Batam, 2015
Saat ini Arunika sudah berada di bangku kelas 3 SD. Arunika bersama keempat temannya kembali mengingat perjanjian saat mereka kelas 1. Setiap kenaikan kelas, pembagian kelas akan diacak. Beruntungnya, mereka berlima selalu berada di kelas yang sama.
"Ingat kan, sama perjanjian kita waktu itu." Ucap Aswa membuka pembicaraan.
Arunika dan yang lainnya mengangguk. Kemudian mereka mencoba untuk memastikan apakah warung itu masih ada atau tidak. Syukurlah, warung itu masih ada.
"Untung aja warungnya masih ada." Ucap Aswa merasa senang. Sebab penantian mereka selama ini membuahkan hasil yang baik.
Bel istirahat menggema ke penjuru sekolah. Arunika dan teman-temannya langsung keluar dari kelas dan menuju ke gerbang pembatas yang memisahkan antara warung tersebut dengan gedung sekolah.
Mereka berlima mencoba untuk memanjat pagar tembok itu. Dimulai oleh Aswa terlebih dahulu. Ia terlihat begitu lincah memanjat pagar tembok itu. Kemudian Aswa menyodorkan tangannya untuk memegang Arunika. Lalu, Arunika memulai memanjat gerbang itu. Arunika berhasil. Setelahnya, Sasya yang akan memanjat. Dengan mudah Sasya memanjat pagar itu.
Dilanjut dengan Sekar yang memanjat pagar. Giliran terakhir yaitu Indah. Ia terlihat takut ketika akan memanjat. Aswa meyakinkan Indah jika semuanya akan baik-baik saja. Akhirnya Indah berhasil memanjat pagar itu. Kemudian mereka berlima langsung bergegas menuju warung yang sudah lama sangat ingin mereka kunjungi.
Ternyata warung itu menjual makanan cireng dengan es tea jus. Minuman sachet yang akan diseduh di kantung plastik es atau di gelas.
Mereka berlima langsung memesan cireng dan minumannya. Mereka meminta agar es nya diseduh di gelas.Mereka menikmati jam istirahat siang ini di warung tersebut. Semenjak kelas 3, jadwal masuk sekolahnya berbeda. Mereka akan masuk pukul 12.00 siang dan pulang pukul 16.00 sore.
Pesanan telah siap. Mereka berlima langsung menyantap makanan itu dengan lahap. Sesekali mereka membahas tentang tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
Setelah selesai, mereka berlima langsung kembali ke gedung sekolah. Saat mereka berhasil turun dari pagar tembok itu, ada seorang guru yang memergoki mereka. Arunika dan teman-temannya langsung merasa takut. Mereka takut jika dihukum karena jajan di luar area sekolah. Meskipun sebenarnya banyak anak-anak yang jajan di warung tersebut. Namun ternyata guru itu langsung berlalu pergi. Tak ada niat untuk menegur mereka sama sekali. Arunika dan teman-temannya menghembuskan napas lega. Ternyata guru itu tidak memarahi mereka.
"Untung aja kita nggak dihukum." Tutur Aswa seraya menghembuskan napas lega.
Bel masuk berbunyi nyaring. Arunika dan teman-temannya segera masuk ke kelas. Sesampainya di kelas beberapa menit kemudian Mister Rangga masuk ke dalam kelas. Yang kebetulan ia juga menjadi wali kelas mereka saat ini.
"Bu Sita nggak bisa masuk hari ini. Kalian ada tugas untuk membuat kelompok. Satu kelompok berisi lima anak yaa. Tugasnya ada di buku Tematik halaman 57. Sepertinya kalian diminta untuk menari atau apa saya kurang tahu. Jadi silahkan dibuka bukunya ya." Pesan Mister Rangga.
Kemudian ia berlalu meninggalkan kelas. Tak lupa menutup pintu kelas agar anak-anak tidak berkeliaran ke luar kelas.
Segera Arunika membuka buku Tematik miliknya. Tepat di halaman 57 itu terdapat sebuah lirik lagu. Lagu anak-anak yang berjudul 'Lihat Kebunku' kemudian dibawahnya terdapat gambar anak menari. Sebenarnya tidak tepat jika dikatakan menari. Gerakan sederhana itu lebih tepat dikatakan gerakan senam.
Arunika masih satu bangku dengan Sasya. Kemudian mereka berdua mengajak Aswa, Indah, dan Sekar untuk satu kelompok. Ketiganya menerima permintaan itu dengan senang. Sebab, mereka berlima sudah terbiasa bersama. Jika ada tugas kelompok akan lebih mudah jika dikerjakan bersama dengan teman yang satu frekuensi.
"Kita latihannya setiap jam istirahat aja ya. Soalnya rumah kita kan juga ada yang jauh. Jadi nggak bisa kalau harus kerja kelompok di luar jam sekolah." Terang Arunika.
Dari keempat temannya itu, rumah Arunika lah yang paling jauh. Sedangkan rumah Indah dan Sekar ada di seberang pulau. Pulau Kasam, itu nama daerahnya.
Sekolah mereka berada di daerah yang dipisah dengan laut yang bisa dikatakan tidak terlalu luas. Setiap berangkat sekolah mereka akan menaiki perahu kecil yang akan mengantarkan mereka ke sekolah. Arunika bisa melihat Pulau itu dari jalan raya yang ada di depan sekolah. Sungguh, daerah yang membuat Arunika nyaman. Namun, Arunika tinggal di daerah yang lumayan jauh dari sekolah. Itulah sebabnya ia selalu naik angkot untuk berangkat ke sekolah.
"Siap." Balas Keempat temannya.
Kemudian bel pulang berbunyi nyaring. Mereka berlima berjalan bersama keluar dari area sekolah. Sasya pulang lebih dulu karena ayahnya sudah menjemputnya. Kemudian Indah dan Sekar berpisah ketika perahu yang biasanya membawa mereka sudah ada di tepian. Arunika melihat kedua temannya itu naik ke perahu. Sepertinya hal itu sangat seru. Kemudian Aswa berbelok ke sebuah jalan yang menanjak seperti ke bukit. Rumahnya berada di atas sana.
"Kapan-kapan mampir ya, Nika." Pesan Aswa sebelum dirinya melangkah kaki meninggalkan Arunika sendirian.
Telaga Punggur menjadi tempat yang berharga bagi Arunika. Segala kenangannya terekam manis di sepanjang jalan ini. Pulang sekolah bersama teman-temannya. Bersenandung kecil ketika hujan turun dan berjalan menuju halte. Sayangnya, tempat tinggalnya bukan di kampung ini. Melainkan di kampung yang lumayan jauh dari Telaga Punggur.
Arunika tinggal di Kavling Lama, itulah nama tempatnya. Terdengar aneh memang. Namun memang benar itu namanya.Kemudian ia melangkahkan kakinya menuju halte seperti biasanya. Halte itu berada di pinggir jalan besar yang berada di sebelah jalan masuk menuju pelabuhan. Sesekali ia melihat teman-temannya yang berjalan bersama-sama karena rumah yang berada di sekitar jalan menuju pelabuhan. Ada dua pelabuhan di Telaga Punggur. Yang satu pelabuhan Kapal Ferry boat dan yang satunya kapal Roro. Terkadang ia ingin datang ke pelabuhan untuk bertemu Pakde Harso dan Bude Tiya. Karena pakde saat ini sudah bekerja di pelabuhan kapal Roro, meskipun hanya sebagai tukang kebun dan office boy. Namun, ia tidak berani karena takut dimarahi oleh Pakde Harso.
Lima menit menunggu, angkot telah tiba. Arunika langsung naik ke dalam angkot. Semenjak kelas 3 ini Arunika berangkat ke sekolah sendiri. Karena Bunda Sukma meminta Arunika agar bisa mandiri. Tentu saja, Arunika melakukannya dengan baik.
Berangkat dan pulang sekolah sendiri.
Di dalam angkot, pikiran Arunika berkelana. Ia berpikir jika tiga tahun lagi ia akan lulus dari Sekolah Dasar. Ia pasti bisa bersekolah di SMP favorit yang ada di sana. Ia terus berdoa agar takdir mengizinkannya untuk tetap tinggal di tempat ini lebih lama lagi. Dengan berbagai kenangan dan keindahannya.Spam Next kuyyy
>>>>
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah yang Tak Lagi Ramah
Fiksi UmumKisah tentang seseorang bernama Arunika Prasasmita. Menjalani kehidupan masa kecil yang bahagia namun tiba-tiba berubah drastis. Kebahagiaan yang kian sirna digantikan dengan kesedihan yang kian membara. Kehilangan kasih sayang seorang ayah yang seh...