5.Deep Talk

126 16 0
                                    

"Selamat datang." sambut Kuncoro dengan bahagia.

Pak Kuncoro menyambut keluarga Revan. Pukul 5 sore itu mereka baru saja sampai. Dan yang pertama kali Nafa lakukan adalah memeluk Bapak. Dia sangat merindukan Bapak, ada banyak kekhawatiran yang harus dia ceritakan kepada Bapak namun ini bukanlah waktu yang tepat. Sebab keluarga dari Revan sudah datang. Setelah dipersilahkan masuk, Papa Revan tanpa berbasa basi langsung mengatakan tujuan mereka bertemu keluarga Nafasya.

Pak Kuncoro tak henti hentinya mengucapkan terima kasih kepada Revan dan keluarganya karena mau menyayangi Nafasya. Dan Pak Kuncoro sangat bersyukur karena Nafasya mendapatkan calon suami yang keluarganya sangat baik kepada Nafasya. Tanggal pernikahan sudah ditentukan, tempat pun sudah di tentukan kini Nafasya benar benar dilanda dilema hebat. Dia melihat raut wajah Revan biasa saja, berbeda dengan Papa dan Mamanya yang terlihat bahagia.

Nafasya meremas tangannya sendiri dan menatap langit langit kamarnya. Besok siang mereka kembali ke Bogor dan langsung survey tempat pernikahan. Rencananya mau menikah di gedung namun setelah difikir fikir lagi biaya lebih banyak namun Papa Revan menegaskan tidak usah memikirkan biaya. Hal itu membuat hati kecil Nafa tersentil. Dia merasa keluarga Revan sudah terlalu baik padanya padahal mereka baru kenal sekitar 4 bulan.

"Nduk?'' panggil Bapak kepada Nafa.

Nafa menoleh pada pintu, disana Bapak masuk dengan senyuman di bibirnya. Nafa bangkit dari rebahannya dan mensandarkan punggungnya pada sandaran tempat tidur. Bapak duduk di sebelah Nafa dan langsung menarik tangan Nafa pada genggamannya. Dia mengelus punggung tangan Nafa dan menganggukan kepalanya. Seolah tahu apa yang dikhawatirkan sang anak sematawayangya.

"Kenapa, Pak?" tanya Nafa pada sang Ayah.

"Kamu baik baik aja, kan?" Tanya sang Ayah pada putrinya. Meski Nafa sudah dewasa, Kuncoro tetap menganggap Nafasya adalah putri kecilnya.

Nafa tersenyum dengan kedua mata yang berbinar, "Aku baik baik aja--bapak gimana?" tanya nafa.

Kuncoro mengangguk, "Asal kamh baik baik aja, bapak pun baik baik aja. Nduk, bapak tidak pernah memaksa jika kamu ndak mau."

Nafasya menghela napas panjang, seolah tahu apa yang sang Bapak bicarakan. Nafa tersenyum tipis dan mengangguk.

"Aku sedikit--ragu, pak." ucap Nafa dengan penuh keraguan didalam hatinya.

Kening Kuncoro mengerut, "Kenapa? Bukankah keluarganya baik sama kamu?"

Nafa mengangguk sangat antusias, "Iya, baik banget. Tapi aku ragu pak, apakah kak Revan sayang sama aku, cinta sama aku apa enggak. Soalnya--"

Bapak menghela napas panjang, "Nduk, kalau dia cinta sama kamu, yakin sama kamu pasti dia akan memberikan keseriusannya sama kamu. Bapak yakin, Revan baik dan bisa jaga kamu. Dia serius sama kamu sampai mau jauh jauh ke Semarang demi minta restu ke Bapak sampai keluarganya pun dari Surabaya ke Semarang untuk bertemu bapak. Meminta putri bapak untuk menjadi istri dan keluarga mereka." Jelas Bapak.

Nafasya menghembuskan napas panjang dia mengangguk dan membalas genggaman tangan bapak. Jelas sekali dikedua sorot mata bapak tersirat rasa khwatir.

"Pak--nanti aku enggak bisa--" Nafasya memeluk sang Ayah, "Peluk bapak kayak gini." Lirihnya.

Pak Kuncoro terkekeh dan mengelus pucuk kepala sang putri. Nafaakan selalu menjadi putri kecilnya bagaimana pun kondisinya. Mau sedewasa apapun Nafa, dia akan selalu menjadi anak kecil dimata Kuncoro. Setelah kehilangan sang istri tercinta dia berjanji pada dirinya sendiri untuk menjaga putrinya dengan memberikan kebahagiaan dunia untuk Nafa.

Love In Trouble : Revan | Renjun x NingningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang