ILYBILG Bab 6

375 34 2
                                    


Bab 6

Niskala baru saja menyetandarkan motornya ketika sebuah motor lain berhenti di depan rumahnya.

"Baru pulang kantor, Nis?" Itu Dika, suami Jihan. Mereka tinggal satu lingkungan, rumah Jihan ada di ujung kompleks. Tapi akhir-akhir ini Dika dan Jihan lebih banyak tinggal di ruko yang jadi kantor mereka, jddi jarang ketemu.

"Udah dari tadi sih, tapi mampir mampir dulu." Niskala menunjuk bagian depan dan belakang motor matic-nya yang penuh dengan belanjaan. "Masuk dulu yuk."

"Besok aja Nis, udah malem. Nih ada titipan dari Jihan."

"Wuih, oleh-oleh dari Mekah." Niskala dengan senang hati menerima tiga goodie bag yang diulurkan Dika. "Thanks ya Mas Dik. Jihan kapan pulang umrohnya?"

"Kemarin, tapi maaf dia nggak bisa nganterin sendiri, lagi nggak enak badan, masih jet lag, kecapekan juga."

"Mas Dik sih, istri disuruh umroh sendiri."

"Kalau kami pergi berdua ya bulan depannya nggak bisa makan dong, Nis." Dika terkekeh pelan. Ia sudah umroh tahun lalu, gantian jaga kantor, gantian biayanya.

"Ih Mas Dika lebay. Kalau nggak bisa makan mah tinggal ke katering Sekar Harum, bilang aja mau apa, nanti dimasakin. Ayolah masuk dulu, ada Kafka, kalian kan nyambung kalau ngobrolin game."

"Gue masih ada kerjaan malam ini, kapan-kapan deh gue main sama Jihan. Balik dulu ya, Nis. Salam buat bunda sama semuanya. Assalamualaikum, " pamit Dika sambil menyetarter motornya.

"Waalaikum salam Mas Dik. Makasih lho oleh-olehnya, hati-hati." Niskala tetap melambaikan tangan walau tahu Dika tidak melihat.

"Mama Lalaaa ... " Zayn, salah satu dari keponakan kembarnya membukakan pintu.

"Mama Lala bawa jajan nggak?" Zayd mengincar belanjaannya.

"Bentar, Mama Lala cuci tangan dulu, nanti baru kita buka jajannya." Niskala meletakkan belanjaannya di meja makan, yang di waktu makan malam seperti sekarang seharusnya sudah tertata makanan, tapi masih penuh dengan mainan Zayn dan Zayd. Beberapa juga berserakan di lantai, tersebar dari pintu masuk hingga dapur. Belum lagi remahan dan bungkus snack yang juga mengotori lantai.

"Ya, lo nggak masak? Zayn Zayd udah makan belum?" Niskala membuka pintu kamar Naya. Adiknya itu sedang sibuk dengan ponsel.

"Kata bunda nggak usah masak, nanti bunda pulang bawa makanan, " jawab Naya santai. "Zayn Zayd udah makan kue tadi."

Niskala menutup kembali pintu dengan setengah dibanting. Membuka pintu di sebelahnya. Nara sedang sibuk di depan layar laptop."Ra, cuci piring, nggak ada piring buat makan malem, semua kotor."

"Aku udah makan malem." Nara menendang styrofoam kotor di dekat kakinya.

"Kamu mau bunda ngomel kalau pulang-pulang rumah berantakan?"

"Mbak aja yang kerjain, aku lagi bikin laporan."

Kali ini Niskala benar-benar membanting pintu dengan kekuatan penuh.

"Zayn, Zayd, ambil jajanannya aja dong, jangan diberantakin semuanya." Saat Niskala kembali ke meja makan, belanjaannya sudah berantakan. "Kalau makan duduk yang bagus, ayo jangan sambil berdiri. Zayddd, denger Mama Lala ngomong nggak?"

"Mama, Mama Lala galakkk ..." Zayn berteriak mengadu.

"Zayn duduk di kursi kamu," sahut Naya dari dalam kamar.

Dengan sedikit paksaan, Niskala berhasil mendudukkan keponakannya di high chair mereka. Ia bergegas memasukkan belanjaannya ke kulkas. Saat itulah dia sadar 'kue' yang dibicarakan Naya tadi adalah kuenya, kue super enak oleh-oleh Asri dari Bangkok, yang ia makan sedikit-sedikit. Kue itu kini hanya tinggal wadahnya.

I Love You But I'm Letting Go Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang