Hari demi hari terus berlalu, hingga kegiatan pelatihan sudah memasuki hari ke 7. Pada malam hari seperti biasa sebelum tidur, murid kelas khusus mengerjakan latihan soal matematika yang diberikan Chelsea.
Setelah selesai mengerjakan, mereka berlima langsung mengumpulkan pekerjaan mereka untuk diperiksa Chelsea.
"Soal yang kalian kerjakan sudah saya periksa semua. Seperti biasa saya akan langsung bagikan," ucap Chelsea lalu berjalan menuju meja Dara, Cecil, Ipang dan Niko. "Andara 75, Cecilia 70, Ivan 75, Niko 73." Chelsea menatap Denis dengan tatapan kecewa lalu memberikan lembar soal milik Denis. "Denistian 55."
Terlihat raut wajah kecewa dari Denis sejak Daddy-nya datang hingga sekarang peningkatan nilai matematikanya tidak naik signifikan seperti teman-temannya.
"Denis, bereskan alat tulismu dan bawa meja serta bangkumu. Ikut Ibu," perintah Chelsea.
"Baik, Bu." jawab Denis sambil membereskan alat-alat tulisnya ke dalam tas lalu mengangkat bangku dan meja. "Selamat tidur semua," ucap Denis lalu membawa meja dan bangku keluar kelas mengikuti Chelsea.
*****
Chelsea membawa Denis ke gedung olahraga lebih tepatnya ke lapangan hoki es. Chelsea berencana menghukum Denis yang tidak ada perubahan signifikan dalam pelajaran matematika.
"Denis, kamu nggak boleh keluar sebelum kamu mendapat 100. Mengerti?" ucap Chelsea.
"Mengerti, Bu," jawab Denis pasrah.
Chelsea mengambil selembar kertas soal dan memberikannya ke Denis untuk dikerjakan. Sementara itu Karel, Erina yang mengikuti hanya melihat dari pintu masuk gedung olahraga.
"Pak apa ini tidak berlebihan?" tanya Dara khawatir karena waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 apalagi di dalam lapangan hoki es suhu ruangannya 15 derajat celcius.
"Diam saja dan lihatlah," jawab Karel dengan tenangnya.
Waktu terus berlalu bahkan sampai subuh, Denis belum juga bisa mendapatkan nilai 100. Walaupun ada peningkatan nilai karena Denis sudah mendapatkan nilai 73, 77, 77, 82, 82.
Ipang yang kehabisan kesabaran langsung keluar gedung diikuti oleh yang lain. Sementara Erina yang khawatir dengan murid kesayangannya itu ingin menghampiri Chelsea agar menyudahi, tapi langkahnya ditahan Karel.
"Biarkan saja. Chelsea melatih otak Denis agar mampu berpikir dengan cepat dalam menghitung. Jadi tunggu saja," ucap Karel.
Erina menghela nafas kasar lalu melangkah mundur kembali berdiri di samping Karel.
Sementara itu Denis yang hampir putus asa karena tidak kunjung mendapat nilai 100. Tapi secara tidak terduga tiba-tiba saja Ipang membawa meja dan bangkunya serta alat tulis dan diletakkan di samping meja Denis.
"Ada apa ke sini?" tanya Chelsea.
"Gue mau lembar soalnya," jawab Ipang.
Chelsea mengerti lalu memberikan selembar kertas soal dan memberikannya ke Ipang.
"Kami juga."
Secara tidak terduga lagi Cecil, Dara, dan Niko datang bersamaan mengikuti apa yang dilakukan Ipang untuk menemani Denis agar mendapatkan nilai 100.
Chelsea yang melihat solidaritas dari Dara, Niko, Cecil dan Ipang untuk menemani Denis langsung tersenyum. Begitupun Karel dan Erina yang melihat dari jauh.
Denis yang melihat teman-temannya mau menemaninya mengerjakan soal langsung jadi semangat kembali setelah ia hampir putus asa.
Nilai Denis pun langsung naik signifikan menjadi 92, 92, 95, 95, 92, 97. Denis pun kini menjadi pantang menyerah untuk mendapatkan 100.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Targets
RandomDenis, Ipang, Cecil, Dara dan Niko adalah lima orang yang berjuang mencapai target di sekolah terutama dalam hal akademis dan setelah lulus mereka harus berjuang dengan target pribadi mereka masing-masing