10. Dermaga

5 3 0
                                    

Lima hari berlalu. Hari ini adalah hari terakhir Arunika melaksanakan ujian. Pagi ini Arunika kembali membuka buku pelajaran yang sempat ia pelajari kemarin malam. Bunda Sukma membiarkan Arunika belajar sebentar sebelum memintanya untuk sarapan. Arunika terus mencerna kalimat-kalimat penjelas yang ada di buku pelajaran tersebut. Setelah selesai, Arunika menutup bukunya dan memasukkannya ke dalam tas. Beserta alat tulis miliknya yang lain.

Kemudian Arunika menghampiri bundanya yang sedang menyiapkan sarapan. Ayah Tama telah berangkat kerja sehabis subuh. Itu tandanya pagi ini Arunika akan berangkat ke sekolah bersama bundanya.

Arunika segera melahap sarapannya. Setelah itu ia segera bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Tak lupa bunda Sukma mengunci pintu terlebih dahulu. Lalu seperti biasa mereka mencari angkot untuk membawa mereka ke tempat tujuan.

Beberapa menit berlalu, mereka tiba di sekolah. Arunika segera menyalami tangan sang bunda dan meminta doa agar ia diberikan kelancaran saat mengerjakan soal ujian. Bunda Sukma tersenyum bangga melihat Arunika.

Setelah itu Arunika segera bergegas masuk ke area sekolah. Setibanya di kelas ia melihat Sasya yang tengah menangis. Arunika segera menghampiri temannya itu.

"Kamu kenapa Sya?" Tanya Arunika.

"Ayah sama Ibu aku pisah Nika. Aku dipaksa ikut ibu. Tapi aku nggak mau karena aku lebih deket sama ayah aku." Jelas Sasya.

Hal ini sontak membuat Arunika terkejut. Kedua orang tua temannya akan berpisah. Arunika berpikir bagaimana nasib kedua orang tuanya yang terkadang terlibat adu mulut.

"Kamu yang sabar ya, Sya. Sekarang kamu fokus ujian dulu aja. Kan hari ini udah hari terakhir ujian. Kamu harus bisa fokus supaya nilainya nggak turun."
Tegas Arunika.

Bel masuk berbunyi. Sasya segera menghapus air matanya ketika Aswa, Indah, dan Sekar masuk ke dalam kelas. Ia tidak mau jika temannya itu akan mengetahui masalahnya. Terkecuali Arunika, Sasya menganggap Arunika sebagai teman sekaligus sahabatnya. Jadi, Sasya lebih leluasa menyampaikan segala keluh kesahnya kepada Arunika.

Bu Indah masuk ke dalam ruang kelas dengan membawa map yang berisikan soal-soal ujian seperti hari-hari yang kemarin. Arunika sekilas melirik Sasya yang terlihat kebingungan dengan soal-soal ujian. Kemudian Arunika kembali fokus untuk mengerjakan soal ujian miliknya. Bukan maksud hati Arunika untuk tidak membantu Sasya. Namun, pengawasan Bu Indah lebih tajam. Bu Indah selalu memastikan agar anak-anak tidak ada yang mencontek.

Bel berbunyi. Tanda ujian telah selesai. Arunika segera mengumpulkan lembar miliknya. Begitu juga dengan Aswa, Indah, dan Sekar. Mereka sudah mengumpulkan lembaran milik mereka. Sedangkan Sasya masih duduk di bangkunya. Terlihat sedang berpikir keras untuk segera melengkapi jawaban yang masih belum terisi.

"Tumben, Sasya belum selesai." Celetuk Aswa.

"Mungkin dia lupa sama materi yang dia pelajari." Saut Indah memberikan komentar positif.
Sedangkan Arunika hanya terdiam. Ia tahu hal apa yang membuat konsentrasi Sasya lenyap.

Setelah Sasya mengumpulkan lembaran miliknya. Aswa segera menghampirinya lalu memberikan berbagai macam pertanyaan.

"Kamu kok tumben sih Sya, ngumpulin lembarannya paling akhir?" Aswa melontarkan satu pertanyaan.

"Gapapa kok, tadi agak lupa aja sama materinya." Balas Sasya sekenanya.

"Terus dari tadi aku juga lihat kamu banyak ngelamun, kenapa?" Pertanyaan kedua lolos dari mulut Aswa.
Indah dan Sekar sudah berusaha agar Aswa tidak terlalu ikut campur urusan orang lain.

"Gapapa Wa, udah ya aku lagi males ngomong. Aku lagi sariawan." Elak Sasya.
Akhirnya Aswa menutup mulutnya. Kemudian Arunika segera mengalihkan topik pembicaraan.

-----

Bel pulang sekolah berbunyi. Sasya dan Arunika keluar dari kelas bersamaan. Melangkahkan kaki menuju luar gerbang untuk menanti jemputan. Terlihat ayah dari Sasya yang sudah menunggu di luar. Arunika menatap Sasya sebentar.

"Kamu harus kuat, Sya." Pesan Arunika yang dibalas anggukan kepala oleh Sasya.

Tak berselang lama, Arunika melihat ayahnya yang baru saja datang. Arunika tidak percaya jika ia akan dijemput oleh ayahnya.

"Mampir beli es krim mau nggak?" Tanya Ayah Tama yang baru saja turun dari motor.

"Mau!!" Balas Arunika senang.

Kemudian mereka berlalu meninggalkan area sekolah. Menuju sebuah minimarket untuk membeli es krim. Arunika merasa senang. Beberapa hari ini ia berhasil mendapatkan perhatian dari ayahnya. Arunika merasakan kebahagiaan yang membuat hatinya berbunga-bunga.

Setelah membeli es krim, Ayah Tama memutuskan untuk membawa Arunika ke dermaga. Ia ingin mengajak Arunika melihat kapal-kapal ferry boat yang bersandar. Seraya menikmati es krim Arunika melihat pemandangan indah itu. Beberapa kapal yang mulai membawa penumpang berlayar menuju ke pelabuhan yang lain. Meninggalkan pulau demi pulau untuk urusannya masing-masing.   

"Yah, Nika mau naik kapal." Ucap Arunika seraya menunjuk sebuah kapal yang bersandar.

"Kebetulan itu kapal yang biasanya Ayah bawa. Kapan-kapan Ayah ajak Nika untuk naik kapal itu." Tutur Ayah Tama.

"Beneran, Yah?" Tanya Arunika tak percaya.

"Iya, beneran." Balas Ayah Tama.

Hampir setengah jam Arunika menikmati semilir angin yang menenangkan. Air laut yang terlihat biru menjadi hal candu bagi Arunika.
Siang ini Arunika merasakan ketenangan.
Setelah puas menikmati pemandangan yang menyejukkan mata Arunika mengajak ayahnya pulang. Ayah Tama kemudian membawa Arunika pulang.

Sesampainya di rumah Bunda Sukma langsung memeluk Arunika. Ia khawatir jika terjadi apa-apa dengan putrinya dan suaminya. Karena mereka pulang terlambat.

"Nika gapapa Bund. Tadi Nika habis liat kapal-kapal banyak."  Terang Arunika.

Bunda Sukma menghela napas lega. Pikirannya sudah berkeliaran kemana-mana karena khawatir.
Ayah Tama meminta maaf kepada Bunda Sukma.  Karena memang ia tidak meminta izin terlebih dahulu. Ia hanya pamit jika akan menjemput Arunika. Namun tidak menjelaskan jika setelahnya mereka akan mampir ke mana.

"Maaf, Mas aku khawatir kalian kenapa-kenapa." Ucap Bunda Sukma.

"Saya yang minta maaf karena nggak bilang dulu ke kamu." Ucap Ayah Tama.

Setelah itu, Bunda Sukma langsung menyiapkan makan siang untuk keluarga kecilnya. Arunika sudah mengganti pakaiannya. Ayah Tama juga terlihat lebih segar karena habis mandi.

Arunika memperhatikan kejadian-kejadian yang ada di hadapannya. Bunda Sukma yang menata piring dan juga menyiapkan sayur dan lauk untuk makan siang. Ayah Tama yang juga terlihat sudah menahan lapar sedari tadi. Arunika berpikir apakah kebahagiaan yang menghiasi keluarganya beberapa hari ini akan lenyap suatu saat. Arunika takut akan kejadian yang menimpa Sasya akan terjadi padanya. Ia tidak mau kehilangan kedua orang tuanya. Ia ingin selamanya akan bersama dengan kedua orang tuanya.

Arunika berdoa agar kehangatan keluarganya senantiasa ada di setiap masa. Arunika berharap agar rumah yang sempat hilang itu akan kembali. Dengan segala doa yang terus ia panjatkan, Arunika hanya meminta agar keluarganya tetap utuh dan rumahnya tak akan runtuh. Rumah yang nantinya akan selalu menjadi tempat untuk pulang dan menyimpan segala keluh kesahnya.

Bersambung....

Gimana part kali ini??

Seru nggak sii??

Kritik dan saran boleh banget disampaikan supaya aku lebih baik lagi menulisnya.

Spam Next kuyyy
>>>>

Rumah yang Tak Lagi Ramah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang