"Monster yang kalian ciptakan ini adalah hasil dari rasa sakit hati dan hilangnya kepercayaan karena terlalu banyak memendam rasa trauma yang membuatnya kehilangan arah dan kendali"
🥀
"LEO...!"Atensiku teralihkan ketika suara laki-laki menggema di ruangan yang meremang ini. Derap langkah kaki yang nyaring mengiringi tiga orang laki-laki yang tampak cemas berjalan mendekatiku.
"Oh waw, rupanya ada pahlawan ke malamam ya!" ucapku seraya tersenyum miring.
"Jasmine..." ucap Zeno lirih.
Aku mengeratkat lengan ke leher Jasmine dengan pisau yang siap menancap pada lehernya ketika Titan bergerak melangkah ke arahku. "Berani lo maju, gue gorok nih leher!" ucapku nyalang kepada Titan.
"Leo, mane teh kenapa jadi kayak gini?" Juno menggeleng tak percaya.
"Oh, jadi Lo yang kasih tahu mereka, Jun. Gue kira lo sahabat gue. Ternyata... Bisa-bisanya lo berkhianat!"
"Cukup Leo! Jauhkan pisau itu! Jangan bertindak di luar batas!" titah Titan seraya melangkah pelan mendekatiku.
Aku menodongkan pisau ke arah Titan. "STOP! Selangkah lagi lo maju, gue nggak segan-segan langsung gorok leher dia."
"Gue mohon Leo, gue mohon lepasin Jasmine, gue mohon," ujar Zeno seraya bersimpu di arah kaki ku.
"Kalian semua orang-orang munafik!"
"Mmm...mmm..." Jasmine memberontak, goresan yang ku ukir di wajahnya terasa perih terkena cairan bening yang mengalir dari matanya.
Aku menarik rambut Jasmine, membuat wajahnya mendongak. "Diam! Sekali lo gerak gue tambah goresan di wajah lo!"
DORRR...
Titan menembak senjata apinya ke langit-langit ruang yang temaram ini, soktak membuat beberapa orang di ruangan ini menutup telinga seraya terkejut.
Titan menodongkan pistolnya ke arahku. "Wow, Pak Polisi udah mulai beraksi. Lo liat Jasmine, semua orang mau melindungi lo," ucapku menyeringai.
Tap... Tap... Tap...
Terdengar suara langkah kaki seseorang mendekati ruangan yang mencekam ini. Semakin nyaring, semakin sekat. Dan...
"Jasmine!"
"Mmm... Mmm..." Jasmine melotot kaget, ingin berbicara namun apalah daya mulutnya masih tertutup rapat oleh lakban.
"Hai sayang," ucapku seraya menggoda.
"Leo, lo...?" Dada Jayan berdegup sangat kencang kala melihat tubuh Jasmine yang bergetar serta darah yang mengalir dengan tetesan air matanya.
"Kenapa? Kaget ya?" balasku dengan nada manja.
"Ada dendam kesumat apa sih lo sama adek gue? Lo nggak lebih dari sekedar monster!"
"Haha... Monster ya?" Aku mengeratkan lenganku lebih kencang lagi ke leher Jasmin, membuat Jasmine batuk tertahan oleh mulut yang tertutup lakban serta wajah yang memerah padam.
"Bahkan monster yang kalian lihat ini adalah orang yang sudah kalian sakiti hatinya dan bohongi kepercayaannya. Monster ini udah banyak memendam sakit dan trauma sampai membuatnya kehilangan kendali."
"Gimana rasanya ngeliat monster yang udah kalian ciptain ini?" ucapku nyalang. Emosiku memuncak dengan napas yang naik turun tak beraturan. Pisau yang ku genggam semakin erat, ingin segera ku mainkan ke tubuh Jasmine lagi.
Kening Jayan berkerut tak mengerti. "Ma-maksud lo apa Leo?"
"Leo, juahkan pisau itu! Atau saya nggak akan segan-segan tembak kamu!" sahut Titan memperingati.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE
Teen Fiction[Belum di Revisi] "𝙅𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙥𝙚𝙧𝙣𝙖𝙝 𝙢𝙚𝙣𝙮𝙖𝙠𝙞𝙩𝙞𝙠𝙪, 𝙟𝙞𝙠𝙖 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙞𝙣𝙜𝙞𝙣 𝙖𝙙𝙖 𝙣𝙖𝙢𝙖𝙢𝙪 𝙙𝙖𝙡𝙖𝙢 𝙢𝙞𝙨𝙞 𝙗𝙖𝙡𝙖𝙨 𝙙𝙚𝙣𝙙𝙖𝙢𝙠𝙪." Bagi seorang gadis bernama Leonara, tidak ada keadilan dalam hidupnya. Dunianya...