepertinya Mpok Mar tidak melihat bujang-bujang lain seperti Satria. Mereka juga sama seperti dirinya. Malas mandi jika tidak dengan keinginannya sendiri.

"Nanti," ujarnya dengan malas.

"Terserah mu," ujar Mpok Mar tidak peduli.

"Lagian pagi-pagi darimana, sih, Mak? Lagi masak kok ditinggal?" tanya Satria merasa heran. Seberapa penting hal diluar? Sehingga membuat Mpok Mar meninggalkan kegiatannya yang belum kelar.

Mpok Mar mendengus. "Kamu tu kalo tidur kayak orang koid, sih! Kagak bangun-bangun. Tuh, si Yura udah pulang ke Kota."

Degg!

"HAH?"

Satria melotot kaget. Seketika rasa ngantuknya menjadi hilang.

"Mak? Beneran?" Satria memastikan ucapan Emaknya barusan. Ia harap telinganya salah dengar.

"Ya beneran, lah! Ngapain emak bohong? Tadi aja emak keluar ngasih rantang isinya jengkol biar dimakan Yura," jelas Mpok Mar dengan sebenar-benarnya.

"Udah berangkat?" tanya Satria lagi.

"Heuhh! Udah berangkat dari tadi lah, Sat."

Satria memegang kepalanya. "Ck! Goblok, goblok, goblok!" Ia memukul-mukul kepalanya dengan tangan.

Pasalnya, Yura tidak memberi tahu Satria sebelumnya. Jika dia ingin pulang ke Kota. Bukannya Yura tidak ingin memberi tahu, tetapi dia hanya lupa saja, karena dirinya ingin pulang secara mendadak malam tadi. Dan pagi ini, Yura sudah berangkat.

"Makkk! Kenapa gak bangunin Satria, sih?!" kesalnya karena tidak bisa melihat Yura pergi.

"Kamu tidurnya kayak kebo! Emak udah bangunin, lho! Tapi kamunya yang gak bangun-bangun."









Wah, Satria ketinggalan perginya Yura, nih. Padahal, kemaren rencananya mau ngungkapin perasaannya ke Yura. Eh, orangnya malah pulang ke Kota.

Bagaimana kelanjutannya?

Jangan lupa VOTE ‼️

Sampai bertemu di part selanjutnya 👋

Naksir Tetangga Bude [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang