34

338 36 3
                                    

Malam harinya

Hari sudah malam dan Venus kini berada diluar rumah. Ia ingin mencari angin segar diluar, sebenarnya sang ibunda tidak memperbolehkan dirinya pergi karna ini sudah malam. Terlebih Venus ini seorang gadis, takut ada yang macam macam. Tapi untungnya sang ayah menyangkal hal itu dan mengatakan jika Venus bisa menjaga dirinya sendiri sebab Venus sudah diajarkan ilmu bela diri.

Venus mengendarai mobil milik ayahnya sembari mengitari kota yang ramai walau sudah malam. Sebenarnya Venus takut membawa mobil ini sebab ia masih dibawah umur dan tidak sesuai dengan peraturan, tapi mau bagaimana lagi? Daripada ia bosan di rumah. Mau mengajak orang tua atau saudaranya, mereka semua pada sibuk.

Venus juga sudah meminta dibelikan motor kepada ayahnya dan tentu permintaannya itu dituruti. Ayahnya bilang, motor yang dipinta oleh Venus akan ada dua hari lagi.

Ketika asyik mengendarai mobilnya, Venus tidak sengaja melihat seorang anak laki-laki yang tengah duduk di pinggir trotoar. Anak laki laki itu nampak memakai kaus sedikit lusuh dan celana sebatas lutut, disebelah anak itu juga ada sebuah keranjang berisikan tissue yang Venus tangkap adalah jualan dari anak itu. Karna merasa iba Venus memilih menghampiri anak itu.

Venus memarkirkan mobilnya di tepi jalan lalu keluar. Ia segera menghampiri anak laki laki itu. Venus berlutut di dekat anak itu dan menyamakan tinggi mereka.

"Hai? " sapa Venus dan anak laki laki itu menoleh menatap Venus. Venus tersenyum dan mengubah posisinya menjadi duduk di sebelah anak laki laki itu.

"Nama kamu siapa? " tanya Venus. Anak laki laki itu nampak ragu namun Venus meyakinkan jika ia bukanlah orang jahat.

"Nama aku Dean" jawab anak laki laki bernama Dean itu. Venus mengangguk paham, ia rasa Dean ini berumur kisaran 7 tahun.

"Kamu kenapa disini sendirian? Orang tua kamu dimana? " tanya Venus lagi, namun Dean menunduk sedih membuat Venus heran. Apa pertanyaannya menyinggung anak ini?.

"Aku disini buat jualan kak, aku nggak tau orang tua aku sekarang dimana soalnya dari kecil aku udah hidup di panti asuhan" lirih Dean. Venus tertegun, hatinya tercubit mendengar ucapan Dean.

"Lebih baik kamu pulang ya? Ini udah malem, udaranya dingin nanti kamu sakit" ujar Venus namun Dean menggeleng.

"Nggak bisa kak, kata ibu panti aku nggak boleh pulang kalau belum dapat penghasilan. Tissue yang aku jual juga belum ada yang laku" ujar Dean. Venus yang mendengar itu langsung mengeluarkan dompet miliknya dan mengambil lima helai uang berwarna merah. Uang itu adalah jatah mingguannya, tapi Venus relakan untuk Dean.

"Ambil ini terus pulang ya? " ujar Venus sembari menyodorkan uang itu. Dean yang melihat itu terkejut, bahkan penghasilannya tidak sebanyak itu.

"Ini kebanyakan kak, bahkan penghasilan aku seminggu nggak nyampe segini" tolak Dean secara halus. Namun bukan Venus namanya kalau tidak memaksa, Venus memasukkan uang itu ke kantung di kaus Dean.

"Kakak nggak suka penolakan, udah sekarang kamu pulang ya. Kalau mau jualan jangan sampe malam" titah Venus. Ia melepaskan jaketnya dan ia sangkutkan di bahu Dean supaya anak itu tidak kedinginan.

"Ambil jaket punya kakak biar kamu nggak kedinginan"

"Makasih kak.. Aku baru ini ketemu orang baik kayak kakak. Sekali lagi makasih ya kak, aku pulang dulu" pamit Dean. Venus mengangguk dan tersenyum sendu melihat kepergian Dean.

Seketika ia teringat ucapan Dean yang tinggal di panti asuhan. Berarti, anak anak di panti asuhan bisa di adopsi bukan?.

"Baik Venus, mending lu pulang terus minta orang tua lu buat ngadopsi Dean" ujar Venus pada dirinya sendiri.

Venus segera beranjak menuju mobilnya. Ia segera masuk dan menyalakan mesin lalu menginjak pedal gas dan pulang. Ia akan mengatakan pada orang tuanya untuk mengadopsi Dean karna sebenarnya Venus menginginkan seorang adik. Terlebih Dean itu anak yang lucu dan terlihat baik.

TBC

Uhuyy, udah mulai sepi nih. Maaf ya kalau ceritanya mulai nggak seru.

Jangan lupa vote and share

See you

Printilan Keluarga Amordan (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang