ILYBILG Bab 30

363 35 19
                                    

Bab 30

3500 kata, enjoy.

Jangan lupa mendukung cerita ini dengan vote dan komentar biar aku semangat nulis.

🍀🍀

"Sopir bapak lo belum sampai juga?" Niskala memeriksa jam tangannya, setengah satu dinihari.

"Masih di jalan katanya." Samudra meletakkan pantat di sebelah Niskala setelah kurang lebih lima belas menit pergi meninggalkannya menghabiskan sebatang rokok di smoking area. Mereka masih menunggu jemputan di lobi hotel. Tidak enak pada Bunda Sekar kalau dijemput Segara, jadilah ia memanggil sopir dari rumah Menteng. Niskala duduk dengan badan yang agak merosot, kepalanya disandarkan di punggung sofa.

"Ya udah, bangunin gue kalau sopirnya udah sampai." Niskala kembali memejamkan mata. "Ngantuk banget gue, sumpah, semalam cuma tidur dua jam."

"Iya," jawab Samudra pendek sambil mengetikkan sesuatu di ponsel. Hening, ketika ia menoleh, napas Niskala naik turun teratur, sepertinya telah kembali tidur.

Keluarga Niskala yang lain masih menginap di hotel itu malam ini, Bunda menyuruh mereka menginap juga, tapi Niskala menolak keras karena itu artinya mereka harus tidur satu kamar. Kalau terpaksa menginap, Samudra bisa diam-diam memesan kamar lain, tapi Niskalanya tidak mau, ya malah alhamdulillah. Uangnya utuh.

"Lo nggak kedinginan apa?" Niskala memeluk lengannya. Ia memakai dress milik Nara karena bajunya ketumpahan susunya Zoey dan tidak bawa ganti. Harusnya dress panjang, tapi begitu ia pakai jadi midi dress. Hitam polos tanpa lengan dengan tali spaghetti  yang mengekspos kedua bahu dan tulang selangkanya.

"Nggak dingin kok, biasa aja. Kirain lo tidur."

"Tidur-tidur ayam. Gila nih hotel AC nya dingin banget." Pakai baju terbuka, tidak bawa jaket, dan di luar hujan, triple combo. "Lo enak pakai jaket nggak kedinginan."

"Biasa aja dinginnya. Mau pakai jaket gue?" Samudra menawarkan.

"Ini di gue berasa dingin banget, berarti gue yang masuk angin. Nggak usah nanti lo ikut masuk angin. Sakit dua-duanya malah repot." Dinginnya terasa tidak enak, kayaknya memang tubuhnya yang tidak beres karena kelelahan.

"Gue tahan dingin. Gue udah beradaptasi sama dingin di luar negeri." Samudra mulai membuka kancing shacket jaketnya.

"Nggak usah, udah kapok gue ngurusin lo sakit. Jangan sampai sakit, gue yang repot."

"Ya udah kalau nggak mau." Samudra merapatkan jaketnya kembali. "Lo bawa apaan sih? Banyak banget." Ada tiga tote bag di lantai, satu di pangkuan Niskala dan satu paper bag.

"Nggak tahu isinya apa, Bunda yang bungkusin. Gue pakai paju ini karena kepepet ya, nggak usah mikir aneh-aneh." Niskala menggerai rambut yang tadi ia ikat ekor kuda untuk menutupi bahunya.

"Gue nggak ada niat menggoda lo sama sekali." Ia merapatkan kaki, belahan baju itu juga cukup tinggi, sampai paha. Nara ngide banget bawa baju kaya gitu.

"Lo tuh yang mikir aneh-aneh," cibir Samudra sambil mengalihkan pandangan ke sekeliling lobi. Ia akui, Niskala cukup menarik  dalam baju kurang bahan itu.

I Love You But I'm Letting Go Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang