ILYBILG Bab 14

314 36 16
                                    

Bab 14

Pendek, cuma sekitar 2k kata. Sebetulnya part ini lebih dari 3,5k kata, tapi karena kepanjangan ya udah aku potong buat part depan. Enjoy.

Tolong komen kalau typo soalnya aku ngeditnya sambil ngantuk.

🍀

Samudra dan Segara punya postur dan garis wajah yang hampir  sama. Segara sedikit lebih tinggi dan bulky dari omnya. Namun, gaya hidup mereka seratus delapan puluh derajat berbeda. Samudra morning person yang selalu bangun pukul lima paling lambat lima lima belas pagi. Segara baru akan bangun kalau Samudra menendang dan melemparinya kunci mobil. Semenjak pindah, Segara resmi jadi sopir pribadi omnya.

Samudra itu rapi dan teratur, Segara berantakan seperti lelaki pada umumnya.

Jadi, menurut Niskala, Samudralah yang tidak normal.

Dia selalu menjemur handuk di tempatnya, melepas sepatu langsung diletakkan di rak, piring bekas makannya tidak pernah ditinggalkan begitu saja di meja. Mandi minimal tiga kali sehari, walaupun hanya di rumah, dia selalu fresh, rapi dan wangi. Segara tentu saja kebalikannya, handuk di mana, sepatu bertebaran di foyer, kaos kotor di sofa, gelas bekas di meja, di dekat TV, di lantai. Samudra menghabiskan waktu dengan membaca atau olahraga, Segara main game.

Samudra akan tetap produktif di weekend, Segara di weekend, tidur sampai jam dua siang. Kalau tidak mencium aroma bakwan yang Niskala buat, mungkin dia belum akan bangun. Kebiasaan Segara yang baru Niskala tahu, siang malam, dia tidur di sofa. Pantas ada beberapa sofa bed di rumah itu. Dia menyimpan barangnya di kamar atas, kamar tengah yang dia rebut kembali dari Samudra sehingga omnya itu terpaksa pindah ke kamar yang paling kecil, namun di malam hari tetap membawa selimutnya turun.

Niskala tidak bisa menolaknya ikut tinggal di situ, itu kan rumahnya. Lagipula dia hanya tinggal saat malam, siang sibuk kerja.

Segara sudah tinggal sendiri sejak kuliah. Rumah itu pemberian kedua orang tuanya. Karena sudah bercerai, mamanya merasa tidak nyaman harus ke rumah eyang jika ingin mengunjunginya. Karena itu papa mamanya membuatkannya rumah agar dia bisa tinggal sendiri dan mereka bisa berkunjung sewaktu-waktu.

"Bikin apa, Tan?" Segara mendekati kompor dengan mata yang masih keriyep-keriyep.

"Bakwan jagung."

Sebelum dipersilahkan, Segara mencomot satu, matanya melebar, enak. Gorengan pertama segera tandas, masuk ke perutnya.

"Belum sembuh, Tante?" Segara masih melihat koyo di bahu Niskala, hampir seminggu sejak kejadian itu. "Ke rumah sakit aja, Tan."

"Udah biasa ini, emang suka kumat kalau lagi capek." Sesekali Niskala memijit bahunya.

"Nggak mancing, Om?" Segara heran karena Samudra memakai kemeja rapi di hari sabtu sore.

"Nggak, gue ada janji." Samudra membuka kulkas mencari minum, agak heran karena isinya penuh. "Lo yang nata kulkas?"

"Memang ada perempuan selain gue di rumah ini?" sambar Niskala ketus. Nada itulah yang digunakannya setiap bicara dengan Samudra seminggu ini. Segara sudah berusaha mendamaikan mereka tapi belum berhasil.

"Hazel juga perempuan." Samudra membela kucingnya. "Hazel, kamu di mana sayang?"

Segara memberi tanda agar Niskala mengalah dan fokus saja pada memasak. Niskala mengecilkan kompor, bahunya kirinya terasa kebas. Ia memutarnya beberapa kali.

"Ke rumah sakit aja ya, Tan. Kayaknya parah deh."

"Dulu emang parah, sekarang udah mendingan." Niskala menjauhi kompor dan bersandar di kitchen island.

I Love You But I'm Letting Go Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang