Chapter 08: What Has She Done?

641 84 6
                                    




cw : heavy makeout, quite graphic description of panic attack



Tampaknya, dunia sedang tidak berpihak pada Salsa.

Setelah pertemuan dengan Budhe Lastri dan pasukannya tadi, ternyata dia malah mendapat jatah duduk di sebelah Mbak Arum. Budhe Lastri dan Ibu duduk dua baris di depan mereka bersama anggota keluarga senior lainnya. Salsa memang seorang introver, tapi dia sudah cukup terlatih berhadapan dengan orang-orang baru seperti klien kantor. Tapi sekali lagi, Mbak Arum bukan orang asing. Mbak Arum adalah keluarga dari suaminya.

Salsa pikir, memenuhi keinginan Ibu untuk datang ke acara ini hanya diisi dengan duduk manis sampai acara selesai. Apalagi suaminya hanya menjelaskan bahwa acara ini secara garis besar adalah prosesi upacara pada umumnya, kemudian puncaknya ada pertunjukan tari Bedhaya Ketawang yang memang ditunggu-tunggu oleh hadirin. Mana dia menyangka kalau suasananya bakal secanggung ini?

"Nanda lagi kemana?" Mbak Arum bertanya dengan intonasi datar, seolah dia tidak benar-benar ingin tahu. Cuma berbasa-basi agar mereka berdua tidak terlihat seperti dua wanita yang tidak rukun. Well.

"Lagi di Finlandia, Mbak."

"Musim dingin begini?"

Salsa meringis. "Permintaan kliennya pengin ke situ,"

Mbak Arum mengangguk-anggukkan kepala. Ada jeda hening beberapa saat. Salsa memutar otak, berusaha mencari topik pembicaraan.

"Berarti... udah jalan empat bulan ya? Kamu sama Nanda?" Mbak Arum mendahului Salsa.

"Iya, Mbak," jawab Salsa singkat. "Kalau Mbak Arum sama Mas Rendra?"

Mbak Arum terdiam sesaat. "Sepuluh tahun," ia menjawab masih dengan intonasi datar. "Gimana Nanda, selama jadi suami? Baik?"

Salsa mengerutkan keningnya sedikit. "Baik...,"

"Aku denger, kamu karyawan dia ya?"

Salsa menegakkan punggungnya. Mulai was-was karena tidak tahu pembicaraan mereka akan dibawa ke mana. "Iya, Mbak. Saya CS di kantor Mas Nanda,"

"Berarti tahu dong, kalau Nanda emang background keluarganya dari sini?"

Salsa berani bersumpah dia bisa merasakan punggungnya mulai basah karena keringat. Bukan hanya karena gerah, tapi juga gelisah.

"Tahu dikit, sih, Mbak. Buat saya, yang penting Mas Nanda baik, tanggung jawab, dan sayang sama saya." Salsa menjawab hati-hati. Tidak ingin membuat dirinya terlihat terobsesi dengan latar belakang suaminya, sekaligus menyebutkan sisi Nanda yang memang membuatnya setuju untuk menghabiskan sisa waktu bersama.

Namun tak disangka, Mbak Arum mendengus kecil. Salsa baru kenal perempuan ini beberapa jam yang lalu. Dia tidak ingin terlalu jauh menilai dan berprasangka buruk pada sepupu iparnya ini hanya dengan interaksi singkat selama sepuluh menit.

"Semua laki-laki juga begitu awalnya. Kalau sudah dapat yang mereka mau, balik lagi ke asalnya."

Maksudnya gimana, ya?

Seperti memahami Salsa yang bingung tetapi tidak berani menyuarakan pertanyaannya, wanita itu mengerling singkat ke arah Salsa, lalu tersenyum sinis. "Jangan terlalu percaya sama laki-laki. Apalagi yang backingannya kuat," Mbak Arum mengangkat dagunya. "Inget, kamu hanya orang biasa. Di kantor posisinya cuma CS. Suami kamu masih punya kuasa atas kamu, kan? Hati-hati aja. Ini aku cuma mengingatkan karena kita sama-sama orang luar di sini."

No Exit PlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang