Chapter 16

52 5 1
                                    

"Bu Erina tenanglah, saya kenalkan, dia adalah guru IPA di kelas khusus, namanya Adam Schranz." Karel memperkenalkan laki-laki yang Erina tuduh sebagai pengintip.

"Sa-sa-salam kenal," ucap Adam dengan tergagap.

Erina hanya diam dan menatap aneh Adam yang dilihat-lihat sangat tampan seperti karakter Ken di Barbie tapi entah kenapa berbicaranya cukup gagap. Apakah grogi atau memang sudah seperti itu dari kecil?

*****

"Jadi kamu masuk ke toilet perempuan cuma untuk menangkap capung?" tanya Erina pada Adam saat ia bersama Karel dan Adam berjalan menuju kelas khusus.

Adam mengangguk malu-malu. "I-iya so-soalnya ca-capung itu spe-spe—"

"Spesies langka? Dan ketika kamu sampai di sini, kebetulan capung itu terbang di sekitar area sini?" tanya Erina menyimpulkan apa yang akan diucapkan oleh Adam.

"I-i-iya," jawab Adam.

Tiba-tiba saja Adam langsung ketakutan dan kemudian bersembunyi di belakang Erina karena di depan melihat Aprilia yang berjalan ke arah mereka.

"Nazi, Holocaust, Auschwitz, Ini sungguh menakutkan," batin Adam yang ketakutan melihat Aprilia dengan dandanan seperti itu apalagi melihat bagian ikat pinggang Aprilia yang tergantung tongkat security dengan gantungan Waffen SS.

Mereka bertiga kemudian berhenti dan Aprilia langsung ikutan berhenti di depan mereka.

"Pril, perkenalkan—"

Aprilia tersenyum ramah dan langsung mengulurkan tangannya ke Adam. "Aprilia,"

Adam hanya diam tidak membalas uluran tangan Aprilia karena ia masih ketakutan dan trauma akibat kejadian di toilet beberapa waktu lalu.

Melihat Adam hanya diam membuat Aprilia langsung berjalan mendekat dan membisikan sesuatu ke telinga Adam.

"Anggap aja nggak pernah terjadi, oke," bisik Aprilia.

"I-iya," balas Adam.

*****

Erina berjalan memasuki kelas khusus dan berdiri di depan kelas yang membuat Niko yang tadinya sedang asik mengobrol dengan Denis langsung duduk di tempat duduknya.

"Anak-anak, hari ini Ibu mau perkenalkan guru IPA ke kalian semua. Beliau berasal dari Australia, walau aslinya dia orang Indonesia. Jadi Ibu kenalkan ke kalian semua, Pak Adam," ucap Erina tersenyum sambil mengarahkan tangan ke samping kiri menunjuk Adam.

Senyum Erina langsung hilang saat menengok ke samping kalau Adam justru tidak ada di sampingnya yang membuat ia bingung begitupun kelima muridnya.

"Pak Adam?" panggil Erina sambil melihat ke pintu.

Tak lama kemudian Adam dengan malu-malu menongolkan kepala dan wajah tampannya dari balik pintu kelas. Lalu ia masuk ke dalam kelas dan berdiri di samping Erina untuk memperkenalkan diri.

"Sa-sa-say—"

"Pak Adam ini adalah temannya Pak Karel." Erina langsung melanjutkan ucapan Adam yang tergagap lalu menatap Adam. "Teman kuliah?"

Adam menggeleng.

"SMU?"

Adam menggeleng.

"SMP?"

Adam menggeleng.

"SD?"

Adam menggeleng. "Te-te-man sa-saat di A-A-Adelaide."

Erina mengangguk mengerti lalu menatap lima murid-muridnya yang nampak tersenyum tipis kecuali Ipang yang datar-datar saja.

"Pak Adam ini orangnya memang pemalu jika berhadapan dengan orang yang baru dikenalnya," jelas Erina kepada muridnya kemudian menatap Adam kembali. "Kamu akan lebih baik jika sudah akrab 'kan?"

The TargetsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang