32. Selesainya Masa SMA

5 1 0
                                    

Ujian kelulusan untuk kelas 12 telah tiba. Arunika berusaha belajar dengan sungguh-sungguh. Ia ingin lulus dengan nilai yang baik. Setidaknya ia bis membuat bundanya bangga nantinya.
Hari ini Arunika berangkat lebih awal dari biasanya. Ia ingin memanfaatkan waktu luang itu untuk belajar. Sebab, Arunika tidak bisa belajar di rumah. Hal ini dikarenakan Tio yang setiap malam mengundang teman-temannya ke rumah dan memberikan suara ramai yang mengganggu konsentrasi belajar Arunika.

Akhirnya Arunika memutuskan untuk berangkat ke sekolah lebih awal. Bunda Sukma juga merasa tidak keberatan dengan keputusan Arunika.
Arunika segera memasuki ruang dimana ia akan menjalani ujian kelulusan. Sekolah masih lengang. Hanya ada tukang bersih-bersih yang menyapu halaman sekolah. Arunika meletakkan tasnya di bangku. Posisi tempat duduknya berada di bagian paling depan. Arunika segera membuka buku yang ia bawa. Arunika mulai membaca setiap rangkuman materi yang ada. Arunika tipe anak yang tidak suka belajar terlalu lama. Maka dari itu ia hanya membaca rangkuman materi yang ada. Jam silih berganti. Kini beberapa teman sekelasnya sudah mulai masuk ke dalam ruang ujian. Vita tidak satu ruangan dengan Arunika. Hanya Alisa yang mendapat ruang ujian yang sama dengan Arunika.

"Nanti kalau aku nggak bisa ngerjain gimana coba." Keluh Vita. Kini bangkunya berubah di bagian paling depan. Vita adalah anak yang mudah gugup dan takut. Ia takut jika tidak bisa menyelesaikan soal-soal ujian.

"Tenang aja, Vit. Aku tiga tahun duduk di paling depan aman-aman aja kok." Ucap Arunika menenangkan.

"Ya kan kamu udah biasa, Nika. Lah aku? Mana pernah aku duduk di bangku paling depan selama ujian. Gara-gara ujian ini digabung sama kelas sebelah, aku jadi duduk di bangku paling depan." Keluh Vita panjang lebar.

Akhirnya Alisa segera mengusir Vita dari ruang ujiannya. Bisa-bisa telinganya tambah panas mendengar keluhan Vita yang terus menerus dilontarkan. Ujian pun di mulai. Seperti biasa, Asha dan Bunga kembali bekerja sama mengerjakan soal. Arunika tidak menoleh ke mana pun. Ia terus fokus terhadap soal yang ada di hadapannya itu. Sekitar dua jam waktu ujian telah selesai.

Arunika segera mengumpulkan lembar jawaban dan soal miliknya. Kemudian bel istirahat berbunyi nyaring. Arunika kembali membuka buku pelajaran yang kedua. Ia membaca sekilas kemudian menutupnya. Lalu bel masuk kembali berbunyi nyaring. Arunika segera mengerjakan soal-soal tersebut. Meskipun merasa kesulitan, Arunika tetap berusaha mengerjakan soal-soal itu sendiri. Terkadang Alisa ingin membantunya. Namun, Arunika tidak menerima bantuan itu. Ia ingin mengerjakan soal-soal itu sendiri.

Bel pulang telah berbunyi. Arunika segera mengemasi barang-barangnya dan keluar dari ruang ujian. Setibanya di luar, Arunika segera menghubungi bundanya untuk menjemputnya. Ternyata, Bunda Sukma sudah berada di luar gerbang sedari tadi.

-----

Malam harinya, Arunika berniat untuk belajar. Mata pelajaran besok adalah kimia. Meskipun Arunika tidak paham dengan materi yang dijelaskan selama ini, Arunika tetap ingin belajar. Setidaknya membaca sedikit materi saja. Baru saja ia membuka lembar pertama buku catatan, terdengar suara Tio dan teman-temannya yang sudah berkumpul di teras rumah. Tak jarang dari mereka berbicara dengan suara yang lantang. Sungguh sangat mengganggu ketenangan.

"Tio, kalau mau berisik jangan di sini. Aku lagi belajar. Jangan ganggu konsentrasi aku." Tegur Arunika.

Tio justru menatap tajam Arunika. Teman-temannya juga menatap dengan tatapan tidak suka terhadap Arunika.

"Ini rumah aku dari dulu. Suka-suka aku lah mau ngapain di sini. Kamu itu cuma pendatang di rumah ini. Ingat, nenek nggak pernah anggap keberadaan kamu di sini. Jadi nggak usah sok ngatur-ngatur aku dan temen-temen aku yang lain." Bentak Tio.

Nyali Arunika seketika menciut. Mendengar bentakan dari Tio saja sudah berhasil membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Tangannya mulai mengeluarkan keringat dingin. Ketakutan itu terus berlanjut hingga kini. Arunika juga berusaha menahan air matanya yang ingin jatuh. Selama Arunika hidup, tidak pernah ada orang yang membentaknya keras. Ayah dan bundanya juga tidak pernah melakukan hal itu. Namun, Tio dengan lancangnya membentaknya berkali-kali. Arunika akhirnya kembali ke kamar.

Ia menutup buku catatannya dan memilih mengambil buku diary miliknya. Ia menutup telinganya menggunakan earphone. Ia menyalakan lagu dengan vibes sedih yang berhasil membuatnya menangis. Coretan cerita yang dihasilkan dari pena miliknya itu basah terkena air mata yang jatuh. Arunika bertekad jika setelah lulus sekolah nanti, Arunika akan pergi meninggalkan rumah ini.

Dari dulu memang bukan rumah ini yang ia inginkan. Rumah yang sama sekali tidak memiliki kehangatan di dalamnya. Namun, keberadaan Bunda Sukma yang selalu menemaninya menjadi penenang dan penyemangat dirinya untuk bangkit dari luka.
Beberapa hari yang lalu Ayah Tama menghubungi Arunika. Ayah Tama memberikan kabar jika ia belum bisa pulang menemui Arunika. Arunika merasa tidak masalah. Sebab dari kecil pun Arunika tidak sedekat itu dengan ayahnya. Dari dulu hingga sekarang, hanya suara ayahnya yang dapat didengar olehnya. Sedangkan wajah laki-laki itu tidak pernah ia lihat meskipun sebentar saja.

-----

Ujian kelulusan telah berakhir. Arunika merasa lega. Semua tekanan yang ia rasakan selama bersekolah, akhirnya kini telah usai. Tak ada kenangan yang begitu menarik menurutnya. Namun, Arunika sempat merasakan bahagia ketika bertemu dengan Vita dan Alisa. Karena tugas-tugas sekolah juga sudah usai, Arunika menyibukkan diri menulis novel di sebuah platform online. Tak jarang kisah yang ia tulis ia ambil dari pengalaman pribadinya. Arunika juga melakukan promosi karyanya agar mendapat pembaca yang lumayan banyak. Usahanya berhasil, Arunika mendapat pembaca yang semuanya memberikan apresiasi mereka untuk karya Arunika. Arunika merasa senang. Kisahnya dibaca oleh orang lain. Ternyata mereka juga turut merasakan kesedihan saat membaca tulisan Arunika.

-----

Beberapa Minggu kemudian, acara perpisahan dilaksanakan. Arunika terlihat cantik dengan kebaya berwarna merah muda yang melekat pada tubuhnya. Bunda Sukma tentu saja hadir dalam acara itu. Kemudian beberapa murid berprestasi disebutkan. Arunika tidak menyangka jika namanya akan disebutkan. Arunika maju dengan menggandeng tangan bundanya penuh perasaan bangga. Bunda Sukma terus menatap putrinya yang kini sudah beranjak dewasa itu. Ia masih tidak percaya putri kecilnya yang dulu selalu ia antar ke sekolah, bahkan hingga kini selalu ia antar kemanapun tujuan yang diinginkan putrinya telah menjadi gadis yang akan memulai kehidupan baru setelah lulus sekolah. Arunika ingin membuktikan kepada dunia bahwa ia juga bisa menjadi seseorang yang berprestasi dan sukses di masa yang akan datang.

"Bunda bangga sama kamu, Nika." Ucap Bunda Sukma penuh haru.

Tepat ketika acara perpisahan telah selesai, Arunika bergegas untuk segera pulang. Saat tiba di area parkir, betapa terkejutnya Arunika melihat sang ayah yang datang dengan membawa sebuket bunga.

"Selamat Nika. Kamu berhasil menyelesaikan semuanya." Ucap Ayah Tama.

Tepat ketika acara perpisahan telah selesai, Arunika bergegas untuk segera pulang. Saat tiba di area parkir, betapa terkejutnya Arunika melihat sang ayah yang datang dengan membawa sebuket bunga.

"Selamat Nika. Kamu berhasil menyelesaikan semuanya." Ucap Ayah Tama.

Arunika sudah tidak bisa menahan tangisnya. Ia langsung memeluk ayahnya erat. Ini adalah hadiah terindah. Ayahnya datang menyambutnya yang kini telah tuntas menyelesaikan pendidikannya di SMA.

Bersambung....

Spam Next kuyyy
>>>>

Rumah yang Tak Lagi Ramah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang