Sore hari
Kini hari sudah sore menjelang malam, Alina dan kedua putranya sudah pulang tiga jam yang lalu. Keluarga kecil Dirga kini sedang berada dihalaman belakang sebab tiga malaikat kecil mereka masih ingin bermain. Dirga dan Laura tentu menemani ketiga putri mereka, mereka melihat bagaimana ketiga malaikat kecil mereka berlari ke sana kemari dengan tawa yang terdengar bahagia. Dirga dan Laura duduk di sebuah kursi yang disediakan di teras belakang.
Sedari tadi Laura terus memandang Venus dengan tatapan yang sulit diartikan. Tatapan itu menggambarkan perasaan sedih dan kecewa. Hati Laura juga ikut sedih, ntah mengapa Laura pun tidak mengerti. Dirga yang melihat itu pun mengenggam tangan Laura membuat sang istri menatapnya.
"Kau kenapa, sayang? " tanya Dirga. Laura menunduk, raut wajahnya tidak bisa dikatakan senang.
"Venus terlihat sangat ceria.. bukan?. Senyumannya terlihat begitu manis, aku hanya takut jika suatu saat aku tak bisa melihat senyum itu lagi" ujar Laura, saat mengatakan hal itu tatapan Laura terus tertuju pada Venus. Dirga juga ikut menatap Venus, melihat bagaimana aktif putri bungsunya itu.
"Jangan berpikir seperti itu, aku yakin Tuhan itu baik. Venus akan terus tersenyum untuk kita" sahut Dirga. Laura tak kuasa menahan tangisnya hingga akhirnya pertahanannya hancur dan ia mulai menangis.
Ada satu rahasia mengenai Venus yang Dirga dan Laura simpan, hanya mereka yang tau. Rahasia yang mampu membuat Laura menangis jika mengingatnya. Rahasia yang ntah sampai kapan akan mereka sembunyikan. Mungkin, rahasia ini akan terungkap dengan perlahan.
"Jangan menangis, anak anak akan khawatir melihat ibu mereka menangis" ujar Dirga, Laura yang mendengar itu menghapus jejak air matanya.
"Ayah! Buna! Venus mimisan! "
Dirga dan Laura terkejut mendengar teriakan mentari. Mereka langsung berjalan menghampiri ketiga putri mereka yang berdiri di dekat pohon yang berada dihalaman belakang rumah mereka. Dirga segera berlutut di hadapan Venus, ia bisa melihat darah segar mengalir dari hidung Venus. Laura yang melihat itu segera membawa mentari dan Virgo untuk berdiri kebelakang ya.
"Venus nggak papa nak?" Ujar Dirga. Dirga mengambil sapu tangan yang selalu ada disakunya dan menghapus darah yang mengalir dari hidung Venus.
"Venus okey ayah! Itu cuman karna Venus menabrak pohon ini" seru Venus. Dirga tersenyum sendu dan mengecup kening putri bungsunya ini.
"Venus nggak nangis karna nabrak pohon? Anak ayah hebat sekali! " puji Dirga. Venus tersenyum dan menunjukkan giginya yang rapi.
"Iya dong, Venus nggak kayak kak mentari sama vivi yang cengeng! " celetuk Venus. Mendengar namanya dibawa bawa membuat mentari dan Virgo mendekati Venus.
"Enak aja! Kita nggak cengeng ya, Venus kan emang aneh" ujar mentari. Venus hanya terkikik karna merasa ia berhasil menjahili kedua kakaknya.
"Vivi itu nggak cengeng tau, kan wajar kalau manusia itu nangis" ungkap Virgo. Venus mengangguk anggukkan kepalanya
"Iya iya, kalian ini cerewet! " celetuk Venus lagi. Setelah mengatakan itu Venus langsung berlari dan ia dikejar oleh kedua kakaknya.
Dirga berdiri disisi Laura, melihat aksi kejar kejaran ketiga putri mereka itu. Mereka tersenyum sendu melihat bagaimana Venus yang terjatuh dan diikuti oleh kedua kakaknya, mentari dan Virgo kompak menggelitiki tubuh Venus hingga tawa Venus terdengar di halaman mereka.
'Senyuman itu harus terus bertahan' - Laura
TBC
Nah loh, kok sad sih? Kok kayak gini sih? EL NGGAK TAU SOALNYA LAGI PENGEN BIKIN YANG SAD SAD HEHE :v
Jangan lupa vote and share
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
Printilan Keluarga Amordan (END)
Humor⚘『Hanya sepenggal kisah dari keluarga kecil dirga-laura bersama tiga putri kecil mereka, mulai dari kecil hingga beranjak dewasa. 』