Chapter 3

104 10 3
                                        

Bola yang ditendang oleh Karel tanpa terduga masuk ke dalam gawang american football. Ipang menatap Karel dengan penuh amarah.

"Banyak anak di sekolah ini yang sehabis pulang sekolah bekerja mencari nafkah untuk keluarganya yang tinggal di rumah. Bagi yang memiliki orang tua, kebanyakan mereka bekerja dan hanya melihat anak-anaknya saat tertidur pulas. Banyak anak di sekolah ini yang bermasalah. Dan lo tua bangka enak-enaknya menyuruh kami masuk Samudera? Apa lo bertaruh dengan seseorang? Dimana lo menyembunyikan kameranya, hah?!" bentak Ipang emosi.

"Kamu, sampah kotor! Kamu hanya mengikuti peraturan dibuat orang lain. Kalian sekumpulan orang-orang bodoh!" balas Karel yang mulai terpancing dengan ucapan Ipang.

Ipang merebut pengeras suara yang dari tadi dipegang Karel. "Lo enyahlah dari sini!" teriak Ipang lalu merusak pengeras suara tersebut sampai hancur karena saking kesalnya mendengar ucapan Karel yang merendahkan ia serta murid-murid lain.

Kejadian itu membuat seluruh murid SMU Bimasakti bersorak gembira dengan meneriakkan nama Ipang berulang kali.

"Ipang! Ipang! Ipang!" sorak semua murid.

*****

Setelah pertemuan di lapangan upacara yang berakhir ricuh, para guru marah dan protes pada Deasy karena begitu gampangnya menyewa pengacara tidak jelas sedangkan sekolah pun sudah hampir bangkrut.

"Saya mengerti, tapi saya beri dia kesempatan 3x24 jam untuk rencananya itu." Deasy menanggapi protes para guru.

Ceklek

Tiba-tiba saja pintu ruang guru terbuka dari luar. Masuklah Karel ke dalam ruang guru. "Maaf, koridor ruangan yang akan di pakai kelas khusus terkunci." ucap Karel.

"Apa ada yang mau membantu Pak Karel?" tanya Deasy pada para guru.

"Tidak, jawab semua guru menolak untuk membantu Karel.

"Bu Erina, bisa kamu antar Pak Karel?" pinta Deasy saat melihat Erina sedang duduk di balik mejanya karena sedari tadi Erina hanya terdiam saja dan fokus dengan komputernya.

"Saya sedang sibuk menulis bahan materi, kepala sekolah Deasy," tolak Erina sambil mengetik sesuatu dari keyboardnya.

"Itu nanti saja, sekarang antar dia ke lantai 4 untuk membukakan kunci," perintah Deasy.

Dengan terpaksa Erina pun mau tak mau mengantar Karel ke lantai 4 dimana ruang kelas yang akan Karel gunakan sebagai ruang kelas khusus berada di sana.

Setibanya di lantai 4 pintu koridor yang terkunci dibuka Erina. Setelah dibuka terlihat koridor yang kurang pencahayaan, patung marmer Bunda Maria yang berdebu dan kondisi berantakan. Saat memasukinya pun sudah pengap.

Mereka berdua menuju ruang kelas yang pintunya dirantai dan tergembok. Erina membuka gembok tersebut menggunakan linggis lalu sampai gemboknya rusak dan rantainya terjatuh lalu Erina membuka pintu sambil disenterin oleh Karel. Suasana terlihat cukup kotor, banyak debu dan banyak sarang laba-laba, dan juga meja dan kursi yang berantakan.

"Saya masih ada banyak tugas, jadi kamu kerjakan sendiri ya," ucap Erina lalu keluar kelas meninggalkan Karel yang terdiam.

Saat menuruni tangga, tanpa sengaja Erina melihat peralatan kebersihan berada di sudut tangga. Melihat itu Erina pun jadi teringat Karel yang membersihkan ruang kelas sendiri.

Kembali lagi ke Karel, laki-laki itu sedang membersihkan sarang laba-laba dengan terbatuk-batuk akibat debu. Tapi tiba-tiba saja ada sebuah tangan dengan jam tangan kulit berwarna merah yang melingkari pergelangan tangan mengulurkan sebuah masker dan sarung tangan kepadanya. Dilihatnya Erina memberikan benda itu padanya.

The TargetsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang