03. Memperbaiki

16 5 1
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi lebih awal dari biasanya. Masih setengah jam lagi dari jadwal pulang seperti biasa. Itu artinya Arunika harus menunggu hampir setengah jam untuk dijemput. Arunika memutuskan untuk berjalan ke halte seperti biasa. Kemungkinan ia akan bertemu bundanya nanti jika bundanya datang menjemput. Sembari menunggu, Arunika mengeluarkan buku gambar dan pensil miliknya. Ia menggambar hal-hal yang ada di sekitarnya.

Hampir setengah jam, Arunika tidak mendapati keberadaan bundanya. Arunika bingung, apakah ia berani jika harus pulang naik angkutan sendiri. Arunika berusaha agar tidak menangis. Dalam hati dia sudah ketakutan karena tidak tahu bagaimana caranya ia bisa sampai di rumah.

-----

Ayah Tama memutuskan untuk menjemput Arunika. Namun di perjalanan, ia mengalami kendala. Ban motornya bocor. Hal ini mengakibatkan dirinya berhenti di bengkel terdekat. Ayah Tama melihat jam tangannya. Seharusnya saat ini ia sudah tiba di sekolah Arunika. Namun, ia gagal menjemput Arunika tepat waktu.

"Pak, agak cepet ya. Kasian anak saya nungguin lama nanti di sekolah." Ucap Ayah Tama.

"Sabar pak. Ini juga antri nya lumayan banyak." Balas pemilik bengkel tersebut.

Hampir setengah jam Ayah Tama berada di bengkel. Pikirannya melayang kemana-mana. Ia sudah berjanji kepada istrinya untuk menjemput Arunika. Namun, sampai saat ini saja ia belum sampai di sekolah.

-----

Arunika terlihat kebingungan di halte. Namun, tiba-tiba ada seseorang yang menyapanya.

"Nika, kok masih di sini?" Tanya seorang wanita paruh baya. Wanita itu adalah tetangga Arunika.

"Gini Bu, aku tadi pulang sekolah nya lebih awal. Terus aku nunggu bunda di sini. Tapi sampai sekarang bunda belum ke sini." Terang Arunika.

Wanita paruh baya itu merasa kasihan kepada Arunika.

"Masa sih bunda belum jemput sampai sekarang?" Heran wanita itu.

"Tadi kata bunda, ayah yang jemput. Mungkin, ayah lupa." Balas Arunika tenang.

Akhirnya wanita itu mengajak Arunika untuk pulang bersamanya. Tidak mungkin jika harus menunggu jemputan hingga nanti. Sedangkan saat ini sudah pukul 1 siang. Sedangkan Arunika pulang dari sekolah sudah sejak pukul 10.00 pagi.

"Pulang sama Ibu aja ya?" Ucap wanita itu menawarkan bantuan.

"Iya Bu, Nika pulang sama ibu aja." Balas Arunika.
Akhirnya mereka berdua pulang bersama dengan menggunakan angkutan umum.

-----

"Makasih Pak." Ucap Ayah Tama ketika motornya telah di servis.

Ia langsung melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata. Ayah Tama sadar jika ia sudah terlambat menjemput Arunika. Sesampainya di sekolah, keadaan sekolah telah sepi. Kemudian ada seorang satpam yang hendak menutup gerbang sekolah.

"Pak, ini anak-anaknya udah pulang semua ya?" Tanya ayah Tama.

"Iya Pak, udah pulang semua." Saut satpam tersebut.

"Kelas 1 juga udah pulang semua Pak?" Selidik Ayah Tama.

"Aduh Pak, anak-anak semua hari ini pulang lebih awal. Apalagi untuk kelas 1. Biasanya mereka pulang jam setengah sebelas. Hari ini mereka udah pulang dari jam sepuluh pak. Bapak gimana sih, masa jemput anak sekolah jam segini." Sindir satpam tersebut.

Ayah Tama terlihat kelimpungan. Ia bingung harus bagaimana.

"Yaudah Pak, makasih." Ucap Ayah Tama lalu pergi meninggalkan area sekolah.

Ayah Tama melajukan motornya menuju halte. Ia berpikir jika Arunika berada di sana. Namun, sesampainya di sana tidak ada orang satupun. Akhirnya Ayah Tama memutuskan untuk pulang.
Sesampainya di rumah, ia melihat Arunika yang sudah berganti baju dan menonton televisi.

"Nika udah pulang ternyata." Ucap Ayah Tama membuka suara.

"Ayah lupa jemput Nika?" Tanya Arunika dingin.

"Ayah tadi jemput Nika. Tapi udah nggak ada orang di sana karena ayah telat." Ucap Ayah Tama.

"Ya jelas aja, udah jam segini baru dijemput." Sinis Arunika.

"Tadi itu ban motor Ayah bocor. Jadi Ayah ke bengkel dulu." Jelas Ayah Tama.

"Bohong." Gumam Arunika.

"Maafin Ayah ya. Ayah janji deh kalau nggak sibuk pasti ayah jemput Nika ke sekolah." Tutur Ayah Tama berusaha membujuk.

Arunika tidak meresponnya. Anak itu terus terdiam kemudian bangkit dari duduknya dan masuk ke dalam kamar.

Ayah Tama menatap punggung Arunika yang semakin menjauh. Ia sadar jika putrinya itu mulai acuh terhadap dirinya.

----

Malam harinya Arunika melihat ayahnya yang sedang menonton televisi. Karena Arunika bingung harus melakukan kegiatan apa, akhirnya ia duduk di posisi sebelah ayahnya. Ayah Tama yang melihat Arunika mulai duduk, tersenyum senang.

"Nika, mau jalan-jalan?" Tanya Ayah Tama.

Arunika menggelengkan kepalanya. Rasanya dirinya tidak ada energi untuk kemanapun.
Namun Bunda Sukma menyuruh Nika untuk jalan-jalan bersama ayahnya. Bunda Sukma juga meminta agar dibelikan martabak ketika pulang.

"Aku males Bunda." Ucap Arunika protes.

"Udah gapapa sana berangkat." Tutur Bunda Sukma.

Mau tidak mau akhirnya Arunika pergi bersama ayahnya. Selama perjalanan Arunika hanya diam. Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri memandang lampu jalanan yang terlihat terang.

"Nika mau jajan apa?" Tanya Ayah Tama.

"Nggak, Yah." Balas Arunika cuek.

Ayah Tama melajukan motornya dalam kecepatan sedang. Membelah jalanan yang terlihat lengang malam ini. Hingga motor itu tiba di sebuah warung martabak.

"Pak, martabak manis nya dua ya." Ucap Ayah Tama kepada penjual martabak.

Penjual martabak itu mengangguk dan mempersilahkan Ayah Tama dan Arunika duduk. Arunika hanya terdiam. Ia juga tidak tahu harus berbicara apa dengan ayahnya. Jarang bertemu, membuat Arunika lumayan canggung kepada ayah kandungnya sendiri.

"Nika pulang sekolah jam berapa sih?" Tanya Ayah Tama basa-basi. Ia tidak ingin terus menerus berteman dengan kecanggungan bersama putrinya.

"Setengah sebelas." Jawab Arunika sekenanya.

"Kalau Ayah libur kerja, Ayah jemput Nika ke sekolah ya. Kalau perlu berangkat ayah antar juga." Tutur Ayah Tama.

"Iya." Jawab Arunika.

Pesanan martabak pun telah siap. Ayah Tama dan Arunika beranjak pergi meninggalkan warung tersebut. Ayah Tama memilih untuk mengajak Arunika ke sebuah taman. Arunika hanya diam dan tidak protes sama sekali. Hanya beberapa menit duduk di taman, Arunika mengajak Ayah Tama pulang. Arunika ingin segera tidur karena besok pagi sekolah.

Ayah Tama pun hanya bisa mengikuti permintaan putrinya tersebut.Pada saat perjalanan pulang Ayah Tama meminta Arunika untuk melingkarkan tangannya pada pinggangnya dengan erat. Ayah Tama takut jika putrinya tertidur. Arunika patuh. Ia berpegangan dengan erat. Lalu menyandarkan kepalanya pada punggung rapuh milik ayahnya. Arunika tidak pernah tahu jika ayahnya juga memiliki luka tersendiri di masa lalunya.

Yang Arunika tahu bahwa sekarang ayahnya sering mengecewakan hati bundanya. Dalam lubuk hati yang paling dalam Arunika sayang kepada ayahnya. Namun, keadaan yang membuat Arunika semakin jauh kepada ayahnya. Ayah Tama yang jarang menghabiskan waktu bersamanya di rumah. Apalagi untuk mengantar dan menjemputnya ke sekolah.

Bersambung....

Gimana part ini?

Seru gak yaaa??

Kritik dan saran boleh banget disampaikan supaya aku lebih baik lagi menulisnya

Spam Next kuyyy
>>>>>

Rumah yang Tak Lagi Ramah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang