08. Harsa di waktu Senja

14 4 0
                                    

Sesampainya di rumah Arunika melempar tasnya ke sembarang arah. Kemudian ia langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur. Harapan yang ia terbangkan sejak tadi pagi telah gugur. Lagi dan lagi ayahnya tidak menepati janjinya.

"Nika, makan dulu habis itu tidur siang ya." Pesan Bunda Sukma saat melihat Arunika masuk ke dalam kamar.

"Iya." Balas Arunika singkat.

Beberapa menit berlalu, terdengar suara motor milik Ayah Tama. Arunika segera berlari keluar untuk meluapkan emosinya.

"Ayah bohong sama Nika." Bentak Arunika tanpa sadar.

"Ayah lagi ada urusan." Balas Ayah Tama berusaha menjelaskannya dengan baik-baik.

Namun, Arunika sudah tidak bisa menahan emosinya. Gadis kecil itu memukul tangan ayahnya dengan sekuat tenaga.

"Kamu kenapa sih Nika. Ayah udah bilang kalo Ayah itu sibuk. Kamu nggak usah bertingkah kayak gini." Tegur Ayah Tama.

Arunika menatap ayahnya dengan mata yang berkaca-kaca. Tanpa izin air mata itu jatuh membasahi pipinya.

"Ayah jahat. Ayah nggak sayang sama Nika." Ucap Arunika sebelum akhirnya ia berlalu meninggalkan sang ayah.

Melihat kedatangan suaminya, Bunda Sukma hanya terdiam. Ia sama sekali tidak mengucapkan kalimat satupun. Ayah Tama tidak mengambil pusing sikap dari istrinya yang acuh. Kemudian ia memutuskan untuk mandi. Setelah itu ia pergi meninggalkan rumah tanpa pamit.
Bunda Sukma menggelengkan kepalanya heran. Bisa-bisanya suaminya itu sama sekali tidak memiliki rasa bersalah kepadanya apalagi kepada Arunika.

----

Karena sore ini Bunda Sukma tidak memasak makanan untuk makan malam, Bunda Sukma mengajak Arunika untuk makan di luar. Awalnya Arunika menolak karena ia hanya ingin berdiam diri di rumah. Karena Bunda Sukma terus-terusan membujuk, akhirnya Arunika luluh.

Bunda Sukma mengajak Arunika ke sebuah warung nasi goreng. Makanan kesukaan Arunika. Arunika terlihat tidak begitu bersemangat. Mungkin dampak dari kejadian tadi siang yang membuatnya sangat kecewa. Meskipun Arunika tidak tahu urusan apa yang membuat ayahnya mengingkari janjinya.

Seolah ia telah terlatih dengan semua janji yang hanya sekedar diucapkan namun tidak ditepati.

"Nika kok diem aja sih. Kan Bunda jadi ngerasa sedih." Ucap Bunda Arunika membuka pembicaraan.

"Nika nggak apa-apa kok Bund. Bunda nggak usah sedih." Tutur Arunika dengan pandangan mengarah ke bundanya.

"Nika bentar lagi ujian kan? Nika harus rajin belajar. Supaya bisa mengerjakan soal-soal nya dengan lancar." Nasihat Bunda Sukma.

"Iya Bund." Balas Arunika patuh.

Pesanan nasi goreng telah siap. Bunda Sukma mengambil sendok yang telah disediakan diatas meja. Kemudian Bunda Sukma memberikan satu piring untuk Arunika.

"Mau Bunda suapin?" Tanya Bunda Sukma.

Arunika mengangguk. Kali ini ia ingin makan dengan disuapi oleh bundanya. Bunda Sukma tersenyum senang. Kemudian ia mendekatkan sendok itu ke mulut Arunika.

Arunika mengunyah nasi goreng dengan cepat. Tidak seperti anak-anak lain yang jika makan disuapi akan menghabiskan waktu yang lama. Setelah nasi goreng milik Arunika habis, Bunda Sukma segera memakan nasi goreng miliknya. Tak perlu menghabiskan waktu lama, Bunda Sukma telah selesai makan.

Rumah yang Tak Lagi Ramah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang