🌻 BAB 3

109 38 0
                                    

"Terkadang, sumber sakit hati terbesar datang dari orang terdekat. Seperti rumah yang seharusnya menjadi tempat pulang paling nyaman, tapi malah menjadi tempat yang paling menakutkan"



🏴‍☠️




Ditengah hiruk-pikuk kota malam ini, perasaan gundah dan pikiran yang berkecamuk memenuhi kepalaku. Dengan lincah aku terus menyalip kendaraan-kendaraan yang ada di kanan dan kiriku. Tidak perduli berapa banyak teriakan dan umpatan yang aku dengar dari pengendara lain. Aku terus memacu motor Bobber Sportster-ku dengan kecepatan tinggi untuk meluapkan emosiku.

Dari jarak 200 meter aku melihat lampu lalu lintas yang beberapa detik lagi akan berubah warna merah, lantas dengan secepat mungkin aku menarik gas motorku lebih kencang lagi, agar terbebas dari lampu merah itu. Namun sialnya, aku terlambat dan menabrak body belakang mobil Mini Cooper milik seseorang tepat berada di depanku.

Brukkk...


Mataku seketika membulat dan napasku terasa tercekat. "Allahuakbar," aku terkejut melihat motor kesayanganku yang tidak sengaja menabrak mobil didepanku.

Pintu mobil itu terbuka, menampilkan sosok seorang laki-laki jangkung dengan kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya yang seperti prosotan anak TK.

"Sorry," setelah mengatakan satu kata yang singkat itu, aku langsung tancap gas pergi melewatinya tanpa memperdulikan lampu lalu lintas yang masih berwarna merah.

Laki-laki itu berdecih. "Dasar cewek liar," ucapnya setelah melihatku meninggalkannya begitu saja.


Bukannya aku tidak ingin bertanggung jawab atas kesalahanku itu. Hanya saja, hari ini sudah terlalu banyak hal yang membuatku muak.

Saat laki-laki itu ingin berbalik masuk ke mobilnya, tanpa sengaja kakinya seperti menginjak sesuatu. Lalu, dengan cepat ia membungkuk mengambil benda yang barusan ia injak. Tanpa di sangka ternyata itu adalah ponsel milik seseorang. Tapi, siapa pemilik ponsel itu? Laki-laki itu menekan tombol power pada ponsel, terpampang wallpaper seorang gadis seperti sedang bermain piano.

"Punya siapa nih?" laki-laki itu mencoba menekan password pada ponsel itu. Tapi, ponsel itu keburu lowbat dan hanya menampilkan layar hitam saja.


"Yah, mati. Gue simpan aja kali ya," lanjutnya sambil memasukkan ponsel itu ke saku kemejanya.



🏴‍☠️



Di dalam rumah, aku melihat ayah tengah bersandar di sofa ruang tamu. Kepulan asap rokok sangat mengganggu indra penciumanku. Sambil menutup hidung dengan tangan kananku, aku melewati ayah dan ingin segera masuk ke kamarku.

"Dari mana aja kamu?" tanya ayah dengan suara baritonnya yang sedikit mengejutkanku.

Aku menghentikan langkahku. "Kerja, dari kafe biasa," ucapku tanpa melirik ayah.

"Kerja di kafe... Mana cukup," ucap ayah yang selalu saja meremehkan pekerjaanku.

Aku sudah mulai jengah. Kali ini aku menghampiri ayah walaupun harus merasakan kepulan asap rokoknya.

"Kan masih ada bengkel motor yah, yang aku jalanin sama Juno sekarang," balasku dengan hati-hati.

"Udah ayah tawarin ke temen, ada yang mau beli," ucap ayah santai sambil memetikkan abu rokok ke dalam sebuah asbak didepannya.

"Bengkel itu mau ayah jual?" aku menggeleng tidak percaya, kali ini ayah sudah benar-benar keterlaluan.

"Iya, buat bayar utang," jawaban ayah berhasil membuat mataku memanas dan dadaku tersentak.

"Enggak! Ayah nggak bisa jual bengkel itu. Bengkel itu udah ada lama sejak sepuluh tahun yang lalu ayah. Ayah ingat, betapa bahagianya ibu dulu waktu ayah mendirikan bengkel itu!"

Ayah segera bangkit dari duduknya. Ia menatapku tajam. "Iya, dan kamu tau Leo siapa yang sudah menghancurkan kebahagiaan itu?"

"KAMU LEO! Sengaja kamu nyuruh ibu buat jemput kamu waktu itu, hah? Kenapa harus ibu kamu yang pergi ninggalin ayah? Kenapa enggak kamu aja yang mati waktu itu? Anak nggak berguna!" ucapan ayah berhasil membuat pertahananku runtuh seketika. Cairan bening dari mataku mengalir tanpa permisi membasahi pipiku.

Setelah mengatakan hal yang begitu menyayat hatiku, ayah bergegas keluar sambil menyalakan motornya.

"INGAT LEO, BESOK ADA ORANG YANG MAU LIAT BENGKEL YANG SUDAH AYAH TAWARKAN!" teriak ayah yang siap untuk menjalankan motornya.

🏴‍☠️

.
.

Follow Instagram @hai.ekaaaa & Tiktok @eka.mayri

REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang