21. Kembali Pulang

8 2 0
                                    

Bunda Sukma segera mengurus surat kepindahan Arunika. Jika kemarin Arunika mendapatkan kabar jika Risya pindah sekolah, maka hari ini ia mendapatkan fakta jika ia yang akan pindah sekolah.

Hari ini adalah hari terakhirnya sekolah. Arunika tidak bisa menyampaikan ucapan perpisahan kepada teman-temannya. Arunika memendam itu semua sendiri. Sasya, Aswa, Indah, dan Sekar akan menjadi bagian terpenting dalam hidup Arunika.
Arunika mendapat panggilan dari Bu Rahayu. Segera Arunika menemui Bu Rahayu.

"Kamu ada masalah apa Nika. Kenapa nggak cerita sama Saya. Kamu bisa curhat apapun sama Saya. Kenapa tiba-tiba kamu harus pindah sekolah gini?" Tanya Bu Rahayu.

"Maaf Bu, Nika nggak bisa cerita apapun ke Ibu. Sekarang Nika cuma menerima keputusan Bunda kalau Nika harus pindah sekolah." Jelas Arunika.

Kemudian Bu Rahayu melepas jam tangan yang ia kenakan. Kemudian Bu Rahayu memberikan  jam tangan itu kepada Arunika.

"Ini kamu bawa ya. Kenang-kenangan dari saya untuk kamu." Ucap Bu Rahayu.

Arunika menerima pemberian itu. Arunika menangis. Perpisahan ini terasa berat baginya. Apalagi ia sudah banyak merangkai harapan barunya di kota ini.

"Terima kasih, Bu." Ucap Arunika berterima kasih.

Dengan segera Arunika menghapus air matanya. Ia tidak ingin teman-temannya melihat jika ia habis menangis.

Arunika kembali ke kelas. Setibanya di kelas Aswa langsung melontarkan pertanyaan.

"Kamu kenapa dipanggil Bu Rahayu?" Tanyanya mengintimidasi.

"Gapapa kok." Balas Arunika.

Kemudian mereka kembali melanjutkan kegiatan belajar.

-----

Bel pulang sekolah berbunyi nyaring. Arunika menyusuri jalanan dengan teman-temannya. Ini adalah kenangan terakhirnya. Besok, ia sudah tidak masuk sekolah. Ia akan datang ke bandara untuk meninggalkan kota ini.

"Nika, kamu kapan mampir ke rumah?" Tanya Aswa.

"Kapan-kapan ya." Balas Arunika.

Kata kapan-kapan itu tidak akan pernah berujung pada pertemuan. Sebab, Arunika akan pergi meninggalkan kota ini.

Setibanya di rumah, Bunda Sukma sudah menyiapkan segala perlengkapan yang dibawa. Ayahnya terlihat membantu bundanya. Arunika menahan isakan tangisnya. Hatinya terasa sakit. Malam ini adalah malam terakhirnya terlelap di kota yang penuh kenangan ini.

-----

Keesokan paginya Arunika sudah siap untuk berangkat ke Bandara Hang Nadim Batam. Dua koper dan satu tas ransel sudah tertata rapi di bagasi mobil. Ayah Tama ikut mengantar. Ayah Tama tidak ikut pulang ke Kediri. Hanya Arunika dan Bunda Sukma yang pulang ke Kediri.

Setibanya di Bandara. Arunika menatap orang-orang yang sedang berpelukan menyampaikan pesan perpisahan.

"Pada akhirnya, takdir tidak mengizinkan aku untuk tetap di sini." Gumam Arunika.

Arunika menatap ayahnya. Belum sempat ia dekat dengan sang ayah, kini ia harus berpisah.

"Baik-baik di sana ya. Kalau ayah ada kesempatan, ayah pasti ke sana." Tutur Ayah Tama.

Arunika memeluk ayahnya erat. Ia menangis di pelukan sang ayah. Ayah Tama mengelus pelan rambut Arunika.

"Nggak boleh nangis. Nenek kangen sama kamu. Pasti nenek senang kalau kamu pulang." Ucap Ayah Tama.

Arunika segera menghapus air matanya.

Arunika tidak sempat berpamitan kepada teman-temannya. Entah itu tidak sempat atau memang Arunika yang tidak siap.
Arunika dan bundanya segera berjalan menuju ke pesawat. Diantara orang-orang yang berjalan, Arunika menunduk menatap langkah kakinya yang semakin mendekat ke pintu pesawat.

"Selamat tinggal Batam." Ucap Arunika.

------

Keadaan di sekolah terlihat heboh. Berita kepindahan Arunika telah menyebar. Sasya, Aswa, Indah, dan Sekar menangis di bangku. Tak ada kata perpisahan yang diucapkan oleh Arunika. Menambah kesan menyakitkan untuk keempat temannya itu.

"Nika kenapa nggak pamit sih. Sakit tau." Ucap Aswa dramatis.

Air mata benar-benar membasahi pipinya. Ia merasa kehilangan teman dekatnya.

------

Setibanya di Bandara Juanda Surabaya. Arunika dan Bunda Sukma dijemput oleh adik dari Nenek Ratna. Sepanjang perjalanan menuju ke rumah, Arunika hanya terdiam. Tak ada kalimat yang keluar dari mulutnya. Sesekali Bunda Sukma  menawarkan makanan untuk Arunika. Namun ia menolak.

Sesampainya di rumah Nenek Ratna, Arunika dan Bunda Sukma disambut hangat. Ada sepupu laki-laki Arunika yang bernama Tio di sana. Sepertinya mereka akan satu rumah.

Nika menyalami tangan Nenek Ratna dan Bude Dita, ibu dari Tio.

"Akhirnya kamu pulang juga." Ucap Nenek Ratna.

Arunika membalasnya dengan senyuman. Tak ada semangat untuk berbicara lebih dengan neneknya.
Arunika segera membersihkan diri. Kemudian ia langsung masuk ke kamar yang telah disiapkan untuknya dan bundanya.

"Nika, senyum. Jangan cemberut terus." Pesan Bunda Sukma.

"Iya." Balas Arunika singkat.

Hari pertama tiba, Arunika disambut dengan baik. Diajak makan bersama dan dibelikan jajan oleh Nenek Ratna. Kemudian Arunika segera kembali ke kamar. Ia tidak memiliki cukup energi untuk memulai beradaptasi di lingkungan barunya.

-----

Keesokan harinya, Bunda Sukma sibuk mendaftarkan Arunika di sekolah baru. Arunika merasa cukup sulit untuk beradaptasi. Belajar bahasa jawa menurutnya cukup sulit.

"Besok kamu udah mulai sekolah." Ucap Bunda Sukma.

Arunika hanya mengangguk. Ia merasa tidak betah tinggal disini. Tak ada ramah yang menyapa.
Nenek Ratna ternyata juga tidak sesayang itu kepada Arunika. Dulu saja waktu di telepon, Nenek Ratna seolah sangat menyayanginya. Sekalinya sekarang, kasih sayang itu tidak ada.
Nenek Ratna lebih sayang kepada Tio daripada ke Arunika.

Seperti kali ini, Nenek Ratna baru pulang dari pasar. Membawa jajanan pasar seperti kue bolu, risol, dan yang lainnya. Terlihat Arunika yang duduk seraya menonton televisi. Namun, Nenek Ratna memberikan jajan itu kepada Tio. Tak ada satupun yang ia berikan kepada Arunika.

"Nek, Nika mau." Ucap Arunika.

Arunika tergiur dengan risol yang dibawa oleh Nenek Ratna. Namun, Nenek Ratna tidak membalas ucapan Arunika dan berlalu begitu saja.

Arunika tertegun. Kemarin waktu hari pertama ia datang, mereka menyambut kedatangannya dengan baik. Namun, hari ini mereka berubah. Tak ada lagi kata ramah di rumah ini bagi Arunika.
Ucapan Ayah Tama tidak benar. Nenek tidak suka dengan kedatangannya.

"Sukma, saya butuh uang. Kamu bisa bantu?" Tanya Nenek Ratna.

"Maaf, Bu. Sukma pulang ke sini karena keuangan Sukma lagi berantakan. Jadi Sukma belum bisa bantu." Ucap Bunda Sukma.

"Oh, jadi kamu pulang ke sini karena udah kere, iya? Ngapain pulang ke sini kalau cuma mau jadi beban." Teriak Nenek Ratna yang berhasil didengar oleh Arunika.

Benar dugaannya selama ini. Nenek Ratna hanya membutuhkan uang dari bundanya.

"Bu, Sukma minta maaf. Tapi apa selama ini Sukma kurang bantu Ibu?" Tanya Bunda Sukma.

"Kamu masih nanya? Hidup itu butuh uang, Sukma. Uang yang bisa bikin kita hidup." Bentak Nenek Ratna.

"Sukma kecewa sama Ibu." Tutur Bunda Sukma kemudian masuk ke kamar.

Arunika melihat bundanya yang menangis. Arunika merasa ini bukan rumah yang tepat untuk pulang.

Bersambung....

Spam Next kuyyy
>>>>

Rumah yang Tak Lagi Ramah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang