Di hari Minggu yang cerah ini, Bunda Sukma memutuskan untuk mengajak Arunika jalan-jalan. Sesuai dari saran sang suami semalam, ia ingin mengajak Arunika ke sebuah mall yang ada di pusat kota. Arunika terlihat begitu bersemangat. Ia segera mandi dan mencari pakaian paling bagus yang ia punya. Bunda Sukma menggelengkan kepalanya heran melihat tingkah putrinya itu.
Sekitar pukul 10.00 pagi Bunda Sukma dan Arunika memutuskan untuk berangkat. Seperti biasa, mereka akan menggunakan angkot untuk transportasi paling mudah. Hampir lima belas menit mereka menunggu. Hingga akhirnya ada satu angkot yang lewat. Kemudian, Bunda Sukma memberitahukan tempat tujuan mereka. Lalu sopir itu mengangguk dan mempersilahkan mereka berdua untuk segera masuk ke angkot.
Sinar mentari yang terik membuat kondisi di dalam angkot terasa panas. Ditambah dengan desakan yang membuat keringat bercucuran. Namun, Arunika tetap memamerkan senyumnya di sepanjang perjalanan.
"Bund, nanti kalau aku udah gede, aku mau belikan banyak barang-barang mahal untuk Bunda. Aku juga akan bawa Bunda jalan-jalan keluar kota dan kita bisa senang-senang di sana." Tutur Arunika penuh percaya diri.
Bunda Sukma tersenyum melihat antusias Arunika ibaratkan itu adalah mimpi-mimpinya di masa depan.
"Iya Nika. Kamu harus bisa jadi orang sukses dan hebat." Ucap Bunda Sukma.
Sekitar setengah jam perjalanan, mereka tiba di Mall yang menjadi pusat perbelanjaan yang ada di kota tersebut. Bunda Sukma menggenggam erat tangan Arunika lalu mulai masuk ke bangunan megah itu. Banyak orang yang ada di sana. Mulai dari anak kecil hingga orang tua yang sibuk memilih baju terbaik untuk anaknya. Biasanya, Arunika akan pergi ke Mall setiap seminggu sebelum hari raya. Makanya Arunika merasa senang ketika bundanya mengajak dirinya untuk jalan-jalan ke Mall.
"Nika, maaf ya. Tapi Bunda belum bisa belikan Nika baju baru. Kita jalan-jalan aja ya keliling Mall. Nanti waktu pulang kita mampir beli jagung keju kesukaan Nika." Terang Bunda Sukma yang segera dibalas anggukan oleh Arunika.
Bunda Sukma merasa bersyukur memiliki putri yang sangat memahami keadaannya. Arunika tidak pernah menuntut banyak hal kepada dirinya. Hanya satu yang selalu ia tuntut, yaitu kasih sayang dari ayahnya.
Mereka segera melangkahkan kaki untuk memulai kegiatan mengelilingi Mall hari ini. Sesekali Arunika melirik deretan sepatu ataupun baju yang menarik perhatiannya. Namun, Arunika tidak meminta bundanya untuk membeli barang tersebut. Arunika paham, kondisi ekonomi bundanya sedang tidak baik.
Karena, seminggu yang lalu Nenek Ratna meminta transferan uang kepada Bundanya. Nenek Ratna adalah nenek kandung Arunika. Beliau merupakan ibu dari Bunda Sukma. Hampir setiap bulan, Nenek Ratna selalu meminta uang kepada Bunda Sukma. Bunda Sukma juga selalu mengirimkan uang dalam jumlah yang tidak sedikit. Dengan tujuan sebagai bentuk baktinya kepada orang tua. Sebab, ia berada jauh di perantauan.
"Bund, kita pulang aja yuk." Ajak Arunika setelah merasa lelah berkeliling Mall.
"Yaudah kita pulang. Tapi mampir beli makan dulu yaa." Terang Bunda Sukma.
Arunika mengangguk setuju.
Bunda Sukma mengajak Arunika mampir di sebuah warung nasi padang yang ada di luar sekitar area Mall. Lalu Bunda Sukma memesan 2 porsi nasi beserta minumannya. Tak ada lima menit, nasi itu sudah berada di meja yang ada dihadapan mereka. Para pelayan dengan cekatan mengantarkan piring-piring itu kepada pelanggan.
"Terima kasih." Ucap Bunda Sukma ramah.
"Sama-sama Bu." Balas pelayan tersebut.
Arunika berdoa terlebih dahulu sebelum menyuapkan nasi itu ke dalam mulutnya. Dalam hati Arunika merasa kebahagiaan hari ini ada yang kurang. Karena Ayah Tama tidak ada diantara mereka.
Dibalik tegarnya Bunda Sukma menghadapi tingkah laku suaminya, ia sempat merasa lelah dan ingin menyerah. Namun, Arunika adalah alasan dari ia bertahan. Bunda Sukma tidak ingin jika Arunika kehilangan sosok ayah. Meskipun nyatanya Arunika telah kehilangan peran ayah mulai detik ini.
Selesai makan, Bunda Sukma langsung menuju kasir untuk membayar. Arunika masih setia duduk di bangkunya. Pandangannya terus beredar hingga sebuah objek yang membuatnya tertarik. Objek itu tak lain adalah seorang anak seusianya sedang makan bersama ayahnya. Dengan sabar, ayahnya menyuapi anaknya dengan penuh hati-hati.
Arunika menatapnya sendu."Pasti enak jadi dia. Ayahnya selalu ada disampingnya." Batin Arunika.
Hal sederhana yang selalu berhasil membuat Arunika iri.
"Nika." Tegur Bunda Sukma yang mendapati Arunika melamun.
"Eh, iya Bund." Saut Arunika. Kemudian tanpa sadar tangannya menghapus tetes air mata yang ternyata telah jatuh.
"Kamu kenapa?" Selidik Bunda Sukma.
"Gapapa Bund." Ucap Arunika meyakinkan bundanya.
"Udah Bund, ayo kita beli jagung keju terus pulang." Ajak Arunika berusaha mengubah situasi yang mendadak hening dan dingin.
"Yaudah, ayo." Balas Bunda Sukma kemudian kembali menggenggam tangan Arunika erat. Dalam langkahnya keluar dari warung itu, pandangan Arunika tetap berhenti pada objek yang berhasil membuatnya iri.
Mereka berhenti pada sebuah stand yang menjual jagung keju. Tempat itu adalah tempat favorit Arunika yang selalu ia datangi setiap pulang dari Mall. Area nya juga tidak jauh dari Mall.
"Jagung keju nya 2 mbak." Ucap Bunda Sukma.
Lalu Bunda Sukma memilih duduk di sebuah bangku yang ada di sebelah stand tersebut. Arunika juga mengikuti langkah bundanya. Bunda Sukma merasa ada yang tidak beres dengan Arunika. Gadis kecil itu tiba-tiba menjadi diam dan tanpa sadar senyumnya menghilang. Tetapi Bunda Sukma mengurungkan niatnya untuk bertanya. Karena ia tidak ingin Arunika tambah sedih kedepannya.
Setelah pesanan selesai, Bunda Sukma dan Arunika kembali mencari angkot yang akan kembali membawa mereka pulang. Panas terik terasa begitu menyengat. Karena jam menunjukkan pukul 1 siang. Arunika menundukkan kepalanya karena tak kuat menahan panas. Hingga akhirnya sebuah angkot berhenti di hadapan mereka. Bunda Sukma menyuruh Arunika masuk terlebih dahulu, kemudian ia menyusulnya.
Tentu saja suasana di dalam angkot masih terasa panas. Bunda Sukma membuka sedikit jendela angkot agar ada angin yang masuk guna sedikit menghilangkan rasa panas.
Sesampainya di rumah, terlihat Ayah Tama yang menunggu kedatangan mereka di depan pintu. Tentu saja Ayah Tama tidak bisa masuk ke rumah karena pintu yang dikunci."Kenapa nggak pulang malam sekalian?" Seloroh Ayah Tama tiba-tiba.
"Apa-apaan sih, Mas. Kan kamu yang nyuruh aku untuk ajak Nika jalan-jalan. Kenapa sekarang jadi marah-marah?" Saut Bunda Sukma.
"Udahlah, cepat buka pintunya. Saya mau mandi." Putus Ayah Tama.
Arunika yang melihat kejadian itu merasa takut. Sosok ayah yang seharusnya memberikan keamanan, justru membuat Arunika merasa takut
untuk mendekat."Ayah nggak marah kok, Nika tenang aja." Ucap Bunda Sukma menenangkan.
Bersambung....
Gimana part kali ini??
Seru nggak sii?
Kritik dan saran boleh banget disampaikan supaya aku lebih baik lagi menulisnya.
Spam Next kuyyy
>>>>
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah yang Tak Lagi Ramah
General FictionKisah tentang seseorang bernama Arunika Prasasmita. Menjalani kehidupan masa kecil yang bahagia namun tiba-tiba berubah drastis. Kebahagiaan yang kian sirna digantikan dengan kesedihan yang kian membara. Kehilangan kasih sayang seorang ayah yang seh...