Seminggu sudah Arunika tinggal di rumah neneknya. Tubuhnya menggigil. Arunika demam. Bunda Sukma kelimpungan melihat Arunika yang sedang sakit. Akhirnya Bunda Sukma mengompres Arunika.
"Bund, Nika nggak mau tinggal di sini." Gumam Arunika.
Bunda Sukma sungguh tidak tega melihat kondisi Arunika. Akhirnya Bunda Sukma membawa Arunika ke puskesmas. Setelah diperiksa, Bunda Sukma diberikan beberapa obat untuk Arunika.
Kemudian, Bunda Sukma membawa Arunika pulang. Setibanya di rumah, Arunika menghabiskan waktunya seharian di kamar. Ia tidak memiliki tenaga lebih untuk menonton televisi ataupun bermain.-----
Sore harinya, Arunika duduk di sebuah karpet. Tio asyik bermain mobil-mobilan yang ia punya. Arunika melihat kedatangan Nenek Ratna dengan membawa sepiring nasi untuk Tio. Tidak sampai disitu, Nenek Ratna juga menyuapi Tio dengan penuh kasih sayang. Arunika merasa iri. Dalam kondisinya yang sakit saja, Nenek Ratna sama sekali tidak peduli dengannya.
"Nika, makan dulu yuk. Habis itu minum obat." Titah Bunda Sukma.
Bunda Sukma paham jika putrinya itu merasa iri dengan sepupunya. Kehadiran Arunika benar-benar tidak dianggap.
Setelah makan dan minum obat, Arunika kembali masuk ke dalam kamar. Ia tidak ingin melihat Nenek Ratna yang sibuk menyuapi cucu kesayangannya itu. Tak ada harapan yang dipinta oleh Arunika di rumah ini. Sebab, ia tahu jika harapan itu tak pernah terwujud.
Arunika mendengar suara pecahan barang. Arunika segera keluar untuk melihat barang apa yang pecah. Betapa terkejutnya Arunika melihat pianika kesayangannya dibanting oleh Tio.
"Kamu apa-apaan sih, itu barang aku." Teriak Arunika kesal.
"Kenapa kamu banting." Bentak Arunika.
Arunika merasa marah dan kecewa dalam satu waktu. Ia tidak pernah mengusik kehidupan Tio. Namun tanpa rasa bersalahnya, ia malah merusak barang kesayangan Arunika.
Bunda Sukma yang mendengar keributan langsung melihat apa yang terjadi. Nenek Ratna yang berada di dapur langsung keluar.
"Kalian kenapa sih?" Bentak Nenek Ratna.
"Lihat, Nek. Cucu kesayangan Nenek itu udah ngerusak barang kesayangan aku. Aku benci, Nek. Aku capek di rumah ini." Teriak Arunika meluapkan emosinya.
"Heh, barang itu masih bisa beli yang baru. Kenapa harus marah-marah nggak jelas." Tegur Nenek Ratna.
"Memangnya Nenek punya uang itu, hah? Nika nggak pernah Nek ganggu Tio. Tapi kenapa dia ngerusak barang itu." Arunika meluapkan kekesalannya.
Plakk
Satu tamparan mendarat di pipi mulus milik Arunika. Bunda Sukma yang melihat hal itu langsung menarik Arunika dari hadapan Ibunya.
"Bu, jangan main tangan." Tegur Bunda Sukma.
"Kenapa. Anak kamu itu udah berani bentak saya." Tegas Nenek Ratna.
"Aku kecewa sama ibu. Bisa-bisanya ya Ibu membela anak yang berbuat salah. Stop memanjakan Tio Bu. Dia anak laki-laki. Dia harus tahu kalau yang dia lakukan itu salah." Sentak Bunda Sukma.
"Ini rumah saya. Saya yang punya hak atas semua yang ada di sini. Saya yang berhak mengatur apapun yang terjadi di rumah ini. Kamu itu cuma anak nggak tau terima kasih yang kembali ke rumah ini menjadi beban." Bentak Nenek Ratna.
Bunda Sukma langsung membawa Arunika ke dalam kamar. Ia berusaha menenangkan Arunika yang sudah terisak.
"Nenek nggak pernah nerima keberadaan kita, Bund. Lebih baik kita pergi." Ucap Arunika memohon.
"Bunda belum ada uang, Nika. Kita harus bisa bertahan di sini sebentar. Kita tunggu Ayah kirim uang ke kita supaya kita bisa cari kontrakan di sini." Jelas Bunda Sukma.
"Ketakutan Nika semakin banyak, Bund. Teriakan-teriakan itu menghantui Nika." Tutur Arunika berusaha meluapkan isi hatinya.
"Sabar ya, Nika harus kuat." Ucap Bunda Sukma.
----
Pembagian rapor kenaikan kelas telah tiba. Arunika terlihat tegang karena ia merasa khawatir jika nilainya jelek. Pak Tono selaku wali kelas masuk ke dalam kelas. Membawa tumpukan rapor dengan 3 bingkisan. Dapat Arunika tebak jika itu adalah hadiah untuk siswa yang mendapat peringkat terbaik.
Pak Tono langsung membacakan deretan siswa yang mendapatkan peringkat terbaik. Arunika tidak menyangka jika namanya ikut terpanggil. Menempati posisi pertama. Uswa memberikan ucapan selamat kepada Arunika."Selamat, Nika. Kamu hebat." Ucap Uswa.
Beberapa temannya menatap heran ke arah Arunika. Arunika adalah murid pindahan yang langsung mengukir prestasi di kelas.
Arunika pulang dengan membawa kabar gembira. Langkah kakinya terlihat begitu bersemangat untuk segera tiba di rumah. Sesampainya di rumah, Arunika langsung memberikan kabar gembira itu kepada Bunda Sukma.
"Bund, Nika dapat peringkat 1." Ucap Arunika dengan binar di matanya.
"Wah, anak Bunda emang hebat." Balas Bunda Sukma.
Kemudian Arunika mendengar rengekan Tio yang meminta hadiah. Arunika tahu jika anak itu tidak mendapat peringkat. Namun ia terus merengek untuk dibelikan hadiah. Nenek Ratna merasa pusing dengan rengekan itu.
"Nikaaa!!!" Panggil Nenek Ratna.
Arunika diam. Ia tidak menjawab panggilan dari neneknya itu.
"Keluar Nika. Nenek tahu kamu sudah pulang." Bentak Nenek Ratna.
Arunika keluar dari kamar. Dengan badan yang masih mengenakan seragam sekolahnya.
"Mana hadiah kamu. Nenek dengar kamu dapat hadiah karena mendapatkan peringkat 1. Sini hadiahnya kasih ke Tio. Kasian dia nggak dapat peringkat." Titah Nenek Ratna.
Tentu saja Arunika menolak. Hadiah ini adalah jerih payahnya selama ini belajar dengan sungguh-sungguh. Yang juga berusaha beradaptasi dengan baik di lingkungan yang baru.
"Nika nggak mau, Nek. Ini hasil dari usaha Nika. Kalau Tio mau dapat hadiah, ya suruh dia belajar." Tutur Arunika.
Nenek Ratna tidak mendengar ucapan dari Arunika. Ia langsung mencari dimana Arunika meletakkan hadiah itu. Bunda Sukma melarang nenek Ratna masuk ke dalam kamarnya.
"Bu, jangan memanjakan Tio berlebihan." Tegur Bunda Sukma.
"Diam. Saya nggak butuh ceramah dari kamu." Bentak Nenek Ratna.
Arunika mengejar Nenek Ratna yang sibuk mencari hadiahnya. Bunda Sukma juga berusaha mencegah wanita itu masuk. Namun, Nenek Ratna mendorong Bunda Sukma hingga terjatuh.
"Nenek jahat." Teriak Arunika.
Nenek Ratna keluar dari kamar dengan tangan yang membawa hadiah milik Arunika. Nenek Ratna menyerahkan hadiah itu kepada Tio.
"Ini sayang, udah jangan nangis lagi." Ucap Nenek Ratna.
Tio menerima hadiah itu. Arunika menatap Tio penuh kebencian. Kebahagiaannya direnggut. Hadiah yang ia dapat diminta begitu saja.
Ini bukan rumah yang Nika impikan. Rumah yang didalamnya tak ada kehangatan dan keharmonisan. Rumah terakhir yang ia harapkan sudah tidak ada. Tak ada tempat yang tepat untuk dirinya pulang.
"Nika benci tinggal di sini Bund. Rumah mana lagi yang bisa menjadi tempat pulang untuk Nika. Rumah Nika benar-benar hancur Bund. Ayah, Nenek, semua orang nyakitin Nika." Tutur Nika ditengah isakan tangisnya.
Bunda Sukma kembali memeluk tubuh rapuh putrinya. Realita yang ada terlalu menyiksa. Bunda Sukma berpikir jika kembali ke sini adalah pilihan yang tepat. Namun ternyata ini adalah pilihan yang kembali membuat Arunika terluka hebat.
Bersambung.....
Spam Next kuyyy
>>>>
![](https://img.wattpad.com/cover/370560133-288-k799187.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah yang Tak Lagi Ramah
Aktuelle LiteraturKisah tentang seseorang bernama Arunika Prasasmita. Menjalani kehidupan masa kecil yang bahagia namun tiba-tiba berubah drastis. Kebahagiaan yang kian sirna digantikan dengan kesedihan yang kian membara. Kehilangan kasih sayang seorang ayah yang seh...