Di hari Minggu yang cerah, Arunika bangun dari tidur. Ia segera keluar dari kamar untuk mencuci muka di kamar mandi. Saat keluar daripada kamar, ia melihat sebuah sepeda berwarna pink yang terlihat elok. Arunika segera mencari kebesaran bundanya untuk menanyakan sepeda itu.
"Bund, ini sepedanya siapa?" Tanya Arunika.
"Itu sepeda kamu." Balas Ayah Tama yang tiba-tiba mendekat.
Mata Arunika berbinar. Ia terlihat sangat senang karena sepeda yang dibelikan ayahnya sangat bagus dengan warna yang lucu. Bunda Sukma mendekat ke posisi Arunika yang sibuk melihat detail sepeda miliknya.
"Belajar sepedanya sama Ayah ya. Hari ini Ayah libur kerja." Terang Bunda Sukma.
Arunika mengangguk setuju. Hal ini sudah lama ia dambakan. Arunika langsung menaiki sepedanya kemudian membawanya keluar dari rumah. Bunda Sukma berpesan agar Arunika hati-hati. Kemudian Ayah Tama mengikutinya dari belakang.
Langkah Ayah Tama terus mengikuti sepeda yang dikayuh oleh Arunika dengan penuh semangat.
Kemudian Arunika terjatuh dari sepedanya. Lututnya terlihat tergores. Ayah Tama langsung mengobatinya. Kemudian Ayah Tama memegang bagian belakang sepeda agar Arunika tidak terjatuh. Arunika kembali mengayuh sepedanya. Arunika sudah mengayuh sepedanya beberapa kali putaran. Kemudian ia meminta ayahnya agar melepas cekalan tangannya."Lepasin pegangannya Yah. Nika udah bisa." Tutur Arunika.
Kemudian Ayah Tama melepas pegangannya. Arunika segera mengayuh sepedanya, dan berhasil. Arunika terlihat sudah lihai membawa sepeda berwarna pink itu. Ayah Tama memandang dari kejauhan. Putrinya terlihat begitu senang bermain sepeda. Karena sudah merasa lelah, Arunika kembali menghampiri sang ayah yang menunggunya di bawah pohon.
"Ayah, Nika capek." Keluhnya.
"Istirahat dulu. Nanti lanjut lagi." Pesan Ayah Tama.
Bunda Sukma tiba-tiba menghampiri Arunika yang terduduk di bawah pohon yang rindang.
"Nika, ayo pulang. Kita sarapan dulu." Titah Bunda Sukma.
Kemudian Arunika membawa sepedanya pulang. Ayah Tama membantu Arunika menuntun sepeda tersebut.
Setibanya di rumah mereka bertiga menikmati sarapan bersama. Arunika menampilkan senyumnya. Senyum tanda jika kebahagiaan sedang datang menyapanya.
"Besok ikut ayah kerja mau?" Ajak Ayah Tama.
Bunda Sukma menegur suaminya itu. Apakah boleh jika bekerja dengan membawa anak. Arunika tentu saja bersemangat menjawab ajakan sang ayah."Mau, Yah." Ucap Arunika.
"Emangnya boleh?" Saut Bunda Sukma meminta kejelasan.
"Boleh kok. Kan saya yang bawa kapalnya. Selagi Nika nggak aneh-aneh pasti aman kok." Jelas Ayah Tama.
Akhirnya Bunda Sukma memberikan izin. Arunika bersorak kegirangan. Keinginannya untuk menyusuri laut dengan kapal akan terwujud.
-----
Keesokan paginya Arunika bangun lebih awal karena Bunda Sukma membangunkannya. Karena hari ini Arunika akan ikut ayahnya bekerja. Arunika memakai pakaian berwarna putih. Tak lupa ia memakai sebuah topi berwarna abu-abu.
Ayah Tama segera membawa Arunika ke pelabuhan. Arunika menatap kagum bangunan yang hampir setiap hari selalu didatangi oleh banyak orang. Sama halnya seperti di bandara, pelabuhan juga menyimpan salam perpisahan.
Ayah Tama segera menuju ke dermaga dimana kapal yang akan ia bawa nantinya bersandar. Terlihat Anak Buah Kapal yang sudah datang lebih awal dari Ayah Tama.
"Saya bawa anak saya gapapa ya. Dia pengen banget naik kapal." Ucap Ayah Tama kepada rekan kerjanya itu.
Ada dua orang yang selalu mendampingi Ayah Tama di kapal itu.
"Gapapa Pak." Balas mereka.
Arunika melihat ketika para penumpang sudah mulai mendekati dermaga untuk naik ke kapal. Ayah Tama langsung menyuruh Arunika untuk masuk terlebih dahulu. Kemudian Arunika memilih tempat duduk yang tak jauh dari tempat kemudi yang akan di tempati oleh ayahnya nanti.
Setelah semua penumpang berada di dalam kapal. Ayah segera membawa kapal itu mengarungi air laut yang berwarna biru itu.
"Wahhh bagus banget." Ucap Arunika takjub.
Arunika melihat buih air yang terlihat di sekitar kapal. Ada seorang pria paruh baya yang berada di samping Arunika. Kemudian pria itu menanyakan sesuatu kepada Arunika.
"Kamu naik kapal ini sama siapa?" Tanya pria itu.
"Aku sama Ayah. Itu Ayah aku yang bawa kapalnya." Jelas Arunika membanggakan sosok ayahnya itu.
Pria itu kemudian tersenyum. Hal yang cukup langka ketika ia naik kapal ferry boat menemukan juru kemudi yang membawa anaknya berkerja.
"Ayah kamu hebat ya." Ucap pria paruh baya itu.
Arunika terdiam. Jika dalam kondisi seperti ini ayahnya memang terlihat seperti sosok yang hebat. Namun, dalam keadaan yang sangat sering ayahnya kerap memberikan kekecewaan padanya.
Arunika membalas ucapan pria paruh baya itu dengan senyuman. Ia tidak bisa memberikan kalimat balasan yang tepat untuk ucapan pria paruh baya tersebut.Setibanya di pelabuhan tempat tujuan, Arunika segera turun dari kapal. Setelah semua penumpang turun dari kapal, Ayah Tama mengajak Arunika untuk makan terlebih dahulu.
"Makan soto ayam mau?" Tanya Ayah Tama.
"Mau, Yah." Jawab Arunika.
Kemudian Ayah Tama membawa Arunika ke warung yang ada di sekitar pelabuhan. Mengajak Arunika dan kedua rekan kerjanya untuk makan siang.
Setelah makanan dihidangkan Arunika menatap soto ayam yang masih terlihat panas. Kemudian Ayah Tama menyuapi Arunika perlahan karena kuah soto yang masih panas. Arunika menerima suapan itu dengan hati yang sangat senang. Ini kali pertama ayahnya mau menyuapi makanan untuknya.
"Enak kan?" Tanya Ayah Tama.
Arunika mengangguk setuju. Soto ayam ini memang sangat enak.
Hampir setengah jam mereka beristirahat untuk makan siang. Beberapa menit lagi mereka akan membawa penumpang menuju pelabuhan awal. Arunika sudah menghabiskan makanannya. Tentunya dengan disuapi oleh ayahnya. Ayah Tama segera mengajak Arunika untuk kembali ke kapal.
Kapal kembali melakukan perjalanan untuk kembali ke pelabuhan awal. Membawa penumpang yang menjadikan daerah itu tempat tujuan. Dari Tanjung Pinang kembali menuju ke Telaga Punggur. Itulah nama tempatnya. Arunika kembali duduk di tempat yang tak jauh dari ayahnya. Seperti awal, netranya terus melihat laut berwarna biru yang menjadi candu untuknya. Ternyata laut memang sebagus itu untuk Arunika. Namun, dibalik keindahannya yang memikat, laut juga menyimpan kejadian kelam. Banyak terjadi kecelakaan kapal yang mengakibatkan banyak korban meninggal karena tidak bisa berenang dan tidak mengenakan pelampung. Arunika yang mengetahui ayahnya bekerja di laut, selalu berdoa agar ayahnya selalu dilindungi oleh Sang Maha Kuasa.
Sesampainya di pelabuhan Telaga Punggur Arunika segera turun dari kapal. Menunggu ayahnya yang sedang mencari tempat menyandarkan kapal. Setelah sela, Ayah Tama segera menghampiri Arunika dan mengajaknya pulang. Ternyata hujan turun lebih awal dari perkiraan cuaca. Arunika langsung melepas topi yang ia kenakan.
Arunika langsung membawa dirinya berdiri di bawah rintik hujan. Ayah Tama membiarkan Arunika untuk bermain hujan sebentar. Setelah dirasa cukup, Ayah Tama langsung membawa Arunika pulang. Meskipun pakaiannya telah basah akibat air hujan, Ayah Tama tetap memakaikan jas hujan untuk Arunika. Arunika memeluk ayahnya erat di atas motor. Kemudian mereka membelah jalanan yang terlihat lengang karena hujan yang datang.
Bersambung....
Gimana part kali ini???
Seru nggak sii??
Kritik dan saran boleh banget disampaikan supaya aku lebih baik lagi menulisnya.
Spam Next Kuyyy
>>>>
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah yang Tak Lagi Ramah
Fiction généraleKisah tentang seseorang bernama Arunika Prasasmita. Menjalani kehidupan masa kecil yang bahagia namun tiba-tiba berubah drastis. Kebahagiaan yang kian sirna digantikan dengan kesedihan yang kian membara. Kehilangan kasih sayang seorang ayah yang seh...