🌻 BAB 18

43 20 5
                                    

🥀
Aku lelah. Aku tidak tahu cara mendeskripsikan lelahku seperti apa. Dan aku tidak tahu, sejauh mana aku kuat untuk tidak menjadi gila.
~


Sepanjang jalan tidak ada perbincangan antara aku dan Jayan, aku sibuk dengan pikiranku. Mobil yang ku duduki ini yang jadi penyebab kematian ibuku. Mobil ini juga yang menjadi sebab ayah membenciku setelah kepergian ibu. Tapi sekarang aku malah dengan santainya duduk manis di dalam mobil kematian ini.

"Arghhh..."

"Eh, lo kenapa?" ucap Jayan panik.

Aku terkesiap, kenapa aku bisa berteriak begini. "Hah? Eh, enggak. Kepala gue tiba-tiba sakit," jawabku sekenanya.

Jayan menepikan mobilnya ke pinggir jalan. Lalu ia menempelkan punggung tangannya di keningku. "Lo sakit? Eh, nggak panas kok," ucap Jayan.

"Gegar otak kali lo, gara-gara kebentur trotoar pas di kejar preman waktu itu," ucap Jayan sambil menangkup pipiku memutar ke kanan dan ke kiri.

Aku menepis tangannya. "Lebay lo. Buruan jalan lagi, ngapain berhenti di sini?!" titahku.

Jayan kembali menjalankan mobilnya. Sesekali ia melirikku dengan tatapan yang sulit ku artikan.

"Ngapain sih, lo liatin gue mulu dari tadi? Naksir lo?" tanyaku

Jayan bergidik. "Dih, ge er amat lo," ucap Jayan.

Aku memutar bola mataku malas. "Terus?" tanyaku mulai gemas.

"Hm, gue mau tanya. Si Zeno itu pacar lo?" Jayan balik bertanya padaku.

"Nggak, cuma temen." Jayan menganggukan kepalanya dan ber oh ria.

"Kenapa? Cemburu?" tanyaku dengan nada menggoda.

Jayan menoyor kepalaku. "Yeh... Kepedean banget lo."

Aku mengeplak lenangannya. "Pusing bego, main toyor-toyor aja kepala gue," balasku kesal.

🏴‍☠️

Tiba di rumah, aku langsung melangkahkan kakiku menuju kamarku. Aku langsung merebahkan tubuhku di atas kasur. Hari ini begitu melelahkan rasanya. Ku coba untuk memejamkan mataku. Namun, bayang-bayang akan kematian ibu waktu itu selalu memenuhi kepalaku.

Jayan, apakah benar dia tidak mengetahui perihal kecelakaan itu? Apakah Titan bekerjasama dengan Jayan untuk menyembunyikan hal tersebut? Tapi, seingatku Titan baru saja pindah tugas ke Bandung. sedangkan kejadian itu terjadi lima tahun yang lalu.

Aku merogoh ponselku yang ada di dalam saku jaketku. Ku cari nomor Titan untuk mengirimkan pesan kepadanya.

Saya :
Besok, saya mau bicara soal kasus tabrak lari itu.

Tidak berselang lama, ponselku kembali berdering menampilkan notifikasi balasan pesan dari Titan.

Titan :
Ok, besok saya tunggu di rumah sakit.

Setelah mendapatkan balasan pesan dari Titan, aku mencoba memejamkan mataku lagi. Tapi, masih saja sulit untuk ku berada di dunia mimpi. Kali ini, aku membuka laci mejaku untuk mengambil satu kotak obat yang terdapat banyak pilihan di dalamnya. Ku ambil satu buah obat tidur yang selalu ku siapkan ketika tubuhku merasa lelah, namun mataku menolak untuk terpejam.

Di dalam kamar, aku memang menyediakan satu buah galon air supaya saat haus aku tidak perlu lagi ke dapur hanya untuk mengambil air minum. Aku langsung menuangkan air minum ke dalam gelas yang sudah ku siapkan di dalam laci mejaku. Lalu dengan segera aku menenguk obat tidur itu.

Untuk beberapa menit, aku sengaja menyetel musik sebagai pengantar tidurku. Tidak lama, rasa kantuk mulai menyerangku, mataku mulai meredup, dan akhirnya menutup sempurna mengantarkanku ke dunia mimpi.

🏴‍☠️
.
.
Follow Instagram & Tiktok @eka.mayri

REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang