cw : dirty talk innuendo
Jatuh cinta pada Nanda bukan hal yang sulit.
Rasanya Salsa sudah pernah memikirkan hal ini. Tapi terkadang Salsa benar-benar amazed bagaimana Tuhan mempertemukannya dengan Nanda, bahkan menjodohkannya dengan sosok seperti suaminya. Salsa tidak pernah terpikirkan ingin menikah sebelumnya. Dia bisa bertahan hidup saja sudah untung. Namun ternyata, Tuhan kirimkan hadiah terindah berwujud suaminya itu.
Mereka berdua memang punya banyak perbedaan—hal itu semakin Salsa sadari setelah mereka tinggal serumah—namun mereka juga punya kesamaan yang membuat Salsa benar-benar bersyukur. Salah satunya, mereka berdua adalah tipe planner. Salsa tidak bisa bayangkan kalau pasangannya tipe manusia impulsif dan semaunya sendiri.
Tumbuh dengan keterbatasan ekonomi membuat Salsa harus benar-benar memikirkan kebiasaan dan pengeluarannya sehari-hari, bahkan sampai sebulan dan setahun ke depan. Masa depan memang tidak bisa dia prediksi, tapi setidaknya dengan membuat rencana matang, dia jadi tahu apa yang harus dan tidak boleh dilakukannya.
Well, menikah dengan Nanda adalah salah satu hal yang tidak direncanakannya, tapi toh dia bahagia.
Sebelum mereka resmi menikah, ada masa ketika Nanda dan Salsa duduk berdua di sofa ruang tengah dengan layar TV yang menyala. Bukannya fokus dengan tontonan di depan mereka, keduanya justru sangat serius membicarakan pembagian fungsi area rumah.
Karena mereka bekerja di kantor yang sama, tentu pembicaraan tentang kantor dan pekerjaan tidak akan terelakkan. Dan Nanda dengan jujur mengatakan bahwa dia akan sangat benci jika itu terjadi di rumah ketika mereka sudah menikah nanti.
"Kalau gitu, area ruang tamu dan ruang kerja Mas dipakai buat ngobrol masalah kerjaan. Area ruang tengah sini dan dapur, fungsinya buat ngobrol masalah umum. Kamar kita, cuma untuk kita berdua dan cuma ngobrolin tentang kita aja," Nanda menegaskan kala itu.
Salsa tidak bisa menyembunyikan rona merah di wajahnya dengan penyebutan kata 'kamar kita'. Mereka belum resmi, tapi Nanda mengatakan hal tersebut dengan sangat mudahnya.
"Kalau lagi marahan gimana?" tantang Salsa, berusaha meredakan rasa malunya. Nanda langsung mencebikkan bibir mendengar pertanyaan itu.
"Kalau marahan di kamar lah, kita selesaikan one by one. Tanpa baju,"
"Ih! Mas!"
Nanda langsung tertawa melihat wajah Salsa yang makin memerah saat itu.
Tapi, jatuh cinta pada Nanda kadang membuat Salsa rasanya gila. Like, truly has gone crazy she wants to rip herself apart.
Karena suaminya itu juga sama sekali tidak bisa dia prediksi kalau sedang kambuh tengilnya.
Seperti kejadian tadi siang—sebelum Nanda berangkat meeting ke Surabaya—ketika mereka terpergok Kenzo di ruangan Nanda. Atau ketika Eliz tidak sengaja membaca chat terakhir Nanda menjelang mereka pulang kerja barusan.
***
Mas
Adek, dinner nanti mau makan di luar atau Mas beliin?
Salsabila Puspita
Terserah Mas aja
Mas sampai malem emangnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
No Exit Plan
RomanceTidak seperti di film-film, Nanda dan Salsa jatuh cinta secara perlahan. Saling mengenal, menemukan kesamaan dan kecocokan, lalu memutuskan untuk menikah. Mereka pikir, berbekal cinta saja sudah cukup. Mereka pikir, berbekal kedewasaan sudah cukup...