01. Waktunya Sekolah

70 11 4
                                    

Anak-anak berseragam merah putih terlihat memenuhi area sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anak-anak berseragam merah putih terlihat memenuhi area sekolah. Ini adalah hari pertama tahun pelajaran baru. Arunika terlihat membenarkan posisi topinya yang berantakan akibat tertiup angin. Bundanya terlihat menunduk dan merapikan rambut Arunika.

"Bunda, aku takut. Nanti kalau gurunya galak gimana?" Tanya Arunika polos.

"Nika tenang aja. Bunda yakin kalau gurunya itu baik." Ucap Bunda Sukma menenangkan.

Arunika kemudian menyalami tangan bundanya dan mengikuti langkah teman-temannya menuju ruang kelas yang tak jauh dari halaman sekolah. Bundanya melambaikan tangan dengan senyum manisnya.

Arunika berjalan dengan tangan memegang tasnya erat. Ia juga mengarahkan pandangannya ke sekeliling. Kemudian Arunika tiba di sebuah ruang kelas dengan tulisan 'Kelas 1' yang ada di pintu. Semua murid terlihat berkerumun di luar kelas karena ruangan masih tertutup. Arunika memilih duduk di sebuah bangku yang ada di sekitarnya.

"Halo, nama kamu siapa?" Tanya seorang bocah perempuan berambut panjang yang diikat dengan tali rambut pita.

"Namaku Arunika. Panggil aku Nika." Balas Arunika ramah.

"Kalo aku Sasya." Ucap bocah itu memperkenalkan diri.

Kemudian Arunika mengangguk tanda mengerti.

Seorang guru perempuan berambut pendek mendekat ke arah anak-anak yang berkerumun di luar kelas. Kemudian ia membuka pintu kelas dan mempersilahkan anak-anak untuk masuk dan memilih bangkunya sendiri. Arunika memilih duduk bersama Sasya. Setelah semua murid duduk rapi di bangkunya, guru tersebut mengucapkan salam lalu memperkenalkan diri.

"Assalamualaikum anak-anak. Perkenalkan nama saya Indah. Kalian bisa manggil saya dengan panggilan Bu Indah yaa." Ungkap Bu Indah.

Setelah Bu Indah memperkenalkan diri, Bu Sukma meminta anak-anak untuk maju dan memperkenalkan diri mereka. Kini giliran Arunika yang maju untuk memperkenalkan dirinya.

"Halo semuanya, nama aku Arunika. Kalian boleh panggil aku dengan nama Nika. Semoga kita bisa berteman." Tutur Arunika.

Kemudian Bu Indah memulai kegiatan membaca dan menulis. Arunika terlihat bersemangat. Ia bahkan berhasil menyelesaikan tulisannya lebih awal. Sasya merasa kagum. Arunika terlihat sangat pintar dan cekatan untuk bocah umuran 7 tahun.

Hingga akhirnya bel istirahat berbunyi. Anak-anak langsung berlarian keluar untuk membeli jajan di kantin. Begitu juga dengan Arunika yang berjalan santai menuju kantin bersama Sasya. Arunika merogoh sakunya untuk mengambil uang saku yang diberikan bundanya. Terlihat uang lima ribuan itu terlipat rapi. Arunika langsung menyerahkan uang itu kepada penjual nasi goreng, makanan kesukaannya. Sedangkan Sasya memilih untuk membeli mie instan.

"Sya, kata bunda mie instan itu nggak baik buat kesehatan. Mending kamu beli nasi goreng aja kayak aku." Seloroh Arunika.

"Yaudah deh, aku beli nasi goreng aja." Putus Sasya.

Lalu mereka berdua mencari tempat yang nyaman untuk makan. Tiba-tiba ada kakak kelas yang menabrak Sasya hingga nasi gorengnya terjatuh.

"Ih kakak, kalau jalan tuh lihat-lihat dong. Kan nasi aku tumpah." Tegas Sasya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Eh anak kecil, aku nggak sengaja. Beli lagi sana." Balas orang itu lalu meninggalkan Sasya dan Arunika. Karena kasihan melihat Sasya yang ingin menangis.

Akhirnya Arunika memutuskan untuk berbagi nasi goreng dengan Sasya. Sasya sempat menolak karena merasa tidak enak. Ia mendapat pesan dari mamanya jika ia tidak boleh merepotkan orang lain.

"Gapapa Sya. Aku tadi di rumah udah makan kok." Ucap Arunika berusaha membujuk.

Sikap Arunika terlihat sangat dewasa meskipun usianya yang masih kecil.

Hingga akhirnya bel masuk berbunyi nyaring. Arunika dan Sasya segera berjalan masuk ke ruang kelas. Bu Indah kembali memasuki ruang kelas. Kemudian kegiatan belajar kembali dilakukan. Kali ini Bu indah memberi soal matematika. Arunika mengerjakan soal tersebut dengan teliti. Sasya juga berusaha keras memecahkan soal tersebut.

Dua jam berlalu, bel pulang sekolah berbunyi. Bu indah meminta agar anak-anak menyelesaikan tugas tersebut di rumah. Sebelum meninggalkan ruang kelas, anak-anak di minta untuk berdoa terlebih dahulu. Setelah selesai, satu persatu mulai keluar meninggalkan kelas. Terlihat semua anak dijemput oleh orang tuanya di luar pagar sekolah.

Dominan para ayah yang menjemput anaknya pulang sekolah. Arunika celingak-celinguk mencari keberadaan ayahnya namun tidak terlihat. Arunika mengerucutkan bibirnya kesal. Padahal ia ingin dijemput oleh sang ayah.

Hingga akhirnya Arunika melihat keberadaan Bundanya. Bunda Sukma tersenyum lalu menghampiri Arunika yang baru saja keluar dari area sekolah. Kemudian Bunda Sukma menggandeng tangan Arunika erat untuk mengajaknya pulang.

"Ayah mana Bun?" Tanya Arunika.

"Ayah lagi kerja, sayang." Balas Bunda Sukma.

Arunika hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Padahal ia sangat ingin dijemput oleh ayahnya. Selama perjalanan menuju rumah Arunika bercerita kepada bundanya tentang kegiatannya di sekolah. Bunda Sukma mendengarkan dengan seksama.

Arunika terlihat begitu semangat menceritakan semua kejadian yang ia alami di sekolah. Hingga tiba-tiba Arunika mengucapkan sesuatu yang membuat Bunda Sukma terdiam.

"Bund, aku mau dijemput sekolah sama ayah. Temen-temen aku semua dijemput sama ayahnya." Arunika mengadu.

Bunda Sukma tersenyum paksa melihat putrinya yang sangat mengharapkan hal itu.

"Kapan-kapan pasti kok ayah bisa jemput Nika. Tapi untuk saat ini yang antar jemput Nika itu Bunda." Tutur Bunda Sukma.

Mereka berdua berhenti di sebuah halte menunggu angkutan umum yang nantinya akan mengantarkan mereka pulang. Sembari menunggu, Arunika menundukkan kepalanya memandang sepatu kecil yang melekat pada kakinya. Pikirannya berkelana kemana-mana. Hingga Bunda Sukma menepuk pelan bahu Arunika.

"Angkutannya udah ada. Ayo pulang." Ajak Bunda Sukma.

Arunika yang selalu patuh kepada ibunya langsung mengangguk. Kemudian ia melangkahkan kakinya mengikuti bundanya. Setelah itu angkutan umum kembali berjalan untuk mencari penumpang yang lain.

Sepanjang perjalanan Arunika hanya terdiam. Hari pertama sekolah sangat menyenangkan baginya. Namun, harapan yang ia terbangkan sia-sia. Karena ayahnya tidak menjemputnya ke sekolah hari ini.

"Nika, masih ada hari besok. Nggak semua yang kamu mau itu terjadi hari ini. Bisa aja itu terjadi besok atau lusa. Jadi, jangan sering kecewa karena hal seperti ini kerap kali terjadi." Pesan Bunda Sukma.

"Iya, aku paham." Balas Arunika sedih.
Arunika sadar jika ia merasa kecewa karena ia berharap akan sesuatu yang tak pasti.

Dalam hati Bunda Sukma merasa kasihan kepada putrinya. Karena beliau tahu jika suaminya seringkali mengecewakan hatinya ataupun Arunika.

"Pak, kiri Pak." Ucap Bunda Sukma ketika angkutan umum itu telah tiba di area kost an yang ia tempati.

Arunika hidup bersama kedua orang tuanya di sebuah kost an. Namun lebih tepatnya bisa dikatakan jika ia hidup bersama bundanya. Karena dari pagi hingga ke malam, Arunika jarang menemukan keberadaan ayahnya di rumah.

Bersambung......

Gimana Part awalnya ini?

Kritik dan saran boleh disampaikan ya teman-teman supaya aku lebih baik lagi menulisnya hehe

Spam Next yuk guys!!!
>>>>>>

Rumah yang Tak Lagi Ramah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang