cw: kissing, implicit sexual intercourse
Entah karena Nanda juga marah atau memang dia ingin memberi Salsa ruang untuk sendiri, pagi itu mereka masih tak melempar sepatah katapun untuk satu sama lain. Setelah Subuh biasanya mereka ada make out session tipis-tipis, atau olahraga bersama seperti jogging. Lalu Nanda akan lanjut memasak sarapan. Salsa sendiri biasanya akan membuatkan kopi untuk Nanda, dan teh hangat untuk dirinya sendiri. Tapi pagi itu, none. Zilch.
Nanda tetap memasak seperti biasa. Salsa juga tetap membuat kopi dan teh, seperti biasa. Namun mereka makan di piring yang berbeda. Hanya suara denting sendok bertemu piring. Seusai makan juga Nanda langsung mandi dan bersiap, meninggalkan Salsa mencuci piring dan gelas di dapur. Selama Salsa yang ganti mandi dan bersiap, Nanda memilih ke ruang kerja mengerjakan entah apa. Lalu mereka berangkat ke kantor, masih tanpa suara di antara mereka. Well, kalaupun Nanda mengajaknya bicara, Salsa juga rasanya tidak akan membalas obrolannya.
Bangun tanpa Nanda di sisinya membuat Salsa teringat ketika dia ditinggal dinas ke luar kota atau luar negeri. Namun bedanya, sosok yang dia rindukan berada jauh dari jangkauannya. Kali ini, dia bisa saja masuk kamar mereka, lalu memeluk suaminya dan menganggap semuanya baik-baik saja. Tapi perasaannya terlalu terluka untuk memaafkan Nanda secepat itu.
Dia jadi berpikir, kalau sebagai karyawan saja dia bisa digantikan siapapun, bisa jadi posisinya sebagai istri pun diganti siapapun kalau Nanda mau, kan? Toh, Nanda bisa mencari siapa saja yang dia inginkan. Toh, masih banyak perempuan yang jauh lebih pantas untuk Nanda dibanding dirinya. Itu kan, yang dikatakan Nanda kemarin?
Salsa juga tau dia tidak punya teman. Tidak seperti Nanda yang punya list undangan sampai tiga lembar ketika mereka menikah, Salsa tidak punya siapapun untuk diundang. Hanya anak-anak Hati Bersambut, itupun karena mereka juga teman Nanda. Tidak ada teman kos, tidak ada teman kantor lama, tidak ada teman sekolah dan kuliah. Tiba=tiba, dia merasa kesepian. Sepayah itukah Salsa? Se-tidak layak itukah Salsa sampai tidak ada yang mau berteman dengannya? Nanda benar, karena itulah dia tidak punya teman. Karena dia terlalu menganggap hubungan pertemanan hanya akan merepotkannya, sebab ia harus repot membalas semua yang teman-teman itu beri padanya.
Di sisi lain, alasan itu juga yang membuat Salsa masih sulit menerima semua yang Nanda berikan. Dia masih merasa terbebani karena tak bisa membalas itu semua. Apalagi dengan masalah-masalah yang dihadapinya akhir-akhir ini. Jangan-jangan, Nanda sudah mulai capek dengan Salsa yang membawa banyak beban?
"Ngelamun aja, masih pagi begini?" tegur Eliz sambil meletakkan sekotak tisu. Tisu itu milik Salsa, tapi sepertinya Eliz kemarin meminjamnya dan lupa mengembalikannya lagi ke meja Salsa. "Mikirin apa, Mbak?"
Salsa tersenyum kecut. "Nggak papa."
"Ah elah, Mbak," Eliz menggeleng-gelengkan kepala. "Curhat dong sama aku?" gadis itu menaik-turunkan alisnya jenaka. Salsa mau tak mau tertawa kecil melihat tingkah Eliz.
Tiba-tiba dia kembali dihantam pahit dan manis sekaligus. Bersyukur karena dia akhirnya punya teman seperti Eliz, namun dia juga tidak mungkin membeberkan permasalahannya pada Eliz. Apalagi gadis ini beberapa hari lalu mengaku takut menikah gara-gara utas Twitter. Ya... kali?
"Capek aja kali, ya?" gumam Salsa, tak ingin menceritakan isi kepalanya.
"Butuh admin baru beneran kayaknya ya, Mbak? Minta lah sama suami kamu, Mbak!" Eliz terkikik geli, tak menyadari senyum Salsa yang semakin masam.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Exit Plan
عاطفيةTidak seperti di film-film, Nanda dan Salsa jatuh cinta secara perlahan. Saling mengenal, menemukan kesamaan dan kecocokan, lalu memutuskan untuk menikah. Mereka pikir, berbekal cinta saja sudah cukup. Mereka pikir, berbekal kedewasaan sudah cukup...