ILYBILG Bab 1

937 51 5
                                    

Bab 1

"Azka, awas!"

Tepat saat Niskala meneriakkan awas, balance bike yang dikendarai bocah dua setengah tahun itu menubruknya. Meleng beberapa detik saja Azka sudah meluncur ke jalan raya, bisa saja tersambar motor nahas yang lewat.

"Ya Allah, Adek!" Firda menjeplakkan pintu Astana Mart, keluar dengan panik.

"Lagi ngasir Mbak Niska, nggak ngelihat. Tadi adek main di dekat pintu, tahu-tahu kok udah di sini." Firda mengambil Azka dari gendongan Niskala. "Kan tadi udah Mbak Firda bilang jangan jauh jauh mainnya, " diusapnya rambut lepek Azka yang tampak kaget dan takut. "Makasih ya mbak Niska."

"Azka kok belum tidur sih jam segini?" Niskala membopong sepeda merah itu, mengikuti Firda masuk ke minimarket. Tidak ada niat belanja, cuma kebetulan lewat.

"Kebangun Mbak, sebelum maghrib udah tidur. Pak Teguh sama Bu Asri kondangan, tahu kok belum pulang." Firda menjelaskan tanpa diminta, sambil melihat jam tangan.

Niskala ikut menoleh ke jam dinding, setengah sepuluh lebih sedikit. Pantas minimarket itu lumayan sepi. Hanya ada empat motor, termasuk milik Firda dan sebuah mobil di parkiran.

"Adek nunggu mama papa pulang? Kakak Anabelle sama Kakak Akira udah tidur ya, jadi adek main sendiri." Firda menurunkan Azka, dalam sepersekian detik, bocah itu melesat ke rak permen, the power of toddler. "Mama tadi bilang cuma boleh satu ya, Dek."

"Mau ampat."

"Mama bisa ngelihat dari CCTV lho, Dek. Ini aja Bu belanjaannya? "

Niskala mengambil es krim sambil menunggu Firda melayani pembeli. Ujung-ujungnya tetep jajan. Minimarket itu milik teman SD hingga SMP nya, Asri. Bangunan tiga lantai, lantai atas untuk tinggal, lantai dasar direnov untuk usaha. Ia cukup sering nongkrong di situ, sekedar makan ramen instan atau es krim sambil ngegibah sampai tutup. Sudah bestie dengan semua karyawannya. Dengan Asrinya sendiri malah jarang ketemu, apalagi ngobrol.

"Nis, bantuin gue bentar dong!"

Niskala menepuk dadanya, kaget Erin muncul dari balik tumpukan kardus. Hampir saja es krimnya terlempar.

"Bantuin gue ngangkat ini, berat banget." Dia harus mendisplay beberapa barang di rak teratas.

"Bayarin tapi," Niskala menggoyangkan es krim, "dua."

"Udah hafal gue sama kelakuan lo, buruan. Kerja di sini aja lo, murah bayarannya, pake es krim doang, " canda Erin. "Lo pegangin kerdusnya, gue naik ke kursi."

"Gembel lo. Gue aja yang naik, lo kan lagi hamil." Niskala menarik kursi besi itu, Erin memang sedang hamil lima bulan.

"Yang kerja di sini kan gue, Nis." Erin merasa tidak enak. Tapi Niskala terlanjur naik ke kursi dan mengulurkan tangan. Erin mengalah.

"Kebetulan ada Mbak Niskala." Satu karyawan lagi muncul, Amir.

"Aku ada sesuatu buat Mbak. Datang ya Mbak." Dengan malu-malu pemuda itu mengulurkan kertas tebal warna biru.

"Widih, si Amir jadi nikah." Niskala menerima undangan itu dengan sumringah. "Weekend kan ini? Lo tahu Mir, gimana budak kapitalis kaya gue."

I Love You But I'm Letting Go Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang