17

374 52 8
                                    

Dua hari kemudian

Hari yang sama sekali tidak dinanti oleh Laura dan yang lainnya tiba, hari dimana venus akan pergi ke kanada bersama bara untuk pengobatan. Dan kini Laura sedang mengemasi barang barang yang akan dibawa venus seperti memasukkan baju baju venus ke koper, dan lain lainnya. Sedangkan venus sendiri masih sibuk bermain bersama mentari juga virgo, ia masih tidak tau jika ia akan pergi jauh dari keluarganya. Venus pikir bahwa mereka akan jalan jalan saja. Kenapa venus berpikir seperti itu? Karna belum ada satupun orang yang memberi taukan kebenarannya.

"Venus, virgo ayo kesini. Kakak ada sesuatu buat kalian" panggil mentari pada kedua adiknya. Virgo dan Venus menoleh lalu menghampiri sang kakak. Mentari nampak mengeluarkan sesuatu dari kantung celananya. Itu adalah tiga buah gelang yang berbeda beda warna, ada yang putih, pink, dan hitam.

"Kakak membuat ini sendiri untuk kita pakai bertiga, kalian suka? " tanya mentari. Virgo dan Venus menatap gelang buatannya dengan mata berbinar lalu mereka mengangguk pertanda jika mereka menyukai gelang buatan mentari.

"Kakak hebat! Kami sangat suka" seru Virgo. Mentari tersenyum, ia sangat senang jika kedua adiknya menyukai gelang tersebut.

Mentari mulai memasangkan gelang itu pada tangan Virgo dan tangan Venus. Ia memasangkan gelang berwarna pink untuk Virgo dan gelang hitam untuk Venus. Setelah memasangkan gelang ke tangan adik adiknya, mentari memasangkan gelang untuk dirinya yang berwarna putih.

"Jaga gelang itu baik baik oke? "

"Oke! "

Mentari memeluk kedua adiknya itu dengan sangat erat, mereka adalah harta paling berharga dihidupnya setelah ayah Dirga dan ibunda Laura. Virgo dan Venus membalas pelukan kakak mereka itu. Karna larut dalam pelukan hangat antar saudara, mereka tidak menyadari jika sudah ada Dirga di ambang pintu kamar.

"Apa semuanya sudah siap istriku? " tanya Dirga. Laura menatap suaminya itu dan mengangguk lesu. Ia sudah membayangkan bagaimana wajah Venus ketika tau hanya dirinyalah yang pergi.

"Berapa hari kita liburan disana ayah? " tanya Venus. Dirga yang mendengar pertanyaan dari putri bungsunya itu tertegun, manik mata Dirga menatap Laura.

"Ehh, ayo kita pergi" ujar Dirga, karna ia tidak bisa menjawab pertanyaan Venus itu.

Laura mulai menggiring ketiga putrinya untuk menuju ke mobil sedangkan Dirga membawa koper milik Venus. Dirga menghela nafas, bagaimana pun ia harus siap melihat putrinya pergi dengan waktu yang belum bisa ditentukan, tapi yang jelas itu akan membutuhkan waktu yang lama.

***

Skip, di bandara

Kini Dirga bersama keluarganya sudah sampai di bandara. Rasanya begitu berat untuk melangkahkan kaki memasuki bandara ini. Venus dan Virgo berjalan didepan sembari bergandengan tangan, tautan tangan mereka nampak begitu erat. Dirga menelisik sekitar bandara, ia sedang mencari keberadaan bara.

"Kenapa Virgo, kak mentari, ayah dan buna tidak senang? Kita akan liburan! " ujar Venus pada saudara kembarnya. Virgo menatap Venus lalu tersenyum.

"Tidak ada" sahut Virgo. Venus menatap saudaranya bingung namun ia memilih untuk acuh.

"Tuan Dirga! "

Dirga menoleh ketika mendengar seseorang memanggil dirinya, itu adalah bara. Dirga tersenyum dan menyambut bara, ia merentangkan kedua tangannya untuk memeluk asistennya itu. Bara memeluk atasannya sebentar lalu melepaskan pelukan mereka.

"Om bara juga ikut liburan ya? " tanya Venus. Bara yang mendengar itupun menatap Dirga. Dirga mengerti dengan tatapan bara, ia menggeleng.

"Sebaiknya anda jelaskan dulu tuan" ujar bara. Dirga menghela nafas dan mengangguk lalu ia berjalan menghampiri Venus lalu berlutut dihadapan Venus. Dirga meraih kedua bahu Venus dan menatap manik putrinya.

"Venus akan pergi bersama om bara untuk pengobatan di Kanada. Ayah, buna, kak mentari, dan vivi tidak ikut. Venus mau ya pergi sama om bara? Biar Venus bisa sembuh" ujar Dirga. Venus yang mendengar hal itu tertegun, senyuman lebar yang sudah terukir indah diwajahnya sejak awal kini mulai memudar.

"Venus nggak mau ayah, Venus mau disini aja" cicit Venus. Gadis mungil itu menundukkan kepalanya.

"Ini demi diri Venus, ayah dan buna pengen Venus sembuh. Venus tenang aja, suatu hari nanti kalo Venus udah sembuh Venus bakal kembali kesini sama om bara" ujar Laura, ia ikut memberi pengertian kepada putrinya. Venus mendongak dan menatap sang ibunda.

"Turuti ucapan ayah dan buna, Venus harus sembuh! Nanti kita bakal ketemu" sahut mentari. Ia berusaha menyemangati adiknya itu agar Venus tidak bersedih.

"Kami disini akan selalu nungguin Venus kembali, ya? " ujar Dirga. Venus mengangguk pelan

"Tungguin Venus ya? Nanti Venus bakal kembali pas Venus sama vivi ulang tahun! " seru Venus. Dirga dan Laura mengangguk.

"Ayo nona muda"

Venus mulai beranjak mendekati bara, bara segera menggandeng tangan nona mudanya itu sedangkan tangan kiri nya bara gunakan untuk membawa koper Venus.

"Dadah! "

Venus melambaikan tangannya kearah keluarganya lalu berjalan bersama bara menuju pesawat. Dirga, Laura dan kedua kakak Venus membalas lambaian venus. Laura tidak kuasa menahan tangisannya dan menangis dipelukan suaminya. Mentari dan Virgo menatap kepergian adik mereka, mereka tersenyum getir.

"Kita nggak ketemu Venus pasti bertahun tahun ya kak? "

"Iya vir"

TBC

Ilustrasi gelang buatan mentari

HAHAHA el kembali :v. Yap, next chapter kita bakal ketemu dengan mereka versi gedenya. Ingat, pas udah gede ya bukan masih anak anak.

Jangan lupa Vote and share

See you

Printilan Keluarga Amordan (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang