13

487 58 4
                                    

Kini venus tengah berada di dalam gendongan sang ayah. Ia menenggelamkan wajahnya di dada bidang Dirga untuk melampiaskan rasa sakit di kepala nya. Dirga hanya bisa mengelus kepala venus dan mengecup pucuk kepala putri bungsunya. Laura sendiri kini di landa kekhawatiran yang sangat besar dan juga ia tidak tega melihat putrinya kesakitan seperti itu.

"Buna, kenapa hidung venus mengeluarkan darah? " tanya Virgo sembari menatap Laura. Laura kini bingung harus menjawab pertanyaan virgo bagaimana.

"Venus emang kayak gitu, sering tiba tiba mimisan" jawab Laura dengan semampu yang ia bisa. Virgo menatap sang ibu, berusaha mencari kebenaran.

Disisi lain mentari tidak percaya dengan ucapan sang ibunda. Tidak mungkin Venus mimisan tanpa sebab, jikapun karna faktor kelelahan itu hanya akan terjadi sesekali tapi ini? Sudah sering mentari melihat Venus seperti ini. Mentari yakin jika ada yang disembunyikan oleh kedua orang tuanya.

"Venus, apa kepala Venus masih sakit? Bilang sama ayah sayang" ujar Dirga. Venus mengangkat kepala nya dan menatap wajah sang ayah. Dirga bisa melihat jika darah masih mengalir, bahkan ada bercak darah di bajunya. Tangan Dirga bergerak untuk menghapus darah yang keluar dari hidung Venus.

"Bawa Venus ke dokter ayah! Vivi takut Venus kenapa napa" pinta Virgo. Dirga menatap putri tengahnya kemudian menatap Laura. Laura yang mengerti dari arti tatapan itu pun mengangguk.

"Baiklah, ayah bawa Venus ke dokter dulu ya? Kalian dirumah sama buna" ujar Dirga. Mentari dan Virgo mengangguk mengiyakan ucapan sang ayah.

Laura langsung pergi ke kamarnya untuk mengambilkan jaket untuk dipakai suaminya dan juga Venus. Tak lama Laura kembali dan memberikan jaket kepada suaminya. Dirga memberikan tubuh Venus agar digendong Laura sebentar. Laura mengambil tubuh Venus, ia mengecup pipi putrinya dengan waktu yang lama.

"Aku akan ke rumah sakit sekarang, jika ada apa apa aku akan mengabarimu. Kami pergi dulu" pamit Dirga kemudian mengambil alih tubuh Venus dari Laura.

Laura bersama kedua putrinya menatap kepergian Dirga dan Venus dengan tatapan yang memaparkan kekhawatiran. Hati Laura kini tidak tenang, ia memikirkan kondisi putrinya.

"Buna, buna dan ayah pasti nyembunyiin sesuatu kan? Kasih tau ke mentari buna. Mentari khawatir sama Venus" ujar mentari sembari menggoyangkan tangan Laura. Laura menatap putrinya itu.

Bagaimana ia bisa menjelaskan hal ini kepada dua gadis kecil yang berumur 8 tahun dan 6 tahun? Apa mereka bisa mengerti penjelasan darinya. Laura mengerti, mentari dan Virgo jelas mengkhawatirkan adik mereka.

"Baiklah, tapi jika kalian belum mengerti jangan terlalu dipikirkan ya? Jika bukan sekarang, suatu hari kalian pasti akan mengerti" ujar Laura sembari mengelus kepala mentari dan Virgo. Mentari dan Virgo yang mendengar itu pun mengangguk paham.

Laura menuntun kedua putrinya untuk duduk di dekatnya. Ketika Laura duduk di sebuah kursi panjang, mentari dan Virgo dengan sigap duduk di kedua sisi Laura. Mereka siap mendengarkan penjelasan dari sang ibunda.

"Venus punya penyakit namanya leukimia, atau bisa dibilang penyakit kanker darah. Ayah dan buna awalnya juga kaget waktu dokter bilang Venus punya penyakit kaya gitu, bahkan kami sempat nggak percaya. Tapi gejala yang Venus tunjukan membuat kami sadar dan percaya" jelas Laura, ia menjelaskan dengan cara yang mudah dimengerti. Mentari dan Virgo yang mendengar itu menunjukkan reaksi yang berbeda. Mentari nampak terkejut dan Virgo yang terlihat bingung.

"Apa leukimia itu berbahaya buna?" Tanya Virgo. Laura mengangguk

"Iya sayang, itu sangat berbahaya" jawab Laura.

Mentari kini mencerna semuanya, jantungnya bahkan berdetak dengan kencang. Ia teringat cerita dari teman sebayanya bahwa ada keluarga dari temannya yang mengidap kanker darah. Keluarga dari teman mentari tiada akibat penyakit itu. Mentari takut, sangat takut jika itu terjadi pada Venus. Ia tidak mau kehilangan.

"Venus bisa sembuhkan buna? Pasti bisakan bun?! " ujar mentari. Laura menatap putri sulungnya.

"Untuk itu buna juga tidak tau, tapi kita harus berdoa pada Tuhan agar Venus bisa sembuh" ujar Laura. Mentari tidak merespon, jelas ia akan mendoakan adiknya yang satu itu.

"Kalian jangan kasih tau hal ini sama Venus ya? Sering sering semangatin adik kalian itu" ujar Laura lagi. Mentari dan Virgo mengangguk paham, nampaknya mulai dari usia mereka yang masih muda saat ini. Mereka harus menunjukkan peran seorang kakak untuk adik mereka.

TBC

Nulis apa sih? Kok ada bau bau sad gitu:(

Jangan lupa vote and share ya

See you

Printilan Keluarga Amordan (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang