🌻 BAB 14

59 23 1
                                    

“Matanya memang tidak bisa berbicara, tapi bisa bercerita”


🏴‍☠️ 


Awan hitam kembali datang menutupi langitnya. Langitpun perlahan merubah warnanya. Mendung sudah menjadi teman tatkala aku memandangi pusara di hadapanku.

Untuk kesekian kalinya aku mengunjungi nisan bertuliskan nama Kaluna Dinara, ialah bidadari pelindungku yang telah lama pergi sejak lima tahun lalu. Tapi, sekarang nisan ini tidak lagi sendirian, cintanya sudah datang untuk menemuinya. Tepat di sebelah pusara bidadariku, terpahat sebuah nisan baru bertuliskan nama Devara Atmaja, dialah ayahku.

Dulu aku berpikir setelah kehilangan ibu, aku harap ada sayap pelindung yang selalu menjagaku dari sosok seorang ayah. Namun, sekarang ayah juga pergi meninggalkanku.

Apakah Tuhan mengutukku atas segala hal yang terjadi padaku? Setelah mengambil ibu, mengapa Tuhan juga mengambil ayahku? Apakah ayah begitu membenciku? Sampai secepat itu ia pergi menyusul ibuku.

Luka yang terpahat di hatiku terbuka lagi dan bertambah ketika ayah juga pergi meninggalkanku. Meskipun sekarang semua luka bisa ku pendam sendiri, tapi aku tidak bisa menahan rindu kepada ayah dan ibuku. Mereka sudah sangat jauh, tidak bisa ku genggam lagi jemarinya dan tidak bisa ku rasakan lagi hangat dekapannya.

"Ayo pulang!" seseorang menepuk pundakku.

Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling pemakaman, suasana sudah mulai sepi, orang-orang sudah banyak beranjak pergi. Hanya ada aku, Jayan, Titan, dan Juno yang masih setia menemaniku. Aku melangkah dengan perasaan hancur meninggalkan area pemakaman.

"Jun, motor gue lo bawa aja!" titahku pada Juno.

Juno berdiri menatapku heran. "Mane teh mau ngapain?" tanya Juno bingung. Aku hanya mengangkat kedua bahuku tidak tau.

"Kamu ikut saya aja!" sahut Titan yang berjalan lebih dulu di depanku.

"Nggak! Mending lo jagain Kevin. Gue nggak pa-pa," tolakku pada Titan.

Tepat di gerbang pemakaman, aku kembali memutar tubuhku menatap sendu makam kedua orang tuaku dari jauh. Rasanya bukan lagi separuh hatiku yang pergi, tapi semuanya telah hilang bersama kepergian ayah dan ibu.

"Mau ikut gue ke suatu tempat?" tanya Jayan tiba-tiba.

"Disana lo bisa luapin semua beban pikiran lo, gue jamin!" ucapnya serius. Aku berpikir sejenak, menimang ajakannya. Lalu aku mengangguk setuju.

🏴‍☠️



Hamparan warna-warni bunga seolah memanjakan netraku yang sejak tadi begitu lelah. Ku pandangi setiap bunga bermekaran indah bersama senja yang menemaniku. Entah dimana kami berada dan seberapa jauh Jayan membawaku pergi ke tempat ini.
Untuk beberapa saat, tidak ada perbincangan antara aku dan Jayan. Sepertinya, ia membiarkanku untuk menikmati setiap hembusan angin yang menerpa wajahku.

Aku menolehkan pandangan ke arah Jayan. "Kenapa tempat ini?" tanyaku. Jayan balik menatapku. Mata itu... Kenapa seolah mengingatkanku dengan tatapan seseorang? Saat netra kami beradu, tatapannya begitu menenangkanku.

“Lo tau? Bunga-bunga yang ada di hadapan lo ini semua bakal layu dan mati silih berganti. Tinggal tunggu waktunya aja. Bagi yang tulus merawatnya pasti bakal ngerasa sedih banget kalo bunganya pada layu, apalagi sampai mati. Tapi, setelah itu bakal tumbuh lagi dari tunas yang baru, bahkan bisa jadi lebih indah dari bunga sebelumnya.”

“Nah, ketika kita kehilangan seseorang yang berharga dihidup kita, maka kita juga harus belajar untuk hidup dengan cinta yang mereka tinggalkan, bukan malah semakin terpuruk. Mereka yang meninggalkan bakalan jauh lebih sedih kalo misalkan lo nya ogah-ogahan buat lanjutin hidup," ucap Jayan panjang lebar.

Aku masih diam dengan pikiranku. Dibenakku, banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang ingin ku lontarkan. Skenario apalagi yang akan Tuhan mainkan untuk hidupku setelah ini? Apakah aku akan baik-baik saja, ketika dunia memaksaku untuk hidup sebatang kara? Apakah masih ada secercah kebahagiaan untukku?

Aku terlalu lelah untuk menatap ke depan. Pelan-pelan aku menyandarkan kepala di bahu Jayan, menutup mataku, merasakan aroma maskulin di balik tubuhnya yang cukup menenangkan hati. "Pinjam bentar bahu lo," ucapku dengan mata terpejam.

🏴‍☠️
.
.

Follow Instagram @hai.ekaaaa & Tiktok @eka.mayri

REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang