Minggu demi minggu berlalu. Besok adalah hari Senin. Hari dimana Arunika akan melaksanakan ujian kenaikan kelas. Malam ini Arunika belajar dengan giat. Ia berharap jika besok bisa mengerjakan soal ujian dengan lancar. Sesekali Bunda Sukma membantu Arunika yang sedikit kesulitan memahami materi. Setelah selesai belajar, Arunika memutuskan untuk segera tidur.
Keesokan pagi, Bunda Sukma sudah terlihat sibuk di dapur untuk menyiapkan sarapan. Ayah Tama baru saja bangun. Arunika terlihat sudah rapi mengenakan seragam berwarna merah putih miliknya.
"Nika, sarapan dulu. Mas, kamu mandi dulu habis itu sarapan." Pesan Bunda Sukma kepada suami dan putrinya.
"Iya." Balas Arunika.
Arunika tengah sibuk memasukkan alat tulis ke dalam tasnya. Ia memastikan agar tidak ada satu barang yang tertinggal. Karena jarak rumah dan sekolah lumayan jauh. Jadi Arunika selalu teliti untuk memasukkan peralatan sekolahnya agar tidak ada yang tertinggal.
Setelah sekian lama akhirnya keluarga kecil itu menikmati sarapan bersama. Arunika terlihat sangat senang karena akhirnya ia bisa menikmati waktu bersama kedua orang tuanya. Terutama ayahnya yang sering sibuk.
Selesai sarapan, Arunika berangkat ke sekolah diantar oleh ayah dan bundanya. Benar-benar hari yang menyenangkan bagi Arunika. Sepanjang perjalanan Arunika terus bersenandung kecil. Menikmati pagi yang cerah dengan kenangan indah yang akan selalu ia ingat.
Setibanya di sekolah, Arunika menyalami tangan ayah dan bundanya. Kemudian Bunda mengecup singkat pipi Arunika.
"Semangat ya sayang, semoga ujiannya berjalan dengan lancar." Ucap Bunda Sukma menyemangati.
Begitu juga dengan Ayah Tama yang terlihat membisikkan sesuatu kepada Arunika."Nanti kalau kamu bisa dapet juara, Ayah belikan sepeda baru untuk Nika." Itulah pesan yang Ayah Tama bisikkan ke telinga Arunika.
Arunika mengangguk mantap. Ia yakin jika ia bisa menyelesaikan ujiannya dengan baik dan pastinya akan mendapatkan juara. Kalimat yang diucapkan oleh Ayah Tama adalah ungkapan penyemangat agar Arunika lebih giat belajar dan bisa mendapatkan juara. Meskipun kenyataannya, Ayah Tama dan Bunda Sukma tidak menuntut Arunika menjadi juara kelas.
Kemudian Arunika segera masuk ke area sekolah. Sasya yang baru saja tiba, langsung berlari menyusul Arunika.
"Nikaaa, tungguin aku." Teriak Sasya dari kejauhan.
Arunika segera menghentikan langkahnya. Menunggu Sasya yang tengah berlari menghampirinya."Huft, capek banget." Keluh Sasya dengan tangan yang ia gunakan untuk mengelap sedikit keringat yang membasahi dahinya.
"Siapa suruh lari-lari." Sindir Arunika.
"Tumben tadi dianterin sama Ayah dan Bunda kamu?" Tanya Sasya penasaran.
"Gapapa sih, mereka kok yang mau." Tutur Arunika.
"Enak ya jadi kamu." Celetuk Sasya.
"Kamu nggak tahu apa-apa Sya." Balas Arunika.
Kemudian Arunika segera mengajak Sasya ke kelas. Karena sebentar lagi bel masuk berbunyi.
Setibanya di kelas terlihat Indah, Sekar, dan Aswa yang sibuk membolak-balikkan buku. Namun dengan segera mereka menutup buku tersebut."Pusing banget ya ampun." Keluh Aswa.
"Kenapa sih di dunia ini harus ada kata belajar." Celetuk Sekar.
"Biar kita itu punya pengetahuan. Bisa bedakan mana yang benar dan mana yang salah. Terus kita bisa menjalani kehidupan dengan baik karena pengetahuan dan keterampilan yang kita punya." Saut Arunika seraya menaruh tasnya di bangku.
"Wihhh Nika keren banget." Celetuk Indah.
Kemudian belum masuk berbunyi nyaring. Hari ini siswa-siswi duduk sesuai urutan nomor absen. Bu Indah masuk dengan membawa map berwarna coklat. Setelah itu beliau mengucapkan salam terlebih dahulu kepada anak-anak. Kemudian Bu indah membagikan lembar soal ujian kepada anak-anak. Arunika membaca soal tersebut dengan teliti. Kemudian ia mengerjakan satu persatu soal yang ada di lembaran tersebut.
Arunika mencoret jawaban yang ia rasa benar. Sesekali ia mengingat-ingat materi yang telah ia pelajari kemarin karena sedikit lupa. Aswa terus membolak-balikkan lembaran soal itu. Karena ia tidak belajar, jadi ia merasa kesulitan mengerjakan. Indah masih berusaha semaksimal mungkin untuk mengingat-ingat apa yang ia pelajari kemarin malam. Sasya terlihat mengerjakan soal dengan tenang. Sedangkan Sekar justru memainkan penghapus yang setiap sisinya ia tuliskan abjad A sampai D. Seperti bermain dadu, ia melempar penghapus itu. Ketika abjad A yang muncul, ia akan mencoret jawaban A yang tertera di lembaran soal. Anak sekecil itu bisa mendapat inspirasi mengerjakan soal dengan mengarang jawaban. Hal itu terjadi karena kakaknya Sekar yang sering mengajarinya cara seperti itu.
Bel berbunyi. Tanda waktu istirahat telah tiba. Arunika segera mengumpulkan kertas miliknya ke depan. Disusul dengan Sasya yang juga telah menyelesaikan soal-soal tersebut. Sedangkan Aswa, Sekar, dan Indah masih kebingungan mencari jawaban yang kurang. Akhirnya mereka bertiga memutuskan untuk menjawab soal asal asalan.
Kemudian mereka berlima memutuskan untuk membeli jajan di kantin. Selesai istirahat, mereka kembali melanjutkan ujian di jam kedua.
Arunika terlihat begitu tenang karena ia menguasai materi yang telah ia pelajari kemarin.Jam terus berjalan. Waktu ujian telah selesai. Bu Indah meminta anak-anak segera mengumpulkan lembaran soal. Lagi dan lagi Arunika maju paling awal. Kemudian ia meraih tas nya lalu segera keluar dari ruang kelas.
Sesampainya di depan gerbang, ia melihat ayahnya menjemputnya hari ini. Arunika terlihat begitu senang. Arunika segera berlari menghampiri sang ayah.
"Gimana ujiannya?" Tanya Ayah Tama.
"Lancar kok, Yah." Balas Arunika.
Kemudian, Ayah Tama melajukan motornya meninggalkan area sekolah. Di perjalanan sesekali Arunika berbincang-bincang dengan ayahnya. Kerenggangan yang sempat terjadi mulai meluruh secara perlahan. Arunika berharap jika kedekatannya dengan sang ayah akan tetap terjalin.
Sesampainya di rumah, Arunika disambut dengan aroma masakan yang sangat lezat. Ternyata hari ini Bunda Sukma memasak ayam kecap. Makanan kesukaannya setelah nasi goreng yang menjadi makanan favoritnya."Wah, enak nih kayaknya." Celetuk Ayah Tama seraya melepas topi yang ia kenakan.
"Nika ganti baju dulu, habis itu kita makan bareng-bareng." Titah Bunda Sukma.
Arunika langsung berlari ke kamar untuk segera mengganti pakaiannya.
Setelah selesai, ia langsung kembali ke ruang makan untuk menyantap makan siangnya."Ngambil sendiri apa Bunda ambilkan nasi sama lauknya?" Tanya Bunda Sukma.
"Aku ambil sendiri aja Bund." Jawab Arunika.
Akhirnya Bunda Sukma memilih menyiapkan makanan untuk suaminya. Ayah Tama menerima piring yang telah berisikan nasi dan lauknya."Makasih." Ucap Ayah Tama.
Bunda Sukma tersenyum senang. Sudah lama ia tidak mendengar suaminya mengucapkan rasa terima kasih kepadanya."Ujiannya lancar kan, Nika?" Tanya Bunda Sukma.
"Aman Bund." Balas Arunika penuh percaya diri.
"Ingat pesan Ayah ya." Saut Ayah Tama.
Bunda Sukma tidak tahu perjanjian apa yang terjadi diantara keduanya. Namun, bunda Sukma bisa melihat binar bahagia di netra Arunika.
Seperti tadi pagi, mereka kembali makan bersama. Kejadian yang telah lama tidak terjadi di rumah kini perlahan mulai merekah.
Bersambung....
Gimana part kali ini??
Seru nggak sii??
Kritik dan saran boleh banget disampaikan supaya aku bisa lebih baik lagi menulisnya.
Spam Next kuyyy
>>>>
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah yang Tak Lagi Ramah
General FictionKisah tentang seseorang bernama Arunika Prasasmita. Menjalani kehidupan masa kecil yang bahagia namun tiba-tiba berubah drastis. Kebahagiaan yang kian sirna digantikan dengan kesedihan yang kian membara. Kehilangan kasih sayang seorang ayah yang seh...