19. Pengalaman Arunika

9 2 0
                                    

Hari ini adalah hari ketiga Bunda Sukma bekerja di tempat catering. Wajahnya terlihat pucat pagi ini. Arunika melarang Bunda Sukma untuk berangkat kerja. Namun, Bunda Sukma tetap memutuskan berangkat kerja. Seperti biasa Arunika akan ikut Bunda Sukma ke tempat kerja. Arunika memperhatikan gerakan Bunda Sukma yang tak selihai biasanya. Arunika membuka buku pelajarannya. Hari ini ada ulangan harian. Arunika memutuskan untuk belajar.

Sinar mentari sudah terasa sangat panas. Posisinya sudah berada tepat di atas kepala. Arunika segera mengganti pakaiannya dengan seragam sekolah. Setelah siap, tak lupa ia pamit kepada Bunda Sukma. Bunda Sukma menanggapinya dengan senyuman. Netra Bunda Sukma terlihat sayu. Namun, wanita itu tetap memaksakan diri untuk bekerja.

Setibanya di sekolah, Arunika bertemu dengan Aswa. Aswa segera mendekat ke arah Arunika.

"Berangkat dari sana lagi?" Tanya Aswa. Arunika paham maksud dari pertanyaan Aswa.

"Iya." Balas Arunika.

"Semangat ya." Ucap Aswa menyemangati.

Arunika tersenyum dan mengucapkan terima kasih.

Bel masuk berbunyi. Mereka akan melaksanakan ulangan harian. Guru yang mengajar juga sudah masuk. Arunika mengambil peralatan tulisnya. Kemudian soal ulangan dibagikan. Arunika segera mengerjakan soal tersebut. Meskipun sebagian pikirannya memikirkan bundanya.

------

Di tempat kerja Bunda Sukma merasakan sakit di kepalanya. Namun ia tetap berusaha menyelesaikan tugasnya. Namun Bunda Sukma tidak sekuat itu. Akhirnya ia pingsan saat mengambil tumpukan kotak makan. Para pegawai yang lain berlarian untuk membantu Bunda Sukma. Kemudian Bunda Sukma dibawa ke puskesmas yang tak jauh dari tempat itu.
Dokter yang memeriksanya mengatakan jika Bunda Sukma kelelahan. Kemudian dokter memberikan obat untuk Bunda Sukma.

Setelah kondisinya lumayan membaik, Bunda Sukma kembali ke tempat kerjanya.
Setibanya di sana ia mendapatkan pernyataan yang mengejutkan.

"Maaf Bu, Anda dipecat dari pekerjaan ini. Ibu bisa meninggalkan tempat ini sekarang juga." Ucap pemilik tempat catering itu.

Dengan tangan membawa sekantung kresek berisi obat-obatan, Bunda Sukma melangkahkan kakinya menuju pelabuhan. Ia ingin bertemu dengan kakak iparnya yaitu Bude Tiya.

Setibanya di sana, Bunda Sukma dipersilahkan untuk duduk. Bude Tiya terlihat masih sibuk melayani pelanggan. Setelah selesai Bude Tiya menghampiri Bunda Sukma.

"Kamu kenapa ke sini?" Tanyanya bingung.

"Aku butuh kerja mbak. Mbak bisa bantu aku nggak?" Tanya Bunda Sukma. Wajahnya masih terlihat pucat.

"Pelayan di kantin juga udah penuh. Mbak nggak tau mau bantu kamu gimana." Tutur Bude Tiya.

Kemudian sebuah ide muncul di pikiran Bunda Sukma.

"Aku nitip jualan boleh nggak, Mbak? Aku mau jualan nasi lemak." Tutur Bunda Sukma.

Bude Tiya terlihat tidak suka dengan penuturan Bunda Sukma. Namun akhirnya ia menerima ucapan itu.

"Besok kamu mulai setor nasi ke sini." Tutur Bude Tiya.

Bunda Sukma merasa senang, akhirnya ia bisa memulai usahanya untuk mencari uang.

----

Hari sudah sore, Bunda Sukma segera menjemput Arunika ke sekolah. Tepat Bunda Sukma tiba di depan gerbang, Arunika sudah berjalan ke luar gerbang.

"Bund, wajah Bunda pucat banget." Tutur Arunika.

"Bunda gapapa." Balas Bunda Sukma.

Kemudian mereka langsung menuju halte. Berjalan berdua menyusuri jalanan yang penuh dengan anak-anak pulang sekolah.

"Ayah, apa kabar ya Bund?" Celetuk Arunika tiba-tiba.

"Semoga saja dalam keadaan yang baik." Ucap Bunda Sukma.

Keesokan paginya Bunda Sukma sudah sibuk menata nasi lemak ke dalam Styrofoam. Arunika yang baru bangun karena hari ini adalah hari libur terkejut dengan tumpukan kotak yang berisi nasi itu.

"Bunda mau ngapain?" Tanya Arunika bingung.

"Bunda mau nitip nasi ini di tempatnya Bude yang ada di kantin pelabuhan." Jelas Bunda Sukma.

"Bunda udah nggak kerja?" Tanya Arunika.

Bunda Sukma menggelengkan kepalanya. Arunika tersenyum, setidaknya Bunda Sukma tidak terlalu kelelahan.

Setelah selesai, Bunda Sukma langsung mengantarkan nasi itu ke pelabuhan. Arunika juga ikut dengannya. Hari ini adalah hari libur. Arunika ingin menikmati waktunya di pelabuhan. Sesekali berniat untuk membantu Bude Tiya.

Sesampainya di pelabuhan Bunda Sukma segera menata nasi itu di meja makan yang ada di kantin. Kemudian Bude Tiya menyiapkan perlengkapannya menjual bakso. Pakde Harso juga sudah membersihkan ruang tunggu penumpang. Agar mereka bisa dengan nyaman menunggu jam keberangkatannya naik ke kapal.

Pelabuhan sudah mulai ramai. Bude Tiya sibuk menyiapkan pesanan bakso. Tak hanya itu, banyak juga yang memesan minuman kopi dan teh. Bunda Sukma bergegas membantu. Arunika juga membantu jika ada yang membeli snack, roti, ataupun rokok.

Pengalaman yang menyenangkan bagi Arunika. Awalnya Bude Tiya tidak suka. Namun, karena pekerjaannya menjadi lebih cepat selesai Bude Tiya tersenyum. Melihat banyak tumpukan mangkok kotor, Arunika segera mencucinya bersih.
Tak terasa hampir setengah hari Arunika dan bundanya membantu Bude Tiya di kantin. Nasi lemak buatan bunda Sukma juga sudah ludes terjual. Karena penumpang kapal yang datang semakin banyak, Bunda Sukma dan Arunika memutuskan untuk pulang nanti sore.

Mereka berdua membantu Bude Tiya dengan senang hati. Arunika juga mendapatkan pengalaman baru menjadi pelayan dan kasir dalam waktu yang bersamaan. Tak jarang ada penumpang yang menanyakan umur Arunika. Karena gadis kecil itu terlihat cekatan dan teliti.

-----

Hari sudah sore, Bunda Sukma dan Arunika memutuskan untuk pulang. Bude Tiya segera memberikan uang hasil jualan nasi lemak yang dititipkan oleh Bunda Sukma. Bunda Sukma mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diberikan oleh Bude Tiya.

Kemudian Arunika berkata jika setiap hari Minggu ia ingin membantu Bude Tiya berjualan. Bude Tiya hanya menganggukkan kepalanya. Arunika dan bundanya segera berjalan menuju halte. Tak lama kemudian, angkot itu lewat. Segera Arunika dan Bunda Sukma masuk ke dalam angkot.

Setibanya di rumah, Arunika melihat keberadaan ayahnya. Ayah Tama terlihat duduk di depan pintu. Sebab, pintu masih dalam keadaan terkunci.

"Ayah pulang?" Tanya Arunika.

"Iya." Balas Ayah Tama singkat.

Bunda Sukma segera membuka pintu. Arunika dengan segera masuk ke dalam rumah. Keringat yang membasahi tubuhnya hari ini membuatnya ingin segera mandi.

"Saya udah nggak kerja." Celetuk Ayah Tama tiba-tiba.

"Maksud kamu gimana, Mas?" Tanya Bunda Sukma.

"Saya udah nggak kerja. Jadi saya nggak bisa kasih kamu uang bulanan lagi. Apalagi untuk bayar kontrakan ini, saya nggak ada uang. Gaji terakhir udah saya pakai untuk melunasi hutang." Jelas Ayah Tama.

Bunda Sukma langsung terdiam. Bagaimana caranya ia mengumpulkan uang untuk membayar kontrakan dengan jumlah 1 juta setiap bulan.

"Kamu nggak cari kerja lain, Mas?" Tanya Bunda Sukma.

"Masih belum tahu." Balas Ayah Tama santai.

Bunda Sukma tersenyum nanar. Ujian hidup rumah tangganya selalu saja berdatangan. Apalagi kini kondisi keuangannya benar-benar berantakan. Bagaimana caranya memulihkan itu semua. Tentu saja harus ada hal yang dikorbankan untuk ini semua.

Bersambung....

Spam Next kuyyy
>>>>

Rumah yang Tak Lagi Ramah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang