Skip
Kini Dirga duduk di hadapan seorang dokter yang telah memeriksa putri bungsunya. Jantung Dirga berdetak dengan kencang menunggu hasil dari dokter. Dirga berharap jika leukimia yang diderita Venus tidak semakin berbahaya diusianya yang masih sekecil ini. Venus masih memiliki masa depan yang panjang dan impian yang tinggi seperti anak anak pada umumnya. Tak bisa Dirga bayangkan, bagaimana menderitanya anak sekecil Venus yang mengidap leukimia dan sudah berada di stadium akhir. Tentu itu sudah tidak ada harapan lagi bukan? Tinggal menunggu kehendak Tuhan saja.
"Tuan Dirga" Dirga yang semulanya menunduk kini mendongak ketika dokter yang memeriksa Venus memanggilnya. Dokter itu duduk dihadapan Dirga, jantung nya semakin terpacu dengan cepat.
"Bagaimana? Kondisi putriku tidak parah kan? " tanya Dirga. Dokter itu bisa merasakan rasa kekhawatiran yang sangat besar dari seorang ayah untuk putrinya.
"Kondisi putri anda bisa dikatakan baik namun juga buruk, tapi anda tenang saja. Masih ada harapan bagi putri anda untuk sembuh. Tapi.. " dokter itu menggantung ucapannya membuat Dirga penasaran. Mendengar jika Venus masih ada harapan untuk sembuh sudah membuatnya sedikit lega, ingat hanya sedikit.
"Putri anda sebaiknya dikirim ke kanada sebab kanada memiliki kemampuan medis yang luar biasa. Dengan begitu putri anda akan semakin cepat sembuh" sambung dokter itu. Dirga tertegun, ia dan istrinya memang menginginkan Venus untuk sembuh dengan cepat tapi bukan dengan cara mengirim Venus ke tempat jauh.
"Apa tak ada cara lain? Apa rumah sakit ini tidak bisa menyembuhkan putri saya? Saya bersedia membayar berapapun asal putri saya bisa sembuh" ujar Dirga. Dokter itu menggeleng pelan, sekilas ia melirik Venus yang duduk di tepi brangkar sembari menatap ke arah mereka.
"Rumah sakit ini masih memiliki banyak kekurangan tuan, hanya dengan mengirim putri anda ke kanada bisa membuat proses penyembuhan menjadi cepat" jawab dokter tersebut. Dirga yang mendengar itu menatap ke arah Venus, Venus yang ditatap sang ayah melemparkan sebuah senyuman manis. Dirga menghela nafas, tak banyak yang bisa mereka perbuat.
"Baiklah, apa ada yang harus di urus sebelum putri saya pergi ke sana? "
"Saya yang akan mengurus segalanya tuan"
Dirga mengangguk paham. Ia berdiri dan berjalan menghampiri Venus. Dirga segera mengendong putrinya itu dan mengecup pipi Venus. Ia akan membicarakan hal ini dengan istrinya, walau Dirga tau reaksi yang diberikan Laura ketika tau putri nya harus dikirim ke kanada.
"Saya pamit, Terima kasih dokter"
"Sama sama tuan"
Dirga dan Venus mulai meninggalkan ruangan dokter itu. Dirga berjalan sembari mengendong Venus, banyak orang terutama para wanita yang memperhatikan mereka. Dirga tidak memperdulikan hal itu, karna putrinya prioritas utama.
***
Di kediaman dirga-laura
Laura duduk di kursi yang berada di teras rumah. Ia menanti kepulangan suami dan juga putrinya. Mentari dan virgo juga berada didekatnya, mereka menanti kedatangan adik mereka. Laura tak bisa dikatakan dalam kondisi tenang, rasa kekhawatiran yang begitu besar menguasai pikiran serta hatinya. Banyak pertanyaan yang muncul di dalam benaknya. Laura juga berharap jika Dirga pulang dengan membawa kabar yang baik mengenai Venus.
"Buna, kenapa ayah dan Venus lama sekali? Vivi pengen ketemu Venus" ujar virgo sembari menatap sang ibunda. Laura yang dipanggil pun menoleh, ia menatap mata virgo yang mengisyaratkan kegelisahan.
"Sebentar lagi mereka pulang, Vivi yang sabar ya nunggunya? " sahut Laura berusaha memberi pengertian kepada virgo. Virgo yang mendengar itupun mengangguk paham.
Disisi lain, mentari larut dalam pemikirannya. Gadis berusia 8 tahun itu terpikir akan adik bungsunya, siapa lagi kalau bukan Venus Namaari Amordan? Mentari akui jika adiknya yang satu itu tidak sekalem Virgo. Venus itu nakal dan jahil, juga pembangkang. Namun bagaimana pun sifatnya Venus tetap adik kesayangan mereka, mendengar penyakit yang diderita Venus sudah membuat dunia mentari dan virgo seolah hancur.
Mentari juga teringat akan cerita dari temannya yang dimana ada keluarga dari temannya menderita penyakit yang sama seperti Venus. Dan keluarga dari temannya itu tiada karna penyakit itu, mentari takut. Takut jika hal itu terjadi padanya, ia takut kehilangan Venus. Ia sudah bahagia di adopsi keluarga kecil ini, jadi mentari tidak ingin kehilangan keluarga angkat yang sangat berharga.
TBC
Hehehe sorry ya udah dua hari nggak up. Oh iya, besok kalau cerita ini udah mulai masuk dalam versi mentari, virgo, dan Venus dewasa maka cover cerita ini juga bakalan berubah.
Jangan lupa vote and share ya
See you guys
KAMU SEDANG MEMBACA
Printilan Keluarga Amordan (END)
Humor⚘『Hanya sepenggal kisah dari keluarga kecil dirga-laura bersama tiga putri kecil mereka, mulai dari kecil hingga beranjak dewasa. 』