ILYBILG Bab 13

325 26 10
                                    

Bab 13


Hampir 2800 kata, enjoy.

🍀

"Alexa, can you help me to open this door?" Niskala menempelkan wajahnya di pintu ruang kerja, mengintip ke dalam, gelap. Kuncinya tidak ada di laci samping TV, Segara pasti menyembunyikannya. Siapa tahu pintu itu bisa dibuka pakai sensor dan si Alexa bisa melakukannya. Namun ternyata tidak. Pintu itu seperti memiliki magnet yang menarik kakinya untuk bolak-balik ke sana. Berulang kali ia memutar handelnya walau tahu tidak akan terbuka. Ia masih penasaran dengan kelanjutan rekaman itu. Pikiran liarnya mengatakan mereka tidak mungkin berhenti di ciuman itu. Di mana mereka melakukannya? Sofa ruang kerjakah? Atau kamar Samudra?

"Alexa, please help me."

"Sorry, i can't"

"Bisa lo apa sih?" Ditendangnya pintu itu, berujung ia yang melompat-lompat karena kesakitan. Malam minggu, hampir setengah sebelas malam dan ia masih sendirian di rumah. Segara bilang akan pulang sebelum jam delapan, maksimal sampai rumah jam sembilanlah kalau macet, tapi sampai sekarang mereka belum muncul batang hidungnya. Ia sedang mengerjakan tugas kuliahnya ketika mendengar Hazel mengeong-ngeong. Dibawanya laptop ke bawah kemudian memberi kucing itu snack.

"Biasakan makan sama aku ya, soalnya babu kamu selalu pulang malam, di sini juga nggak ada Bude Nur." Dielusnya kepala Hazel, kucing itu mengeong dua kali, mulai luluh padanya, tidak segalak hari-hari pertama ia datang ke rumah itu. "Namaku Niskala, kamu akan lebih sering ketemu aku daripada babu kamu, oke?"

"Kamu mau nememin aku bikin tugas?" Hazel naik ke sofa di sebelah Niskala. "Oh, wifinya mati?" Koneksi internetnya tiba-tiba terputus. Di ponsel juga sama saja, padahal ia harus kirim email.

"Tunggu di sini ya, aku kirim email dulu." Ia membawa ponsel ke luar. Di samping rumah tidak ada sinyal. Ia berjalan ke belakang, nyangkut wifi lain, mungkin milik tetangga dan kebetulan tidak di password, tapi sinyalnya kurang bagus.

"Di sini lumayan nih sinyalnya." Tak terasa ia telah sampai di gerbang halaman belakang. Didorongnya gerbang kecil itu, benar saja, ia dapat koneksi wifi secepat di dalam rumah tadi.

"Wuih, gede banget kolamnya." Niskala menyinari sekeliling dan senter ponsel. Sakelar lampu ternyata hanya di samping pintu tempatnya masuk.

Walaupun tidak terisi air, kolam itu tampak bersih dan terawat. Ada dua kursi santai dan meja pendek di sisi dekat pintu masuk. Keempat sisi kolam renang itu ditutup tembok. Mungkin kolam itu dibangun belakangan, jadi diberi tembok sendiri. Ia mendongakkan kepala dan dengan mudah menemukan kamera yang waktu itu menyorot Samudra dan si sesembak. Ia juga langsung tahu di sisi mana mereka duduk. Kebetulan itu adalah sisi kolam yang dangkal, jadi ia mencoba duduk ongkang-ongkang di situ.

Setelah agak lama dan email-nya sudah terkirim, Niskala berjalan mengitari sisi kolam, melihat-lihat keadaan tempat itu. Ia meraba kursi santai, tidak ada debu, jadi ia bisa duduk. Samudra sepertinya sering nongkrong di situ karena ada botol bekas kopi kaleng, bungkus natto dan banyak puntung rokok di tempat sampah. Ada yang masih baru dan ada
yang  terlihat sudah agak hancur.

"Apaan nih?" Ada benda lain di tempat sampah yang membuatnya tertarik. Botol berwarna putih dengan label berbahasa Inggris. Ia iseng mengambilnya dan ternyata masih ada isinya, obat. Rasa penasaran membuatnya mengetikkan nama obat itu di google.

Kriettt.

Belum sempat menekan enter, ada yang mendorong gerbang.

"Lo kapan pulang?" Niskala berdiri, Samudra ternyata sudah pulang. Penampilannya berantakan, berbanding terbalik dengan saat pergi. Jasnya sudah ditanggalkan, kemejanya lecek dan lengannya digulung hingga siku. Rambutnyapun acak-acakan.

I Love You But I'm Letting Go Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang