🌻 BAB 8

73 29 1
                                    

“Jika cinta pertamaku saja berhasil menggoreskan luka, lalu cinta yang bagaimana bisa membuatku bahagia?”


🏴‍☠️ 



"Aduh... Ini teh si Leo kemana lagi?" gumam Juno khawatir.

Saat Juno baru saja menginjakkan kakinya di bengkel, ia melihat dua orang preman berbadan besar tengah berbicara dengan ayah. Juno sempat menguping pembicaraan mereka. Matanya membulat sempurna tatkala mendengar bahwa bengkel ini akan di jual oleh ayah.

"Ok, jadi deal ya bro," ucap salah satu preman itu sambil menjabat tangan ayah.

Ayah mengangguk sambil membalas menjabat tangan preman itu. "Iya, kalian urus aja nih bengkel. Mau di apain terserah," ucap ayah dengan wajah datarnya.

Setibanya di depan bengkel, aku langsung mendapati Juno yang terlihat cemas berlari ke arah ku. Ia terlihat ngos-ngosan dan wajahnya sudah memerah.

"Kenapa Jun?" tanyaku penasaran.

"Be-bengkel Leo... Bengkel...," ucap Juno terbata-bata.
Aku berdecak kesal. "Apaan Jun, yang jelas kalo ngomong.”

Aku langsung mengedarkan pandanganku ke arah dalam bengkel. Aku melihat ayah bersama dua preman berjalan keluar dari bengkel.

"Ayah!" panggilku.

Ayah dan kedua preman itu langsung menatapku. Satu dari preman itu melirikku dari kepala sampai ujung kaki sambil mengangkat bibirnya tersenyum menggoda.

"Anak lo cakep juga Va," ucap preman itu dengan wajah yang membuatku jijik.

Ayah melirikku ogah-ogahan. "Anak nggak berguna," ucap ayah dengan ketus.

Perkataan ayah sangat melukaiku. Apalagi saat ini bukan hanya ada kami berdua, tapi kedua preman itu juga mendengar perkataan ayah.

Dengan dada yang sudah bergemuruh, aku langsung melangkah mendekati ayah. "Ayah jual bengkel?" tanyaku memastikan.

"Iya," jawabnya ketus.

Emosiku seketika di uji, kedua tanganku sudah terkepal kuat. Jika saja dia bukan ayahku, akan langsung ku hadiahi dengan sebuah tonjokan di wajahnya.

"Kenapa, yah? Kan Leo udah bilang, Leo yang bakal ngurusin bengkel ini sama Juno!" ucapku dengan suara yang mulai meninggi.

Ayah tersenyum mengejek. "Bisa apa kamu Leo? Bisanya cuma nyusahin orang tua aja, cih" sinisnya.

Aku tidak memperdulikan ucapan ayah. Aku langsung melangkah mendekati dua preman itu. Merebut amplop dari tangannya dengan paksa. Amplop itu berisikan surat kepemilikan bengkel, karena aku yang menyimpannya di dalam brankas bengkel ini.

"Ettt... Nih bocah mulai kurang ajar," umpat preman itu.

Ketika salah satu preman itu mencengkram lenganku, langsung saja ku hadiahi sebuah pukulan di rahangnya.

Bughhh...

Preman itu meringis sakit. Ayah sontak kaget melihat kejadian itu langsung berjalan mendekatiku.

Plak!

Ayah menamparku sangat kuat sampai tubuhku hampir terhuyung. Cairan merah kental mewarnai sudut bibirku.

REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang