Salsa tidak terlalu ingat bagaimana cerita Bulik Indah mengenal Paklik Wawan. Tahu-tahu dia sudah ditunjuk jadi salah satu dayang—bersama satu tetangga yang seumuran dengannya—yang dipajang bersama Bulik Indah dan Paklik Wawan di pelaminan sempit. Istilah masa kininya sih, flower girl, ya. Tapi memang tugas Salsa di atas pelaminan hanya memegang kipas dan didandani lengkap seperti manten cilik. Kalau diingat-ingat, mungkin alasan dia dijadikan dayang karena memang pelaminan itu tidak cukup memuat kedua belah pihak orang tua. Tapi terlalu besar dan meninggalkan ruang kosong kalau hanya diisi pengantin saja—sementara dekorasinya benar-benar minimalis.
Setelah menikah, Bulik Indah diboyong Paklik Wawan pindah ke kontrakan yang tidak begitu jauh dari rumah. Dulu, Salsa biasa tidur dengan Bulik Indah di kasur yang sebenarnya hanya cukup untuk satu orang saja itu. Sejak Bulik Indah menikah, dia jadi sering kesepian. Apalagi dia tidak lagi bisa merengek dan menolak setiap Ibu memintanya untuk membantu beliau. Padahal dulu Salsa masih bisa mangkir, lalu tugas itu diambil alih oleh Bulik Indah.
Seingat Salsa, keluarga mereka baik-baik saja. Bulik Indah dan Paklik Wawan tidak pernah terlihat atau terdengar berdebat panjang dengan Ibu maupun Bapak. Malah, mereka berdua cenderung patuh pada Ibu dan Bapak. Mungkin karena didorong kondisi kesehatan Ibu yang kurang sehat, lalu Bapak yang pontang-panting mencari pekerjaan, membuat Bulik Indah dan Paklik Wawan menaruh iba pada keluarga mereka. Meskipun sebenarnya Bulik Indah dan Paklik Wawan sendiri bukan orang yang serba berkecukupan.
Sampai Salsa dan Raihan dewasa seperti sekarang, Bulik Indah dan Paklik Wawan masih banyak membantu keluarga mereka. Salsa yang tidak bisa sepenuhnya mengurus Raihan dan Bapak, ada Bulik Indah yang sesekali menengok keduanya di sela-sela kesibukannya menjadi ibu rumah tangga dan menjaja gorengan di depan rumahnya. Paklik Wawan juga sering membantu Raihan dengan urusan administratif karena laki-laki itu bekerja sebagai pesuruh di Kantor Kecamatan sehingga bisa minta bantuan pegawai di sana. Kesimpulannya, Bulik Indah dan Paklik Wawan punya jasa yang sangat bangak untuk keluarga mereka.
Maka dari itu, Salsa benar-benar merasa tidak enak dengan kejadian kali ini. Sesabar-sabarnya Paklik Wawan, baru kali ini beliau sampai semarah ini pada Bapak. Apalagi Paklik Wawan juga sudah tahu betul bagaimana kondisi Bapak. Apakah Salsa yang tidak tahu diri dan menganggap remeh tingkat kesabaran Paklik, merasa bahwa seharusnya Paklik bisa lebih memahami mereka?
Setelah ditelepon Nanda tadi sebelum berangkat, suaminya itu memberitahu bahwa belum ada perkembangan baru dari Paklik Wawan maupun Bapak. Dua-duanya sama-sama bungkam. Nanda juga sudah menelepon Bulik Indah, tapi perempuan itu tidak memberikan jawaban yang gamblang, hanya menyatakan bahwa semua akan baik-baik saja. Salsa sendiri tidak berani bertanya via chat maupun telepon, lebih memilih bertemu langsung sekaligus menengok Bapak dan Paklik Wawan.
Grup chat kantor mereka juga hanya dibalas, "oke", oleh Mbak Lita setelah Nanda memasang pengumuman bahwa Salsa tidak masuk kantor sehari lagi. Salsa juga secara personal sudah menghubungi Mita jika ada hal-hal mendesak yang harus diurus olehnya, namun Mita juga hanya menjawab, "oke".
"Mau langsung ke rumah Bulik, Mbak?" tanya Raihan begitu Salsa tiba di rumah mereka. Mobil yang mengantarnya diparkir di lapangan voli gang sebelah, karena jalan menuju rumah mereka memang sempit dan tidak bisa dilalui mobil. Kalau Salsa dan Nanda pulang ke Madiun juga biasanya mobil Nanda dititipkan ke halaman rumah tetangga. Sementara itu, Pak Aji menenteng oleh-oleh dari Ibu dan Romo.
"Bapak mana?" tanya Salsa, gusar. Pak Aji masih diam menanti di belakang Salsa. Raihan mengangguk singkat, memberi hormat. Pak Aji membalas dengan anggukan dan senyum sopan pula.
"Di dalam. Tadi aku belikan ketan, terus minum obat. Tapi tetap nggak mau ngomong," jawab Raihan. Salsa mendesah lelah. Ia kemudian meminta Pak Aji untuk meletakkan oleh-oleh itu di meja ruang tamu. Lelaki itu menurut saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Exit Plan
RomanceTidak seperti di film-film, Nanda dan Salsa jatuh cinta secara perlahan. Saling mengenal, menemukan kesamaan dan kecocokan, lalu memutuskan untuk menikah. Mereka pikir, berbekal cinta saja sudah cukup. Mereka pikir, berbekal kedewasaan sudah cukup...