🌻 BAB 26

41 8 2
                                    

🥀
Separah apapun lukanya, tolong jangan ungkit lagi masalahnya.
~

"Jayan!" Pak Arga menghampiri Jayan yang memasak mie instan di dapur.

"Why, pa?" Jayan menyahuti tanpa menoleh karena masih sibuk mengaduk mie yang sedang ia masak.

"Kamu sudah hubungi adik kamu Jasmine? Dia belum pulang," ucap Pak Arga yang terlihat khawatir. Sedari pagi memang Jasmine meminta izin ke Pak Arga untuk pergi bersama temannya, dan akan pulang di sore hari. Tapi nyatanya sudah hampir jam sembilan malam, Jasmine belum menampakkan dirinya.

"Paling juga lagi nonton sama teman-temannya pa. Bentar lagi juga pulang tuh anak."

"Kok perasaan papa nggak enak ya. Coba deh kamu cari adikmu, tanyain ke teman-temannya. Saolnya papa telepon nomornya nggak aktif," raut kekhawatiran begitu nampak di wajah Pak Arga. Sekarang perasaannya sangat tidak enak, takut terjadi apa-apa dengan anak gadisnya itu.

"Iya pa, entar Jayan cari. Mau makan mie dulu nih," ujar Jayan yang sudah menyendokkan mie ke dalam mulutnya.

🏴‍☠️

Zeno tampak tidak tenang di dalam kamarnya. Sudah berulang kali ia menghubungi Jasmine, namun sayangnya nomor yang dihubungi malah tidak aktif. Sejak sore tadi Jasmine belum menghubunginya lagi. Padahal tadi Zeno sempat ingin mengantarkannya pulang, tapi Jasmine menolaknya. Ia memilih untuk menaiki taksi online saja.

Zeno mencari nomor Titan untuk menghubunginya. Siapa tahu ia bisa mendapatkan info keberadaan Jasmine.

"Hallo, iya kenapa?" ucap Titan di seberang sana.

"Lo, lagi sama Jasmine nggak?" suara Zeno terdengar khawatir.

"Enggak, bukannya tadi pulang sama lo?"

"Dia tadi nggak mau gue anter. Gue tungguin dia naik taksi online," balas Zeno yang sudah tampak gusar.

"Oh," ucap Titan singkat.

"Ya udah kalo lo nggak tau, gue coba cari dia aja," Zeno menutup telponnya. Percuma ia menghubungi Titan, sebab orang itu juga tidak mengetahui keberadaan Jasmine.

🏴‍☠️

Jasmine berada di sebuah gedung tua yang sudah lama tidak di tempati. Sudah hampir dua jam setelah Jasmine menaiki taksi online, ia belum tersadar dari tidurnya. Kaki dan tangannya telah terikat oleh tali. Tak lupa dengan mulutnya sudah di tutup dengan lakban. Di dekatnya terdapat dua laki-laki berbadan besar dengan tato ular di lengan sedang menjaganya.

Jasmine mulai sedikit menggerakkan tubuhnya. Ia membuka matanya lebar-lebar ketika melihat kondisi tangan dan kakinya telah di ikat. Dan teriakannya tertahan oleh lakban di mulutnya.

"Udah sadar nih cewek," ucap salah satu laki-laki berbadan besar itu.

Jasmine terus memberontak, menggerak-gerakkan tubuhnya. Dua laki-laki itu tersenyum menyeringai ke arah Jasmine. Tampak raut ketakutan di wajah Jasmine. Kedua laki-laki itu sangat menyeramkan.

"Hai, Jasmine!" ucapku seraya berjalan santai ke arah Jasmine. Jasmine terbelalak kaget melihat kehadiranku di sana.

"Kenapa? Kaget ya?" Jasmine masih tediam membeku melihatku. Matanya memerah dan sudah mulai berkaca-kaca.

"Masih ingat kan siapa gue? Apa perlu gue kenalin lagi siapa gue?" ucapku basa-basi dan memberi kode kepada dua laki-laki yang berada di dekat Jasmine untuk membuka lakban di mulut Jasmine.

"Kenapa kamu lakuin ini, Leo? Apa salah aku?" ucap Jasmine tidak menyangka.

Aku tersenyum miring melirik Jasmine yang berlagak sok polos itu. "Emm, salah lo ya?" ucapku tampak berpikir.

Aku mendekat ke arah Jasmine dan mencengkram erat dagunya. "Lo lupa, atau pura-pura lupa ha? Lo udah bunuh ibu gue!" teriakku di depan wajah Jasmine.

Jasmine tampak ketakutan dan tubuhnya mulai bergetar. "A-aku nggak ngerti maksud kamu."

Aku melepaskan cengkraman tangan di dagu Jasmine. Ku pandangi wajah itu. Muak! Muak sekali aku melihat wajah sok polos itu.

PLAKKK...

Pipi mulus Jasmine tampak memerah akibat tamparan keras dariku.

"Lo masih mau ngelak, setelah apa yang udah lo lakuin!"

Sekujur tubuh Jasmine bergetar hebat, air matanya mengalir deras setelah merasakan tamparan dariku.

"Lima tahun yang lalu, lo ingat?" ucapku sambil menodongkan pisau lipat ke dagu Jasmine. Matanya melirik takut ke arah pisau yang ku tempelkan ke dagunya.

"Seorang wanita mengendarai motor vespa di Jalan Abadi yang sepi di siang itu, lo ingat? Lo tabrak wanita itu. Dan lo tinggalin gitu aja tanpa sedikitpun belas kasih. Lo pergi ninggalin dia yang terkulai lemas bersimbah darah. Dan akhirnya meregang nyawa. Lo tau? Wanita itu ibu gue!" jelasku berteriak kencang dengan emosi yang meledak-ledak.

Lagi Jasmine terbelalak kaget mengetahui kenyataan itu. Mulutnya terasa keluh untuk berkata-kata. Dan baru saja ia mengetahui kenyataan bahwa ia telah membunuh seorang wanita yang tak lain adalah ibuku.

"Kenapa? Lo baru ingat Jasmine?" aku tersenyum menyeringai. Pisau yang ku tempelkan ke dagunya, sedikit ku tekan ujungnya hingga menimbulkan sedikit darah segar sampai membuat Jasmine meringis.

"Sakit ya? Wajah cantik lo ini gue cium pakai pisau!"

"Ma-maaf Leo. A-aku minta maaf," Jasmine membuka mulutnya yang bergetar.

"Telat! Maaf lo nggak bisa balikin ibu gue ke dunia lagi. Dan sebagai gantinya, lo juga harus ngerasain apa yang gue rasain!" aku menggoreskan pisau itu ke pipi Jasmine. Sedikit, hanya sedikit goresan.

"Arghhh... Sa-sakit, Leo."

"Sakit ini belum seberapa dari yang gue rasain. Lo tau! Setelah lo bunuh ibu gue, gue juga ikut terbunuh. Mental gue hancur. Bertahun-tahun gue tersiksa dan bertahun-tahun gue menderita. Gara-gara lo, ayah gue jadi tempramental. Dia selalu nyiksa gue. Dan itu semua karena lo! Brengsek!"

"Arghhh..." aku menggoreskan lagi pisau itu ke pipi Jasmine.

Pipi mulus itu sekarang sudah di hiasi warna merah dari darah Jasmine. Ringisan dan isak tangis Jasmine menggema di ruangan ini.

"LEO...!"

🏴‍☠️
.
.
Follow Instagram & Tiktok @eka.mayri

REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang