ILYBILG Bab 19

400 33 16
                                    

Bab 19

3500 kata lebih. Aku nggak mau panjang-panjang, tapi selalu bablas. Kalau aku mau potong jadi dua part nanti kurang greget.

Semoga kalian nggak bosen ya bacanya.

Vote dan komen biar aku semangat ngetik. Enjoy 😘

☘️☘️

Niskala membuka mata karena merasakan sesuatu menyentuh kakinya. Ia mengucek mata, memastikan itu apa. Senyumnya mengembang ketika mendengar ngeongan Hazel. Kucing itu mengusel-usel kakinya.

"Kamu kok udah di sini? Jam berapa ini?" Dirabanya nakas, mencari ponsel, kurang lima menit menuju jam lima pagi.

"Pasti kamu mau snack, kan? Ya udah, ayo turun tapi jangan berisik. Nanti babu kamu bangun. Eh, tapi aku subuhan dulu, oke?" Ia sering diam-diam memberi Hazel snack sebelum Samudra bangun. Kucing itu jadi hafal dan menyambangi kamarnya setiap pagi.

Niskala turun sambil mengikat rambutnya, Hazel mengikuti kemanapun ia melangkah, tidak sabaran menanti snack paginya. Lantai bawah masih gelap, hanya lampu dapur dan ruang kerja yang dinyalakan.

"Bentar Hazel, aku bikin kopi dulu, hush." Diusirnya Hazel dengan ujung sendal. "Ini panas, tunggu di sana bentar. Jangan berisik, Segara masih tidur."

"Meaw."

"Jangan berisik." Niskala menunjuk gundakan selimut di sofa. Segara selalu tidur di situ, padahal kamarnya di atas nganggur.

Ia menangkupkan tangannya di mug, syahdunya pagi plus kopi yang harum dan masih mengepulkan uap panas, perfect.

"Hazel." Dilambaikannya sebungkus wet food, Hazel meloncat dari sofa dan dalam beberapa detik sudah sampai di hadapannya, naik ke kitchen island.

"Enak ya bangun tidur langsung makan." Dikelitiknya leher kucing oranye itu dengan gemas. "Pelan-pelan nanti keselek."

"Meaw."

"Satu aja, kalau masih lapar nunggu babu kamu bangun." Wet food itu dalam sekejap berpindah ke perut Hazel, ia beranjak membuang wadahnya ke tempat sampah. Saat itulah ia melihat selimut di sofa bergerak-gerak. Miring kanan, miring kiri, tidur Segara seperti tidak nyaman.

Untunglah itu tidak berlangsung lama, Segara kembali lelap jadi Niskala lanjut menikmati kopi paginya.

Seperti biasa, setelah beberapa teguk kopi, waktumya bersiap memasak. Menu pagi ini sudah dipikirkannya sejak semalam, nasi goreng dan omelet  bakar. Ia manfaatkan waktu menunggu nasinya matang dengan beberes dapur. Membersihkan lantai dengan vacuum cleaner, mengelap kompor dan kitchen island, tidak lupa mengumpulkan sapah dan membuangnya.

Jiwa ibu rumah tangga memang sudah mengakar kuat di dalam dirinya.

Ketika kembali dari membuang sampah, lagi lagi gundukan selimut di sofa bergerak. Mulanya ia abaikan dan meraih mug untuk menghabiskan sisa kopinya yang telah dingin, tetapi Segara tiba-tiba mengigau, entah mengucapkan apa tidak terlalu jelas. Itu membuat seruputan kopinya terasa tidak nikmat. Ia melangkah ke sofa, bermaksud membetulkan selimut yang menjuntai sampai lantai, gerakan tangannya terhenti.

"Lila ... "

Saat pertama kali ia datang ke rumah itu, Segara juga tidur dan mengigau. Waktu itu ia kira memanggilnya, Lala. Sekarang ia mendengarnya dengan jelas, Lila. Apa waktu itu dia juga menyebut Lila?

Lila? Siapa Lila?

Seperti ada bohlam menyala di atas kepala Niskala. Lila, Aquila.

"Li ... la ... "

I Love You But I'm Letting Go Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang