32. Bahagia di Kota Bandung

12 1 0
                                    

Dua tahun kemudian....

Terlihat seorang gadis yang berada di sebuah kamar dengan jemari yang sibuk mengetik di laptop. Naskahnya yang sedikit lagi akan selesai, segera dituntaskan olehnya. Ia rela bangun pagi untuk segera menyelesaikannya. Sebab, ia juga harus berangkat ke kantor untuk bekerja. Gadis itu adalah Arunika Prasasmita. Gadis kecil yang dulu menyimpan banyak luka, kini menjadi seseorang yang dikenal banyak orang yang menyukai hobi membaca. Karyanya yang telah terbit sukses menjadi karya best seller. Nama Arunika Prasasmita kini melambung di tengah-tengah penulis terkenal lainnya.

Arunika kini menetap di Bandung. Benar, setelah lulus SMA ia segera meninggalkan rumah itu. Bunda Sukma memberikan izin kepada Arunika untuk memulai karirnya di Bandung. Ponsel milik Arunika berdering. Terlihat Arga yang notabenenya adalah editornya menghubunginya.

"Nika, naskahnya segera diselesaikan. Biar bisa cepat terbit." Ucap Arga mengingatkan.

"Sabar Ga, kurang dikit ini." Balas Arunika.
Arga menghela nafas pasrah. Arunika memang benar-benar keras kepala.

Setelah menyelesaikan naskahnya, Arunika segera mengirim dokumennya kepada Arga. Tak lupa ia meninggalkan pesan pada room chat nya dengan Arga. Setelah itu, Arunika meraih sling bag nya. Arunika segera berangkat ke kantor. Arunika kini juga bekerja di sebuah perusahaan. Ia menempati posisi sebagai sekretaris dari manager perusahaan. Arunika terkenal dengan pribadinya yang ramah dan mudah berbaur. Ia sangat menyukai kota bandung. Meskipun terkadang Arunika tidak percaya jika takdir membawa mimpinya di kota itu.

Setelah seharian bekerja, kini saatnya Arunika pulang. Ia tinggal di sebuah kost sederhana. Baru saja Arunika keluar dari kantor, terlihat Arga yang sudah menunggunya di luar.

"Kamu ngapain ke sini?" Tanya Arunika heran. Tidak bisanya laki-laki itu mau mendatanginya.

"Jemput kamu lah. Sekalian temenin makan." Ucap Arga memberitahukan maksudnya.

"Hah? Demi apa? Dapet rejeki nomplok ya?" Selidik Arunika.

"Bawel. Udah ayo cepetan naik." Titah Arga. Arunika segera naik ke motor milik Arga.

"Pegangan, ntar kalau jatuh aku yang susah." Ucap Arga seraya meraih tangan Arunika.

Arunika terdiam membeku. Detak jantungnya berdetak tidak karuan. Pipinya dapat dipastikan sudah memerah seperti kepiting rebus.

"Arga, kamu nggak lagi sakit kan? Kok aneh banget ya tingkah kamu hari ini." Ungkap Arunika yang merasa aneh dengan sikap Arga hari ini.

Arga tidak membalas pertanyaan Arunika. Ia segera melajukan motornya membelah jalanan yang lumayan ramai. Tibalah mereka di sebuah kafe. Arunika segera turun. Arga melepas helmnya dan kemudian meraih tangan Arunika untuk digandeng seperti anak kecil.

"Ga, kamu kenapa sih." Tegur Arunika kemudian melepas cekalan itu.

"Nanti aku jelasin, udah ayo." Ucap Arga.

Bagaimana Arunika tidak baper jika perlakuan Arga sangat manis. Jujur saja selama Arga menjadi editor nya Arunika, gadis itu sudah menyimpan rasa suka terhadap Arga. Laki-laki yang bertutur kata lemah lembut dan tidak pernah meluapkan emosinya meskipun dalam keadaan yang membuatnya marah.

"Sial, jantung aku nggak aman." Batin Arunika menjerit.

Kemudian Arga segera memesan nasi goreng yang termasuk menu yang ada di kafe ini. Arunika mengernyit heran. Biasanya Arga akan mengajaknya ke pedagang nasi goreng langganannya yang mangkal di pinggir jalan menuju area kostnya.

"Kalau pesen nasi goreng kenapa nggak ke tempat biasa aja sih." Heran Arunika.

"Kamu bisa diem nggak sih. Udah ngikut aja apa susahnya sih." Tegur Arga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rumah yang Tak Lagi Ramah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang