Karena besok adalah hari Minggu, Arunika memutuskan untuk membaca buku yang ia pinjam dari perpustakaan. Arunika membuka lembaran itu satu persatu. Bunda Sukma yang melihat Arunika belum tidur langsung menghampirinya.
"Nika belum tidur?" Tanya Bunda Sukma.
Arunika menggelengkan kepalanya."Kenapa nggak cepat tidur?" Tanya Bunda Sukma lagi.
"Besok libur Bund, hari Minggu." Balas Arunika.
Bunda Sukma tersenyum. Bahkan ia lupa jika besok adalah hari Minggu. Banyak sekali beban pikiran yang ia tanggung.
Pintu rumah terbuka, memperlihatkan sosok Ayah Tama yang sedang membawa sebuah kantung kresek. Arunika penasaran apa yang ada di balik kantung kresek tersebut. Tapi ia mengurungkan niatnya untuk bertanya.
Ayah Tama memberikan kantung kresek itu kepada Arunika. Arunika menatap ayahnya dengan tatapan bertanya. Ayah Tama yang paham akan hal itu langsung menjelaskan apa yang ada di dalam kantung kresek tersebut.
"Itu es krim. Ada rasa coklat sama stroberi." Terang Ayah Tama.
Tanpa sadar Arunika memeluk ayahnya erat. Tak lupa ia juga mengucapkan terima kasih kepada ayahnya.
"Makasih Yah." Ucap Arunika dengan senyum yang masih terpancar.
Bunda Sukma yang melihat kejadian itu tersenyum hangat. Setidaknya ia bisa merasakan kebahagiaan yang Arunika rasakan. Arunika segera memakan es krim tersebut. Tak lupa ia menawarkan es krim itu kepada bundanya. Namun Bunda Sukma menolaknya.
"Buat Nika aja." Ucap Bunda Sukma.
Setelah selesai memakan es krim, Arunika kembali membaca buku yang telah ia baca beberapa halaman. Tiba-tiba Ayah Tama menghampiri.
"Ayah temenin ya." Ucap Ayah Tama yang disambut anggukan oleh Arunika.
Hampir setengah jam membaca, Arunika mulai merasakan kantuk yang menguasai dirinya. Akhirnya Arunika memutuskan untuk tidur. Ayah Tama juga menemani Arunika hingga gadis kecil itu terlelap.
"Besok ajak Nika jalan-jalan." Ucap Ayah Tama kepada istrinya.
"Kemana, Mas?" Tanya Bunda Sukma bingung.
"Ajak ke mall aja gapapa. Sekalian mampir di Timezone supaya Nika seneng." Tutur Ayah Tama.
Bunda Sukma merasa senang karena suaminya sudah mulai memperhatikan Arunika.
Namun, kesenangan Bunda Sukma hanya berlaku sebentar."Tapi saya nggak bisa ikut. Soalnya besok teman saya lagi ada acara." Jelas Ayah Tama membuat Bunda Sukma kecewa.
"Kamu lebih mementingkan teman kamu daripada istri sama anak kamu, Mas?" Tanya Bunda Sukma miris.
Arunika yang baru saja tertidur langsung terbangun mendengar suara ayah dan bundanya yang terlihat sedang berdebat.
"Saya udah kasih kamu uang, kurang apalagi sih? Kamu bisa ajak Nika kemana aja pake uang itu." Tutur Ayah Tama dengan intonasi yang mulai tinggi.
Bunda Sukma tersenyum miris. Lagi dan lagi suaminya tidak pernah menjadikannya prioritas.
"Berapa kali sih, Mas kamu mentingin mereka semua. Mereka itu cuma temen kamu, Mas. Mereka nggak akan ada disaat kamu sulit, Mas. Kapan kamu lebih mementingkan keluarga kamu?" Ucap Bunda Sukma emosi.
"Kamu itu tau apa tentang hidup Saya hah!? Kamu itu nggak tau apa-apa tentang saya, Sukma." Bentak Ayah Tama.
"Gimana aku bisa tahu semua tentang kamu, Mas. Bahkan kamu nggak pernah ada waktu sama aku. Gimana caranya supaya aku tahu semua tentang kamu, Mas? Gimana?" Teriak Bunda Sukma penuh amarah. Bahkan buliran air mata mulai berjatuhan membasahi pipinya yang putih.
"Kamu itu nggak pernah ngertiin kondisi Saya." Tutur Ayah Tama dengan tatapan tajam.
"Terus apa kamu pernah ngertiin aku, Mas? Karena selama ini yang selalu kamu utamakan itu cuma temen-temen kamu itu, Mas. Aku sama Nika nggak ada apa-apanya di mata kamu." Saut Bunda Sukma tak kalah emosi.
Arunika memeluk lututnya erat dengan tangan yang bergetar. Bahkan keringat dingin mulai bercucuran membasahi tubuhnya. Arunika ketakutan. Teriakan-teriakan itu seakan menjadi pisau yang terus menyayat hatinya.
"Saya menyesal hidup sama kamu!" Pungkas Ayah Tama.
Kalimat itu tepat menyerang hati Bunda Sukma bagai belati.
"Sampai detik ini aku berkali-kali ngerasa kecewa sama kamu, Mas. Tapi aku nggak pernah bilang menyesal hidup sama kamu." Gumam Bunda Sukma.
Sampai akhirnya Ayah Tama memutuskan keluar dari rumah dan pergi entah kemana. Bunda Sukma menangis tersedu-sedu. Benar kata Arunika, rumah itu sudah tidak ada. Tempat ternyaman untuk pulang dan mengadu benar-benar sirna. Arunika keluar dari kamar, ia langsung menghampiri bundanya dan memeluknya erat. Bunda Sukma membalas pelukan Arunika tak kalah erat.
Hanya Arunika satu-satunya yang ia punya. Bahkan kedua orangtuanya saja tidak pernah menganggap keberadaannya. Bunda Sukma juga memiliki lukanya sendiri. Hingga akhirnya kini Arunika juga akan memiliki segala luka. Dengan tangan yang masih bergetar, Arunika terus mengeratkan pelukannya kepada bundanya. Bahkan, Arunika juga dapat merasakan bagaimana sakitnya perasaan bundanya.
"Bund, Allah itu sayang kan sama kita?" Tanya Arunika disela-sela tangisnya.
"Iya sayang, Allah sayang sama semua hamba-nya." Jawab Bunda Sukma.
"Allah akan kasih kita kebahagiaan kan Bund?" Tanya Arunika lagi.
Bunda Sukma mengangguk pasti. Ia bahkan sudah tidak dapat mengeluarkan kalimat untuk membalas pertanyaan Arunika.
"Bund, kita harus bisa bahagia meskipun keadaan selalu ngasih kita rasa sakit. Nika yakin, Bunda kuat.
Tapi Nika nggak tahu, sampai kapan Nika bisa bertahan. Karena rumah Nika benar-benar hancur Bund. Ayah sering lupain Nika. Tapi terkadang Ayah buat Nika bahagia meskipun setelahnya Nika dibuat kecewa." Tutur Arunika yang berhasil membuat Bunda Sukma semakin menangis.Bunda Sukma merasakan nyeri di hatinya. Kalimat per kalimat yang Arunika lontarkan berhasil membuatnya sakit. Bunda Sukma turut merasakan kekecewaan yang Arunika rasakan. Bunda Sukma berjanji pada dirinya sendiri agar selalu kuat untuk memberikan hal-hal membahagiakan untuk Arunika. Bunda Sukma harus membesarkan Arunika dengan penuh kasih sayang.
Bunda Sukma juga akan berusaha memberikan yang terbaik untuk Arunika.
Kemudian Bunda Sukma meminta agar Arunika segera kembali tidur. Sudah cukup air mata yang keluar pada malam ini. Arunika meminta agar Bunda Sukma ikut tidur bersamanya. Di dunia yang keras ini, Arunika hanya punya bunda. Satu-satunya insan yang paling berharga dalam hidupnya.Hanya dalam hitungan menit, Arunika kembali terlelap. Bunda Sukma memperhatikan putrinya yang sedang tertidur itu. Sungguh miris sekali hidupnya.
Lalu Bunda Sukma menatap langit-langit kamar yang gelap karena lampu yang dimatikan. Hidupnya hanya untuk Arunika. Segala pengorbanannya nanti hanya untuk membahagiakan Arunika.
Perlahan bunda Sukma memejamkan matanya. Ia harus segera tidur. Lebih baik ia berkelana dalam alam mimpi daripada terbangun dengan fakta dan realita yang menyakitkan."Bunda sayang sama Nika." Gumamnya sebelum ia benar-benar terlelap.
"Nika juga sayang Bunda." Gumam Arunika juga.
Bersambung...
Gimana part kali ini?
Seru atau nggak nihh?
Kritik dan saran boleh disampaikan supaya aku lebih baik lagi menulisnya.
Spam Next kuyyy
>>>>
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah yang Tak Lagi Ramah
Ficção GeralKisah tentang seseorang bernama Arunika Prasasmita. Menjalani kehidupan masa kecil yang bahagia namun tiba-tiba berubah drastis. Kebahagiaan yang kian sirna digantikan dengan kesedihan yang kian membara. Kehilangan kasih sayang seorang ayah yang seh...