🌻 BAB 7

81 29 2
                                    

“Tidak ada yang kebetulan dalam sebuah pertemuan. Karena, akan ada satu alasan kenapa kita dipertemukan”

🏴‍☠️ 



Sejak tadi aku mengedarkan pandangan sambil berjalan pelan menuju kamarku. Aku terbelalak kaget melihat kondisi kamar yang begitu berantakan. Seprei yang sudah tidak berbentuk lagi, barang-barang berceceran sampai di depan pintu kamarku. Netraku langsung tertuju pada lemari pakaian. Mataku membulat lebar. Apakah ayah telah mengambil uang tabunganku?

Dengan langkah lebar aku langsung menuju lemari pakaian yang sudah terobrak-abrik. Aku merogoh bagian dalam lemari pakaianku untuk memeriksa uangku. Namun, hanya sebuah amplop coklat yang sudah robek yang ku temukan. Tubuhku mematung sesaat, semua uang tabunganku raib. Ya Tuhan, apalagi ini? Mengapa rasanya hidupku penuh dengan kesialan. Uang itu hasil jerih payah yang aku kumpulan dari hasil kerjaku. Bagaimana aku bisa mendapatkan uang dengan cepat untuk mengganti rugi mobil Jayan yang aku tabrak kemarin? Padahal hari ini tepat seminggu saat perjanjianku kemarin. Ayah begitu tega mengambil semua uang tabunganku. Tidak ada lagi benda yang berharga di rumah ini yang bisa ku jual untuk menghasilkan uang. Apa aku harus menjual motor kesayanganku? Ah, rasanya aku ingin sekali mencekek leher ayah yang sama sekali tidak punya perasaan itu.

Dengan deruh napas tidak beraturan, aku bergumam mengutuk diriku yang tidak berdaya ini. Kenapa ibu secepat itu pergi meninggalkanku bersama ayah yang tidak pernah menganggap keberadaanku lagi? Kenapa aku harus hidup dengan semua penderitaan ini? Kenapa harus aku?

Aku melangkahkan kaki berjalan keluar menuju motor kesayanganku. Ku pandangi lekat-lekat motor yang selalu menemani setiap jalanku. Lagi-lagi aku tidak boleh kalah dengan keadaan. Buru-buru aku menaiki motor dan langsung memakai helm. Segera aku tarik kencang gas motorku. Di pikiranku sekarang hanyalah Zeno. Ya, mungkin saja ia bisa membantuku.

Sesampainya aku di Kafe D'Zero, aku langsung melangkahkan kaki menuju meja kasir untuk menanyakan keberadaan Zeno. Beruntungnya Zeno langsung menampakkan dirinya. Tanpa aba-aba aku langsung menarik tangannya menuju ke pojok kafe.
"Kenapa Leo, kok balik lagi? Ada yang ketinggalan?" tanya Zeno.

"Gue lagi butuh uang, bisa pinjamin gue, kak?"

"Kenapa? Ada masalah?" tanya Zeno dengan raut wajah cemas.

"Gue kemarin nabrak mobil orang, jadi harus ganti rugi benerin tu mobil. Janjinya sih hari ini, tapi uang gue hilang," jawabku lemas.

"Butuh berapa?" tanya Zeno cepat.

"Lima juta, nanti lo bisa potong dari gaji gue aja.”
"Ok, gue transfer. Em... Tadi kok gue telpon yang angkat malah cowok?" tanya Zeno penuh selidik.

"Ponsel gue disita sama yang punya mobil, buat jaminan."

"Hm... Nih, udah gue transfer," ucap Zeno sambil menunjukkan bukti transfer di ponselnya.

Aku melirik kearah ponselnya, "Thanks ya. Gue pamit dulu mau ke bengkel. Jangan lupa potong aja dari gaji gue," ucapku sambil beranjak dari tempat duduk dan langsung keluar menuju motorku.

🏴‍☠️


Cengkeraman erat pada gas motorku dengan deru napas yang memburu membuat emosiku memuncak. Dengan mudahnya aku menyalip beberapa kendaraan yang menghalangiku. Kali ini, aku tidak ingin kehilangan jejak lagi.

REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang