🌻 BAB 19

42 22 2
                                    

🥀
Jangan pernah membuka luka yang sudah lama mengering
~

"Mama Leo!" Panggil seorang anak kecil yang duduk di hospital bed sambil di suapi bubur oleh ayahnya.

Aku berjalan ke arahnya sambil menyunggingkan senyum tatkala ia merentangkan kedua tangannya seraya ingin memelukku. Pelukan hangat dan kecupan singkat di keningnya seolah menambah kebahagiaan bagi anak kecil itu.

"Ummm... Anak ganteng, makannya lahap banget ya sekarang," ucapku seraya menangkupkan kedua tangan di pipi mungilnya yang mengembung.

"Iya dong ma, hali ini kan Kevin pulang," ucapnya dengan riang.

Aku sedikit terkejut mendengarnya. "Oh, ya?" Tanyaku sambil melirik Titan yang berdiri di sampingku. Titan menganggukan kepalanya tanda mengiyakan ucapan Kevin.

"Bukannya kamu hari ini mau ke Lombok?" Tanya Titan seraya memberikan air minum Kevin.

"Ada urusan yang lebih penting dari itu!"

Mengerti akan ucapanku, Titan melangkah mendekati sofa di sudut ruang rawat Kevin. Ia mengambil amplop cokelat yang ada di dalam tas kerjanya.

"Ini ada beberapa petunjuk yang saya dapatkan tentang kejadian waktu itu," ucap Titan seraya membuka amplop yang sedari tadi ia keluarkan.

Aku berjalan mendekati Titan, dan mendudukan diri di sebelahnya. Beberapa lembar berkas sudah Titan jejerkan di atas meja di hadapan kami. Aku membaca tiap lembaran berkas itu dengan teliti.

Memang benar, pada hari kejadian itu ayah sudah memberikan laporan kepada pihak yang berwajib. Namun, kasus itu tidak bisa di lanjutkan karena tidak cukup bukti dan pemilik mobil meminta agar kasus itu segera di tutup. Yang menjadi masalah di sini, bukan nama Jayan sebagai pemilik mobil yang terlapor melainkan nama Jasmine.

"Jasmine?" ucapku melirik Titan.

Titan menganggukkan kepalanya pelan. "Iya, tapi menurut keterangan dari pihak polisi yang menangani waktu itu, Jasmine bersama seorang laki-laki," jelas Titan.

"Kamu tau Jasmine?" Lagi-lagi Titan menganggukkan kepalanya menyetujui ucapanku.

"Adik Jayan. Lebih tepatnya Jasmine itu kembaran Jayan."

"Ha?" beo ku cengo.

"Tapi kita nggak bisa menuduh Jayan, karena menurut penuturan Jayan, waktu itu dia sedang berada di Belanda," ucap Titan sambil menatapku lekat-lekat.

"Saya tahu, kamu sahabat Jayan. Tapi tolong jangan sembunyikan apapun dari saya. Saya cuma mau keadilan buat almarhumah ibu saya. Cuma itu!" Tuturku yang tak sadar telah menggenggam tangan Titan.

Titan memperhatikan tangannya yang masih ku genggam. Seketika aku melepaskan genggaman itu.

"Ma-maaf," ucapku sambil menunduk.

Titan mengangkat daguku dengan telunjuknya agar tidak menunduk dan menatapnya.

"Saya akan bantu kamu, asal kamu nggak gegabah mengambil keputusan," ujarnya menatap mataku yang mulai berkaca-kaca.

Kreeek...

Pintu ruangan tiba-tiba terbuka menampilkan Jayan lengkap dengan sneli putih dan stetoskop di lehernya.

"Sorry, ganggu ya?" ucap Jayan ingin kembali menutup pintu ruangan, namun di tahan oleh panggilan Kevin.

"Om Jay, sini. Lihat pesawat-pesawat Kevin!"

Jayan melangkah mendekati Kevin yang sibuk dengan mainan pesawatnya. "Coba om periksa dulu sebelum Kevin pulang," ucap Jayan seraya menempel stetoskop ke dada Kevin.

"Kevin sehat kan om? Kevin udah bosen di sini," ucap Kevin sambil mengerucutkan bibir mungilnya.

"Iya, Kevin sehat kok dan akan semakin sehat kalo Kevin nggak bandel," balas Jayan sambil menyentil pelan hidung Kevin.

Jayan mengalihkan pandangannya padaku dan Titan yang masih duduk di sofa.

"Bukannya lo mau ke lombok hari ini?"

Aku menggeleng. "Nggak jadi, ada urusan!"

Jayan terkekeh pelan. "Urusan pacaran, sama papanya Kevin?!" ucap Jayan seraya meledek.

"Bukan urusan lo," jawabku ketus.

🏴‍☠️

Zeno mengambil bagian business class untuk penerbangannya hari ini ke Lombok. Ia sedikit kecewa lantaran aku membatalkan untuk ikut bersamanya. Mau bagaimana lagi, urusanku lebih penting dari pada hanya ke Lombok bersama Zeno.

Cuaca cukup bersahabat untuk penerbangan siang ini. Beberapa awak kabin pesawat sudah ada yang mengantarkan makanan ke para penumpang. Zeno nampak terbelalak ketika seorang pramugari mengantarkan makanan untuknya.

"Jasmine!" ucap Zeno yang tengah menatap Jasmine lekat-lekat.

Tak kalah dengan Zeno, Jasmine pun terlonjak kaget sampai satu buah air mineral jatuh menggelinding dari nampan yang ia bawa.

"A-Adit!" Jasmine ingin pergi meninggalkan Zeno yang masih menatapnya, namun buru-buru tangannya di cekal oleh Zeno.

"Udah lama nggak ketemu, kamu makin cantik aja," ucap Zeno

"Lepas Adit!" Jasmine berusaha melepaskan cengkraman tangan Zeno.

"Sini duduk!" Zeno sedikit menyeret tubuh Jasmine agar duduk di sebelahnya.

"Kamu apa kabar? Selamat ya, cita-cita kamu udah tercapai," ucap Zeno dengan senyum yang menampilkan lesung pipinya.

Jasmine enggan menatap Zeno, ia mengalihkan pandangannya ke samping dengan tangan bersilang di depan dada.

Zeno tidak menyerah, ia menyentuk pundak Jasmine seraya mengarahkan Jasmine ke hadapannya. Tatapan mereka beradu, Zeno dengan senyum merekah di bibirnya, sedangkan Jasmine masih dengan amarah di raut wajahnya. Netra indah Jasmine berkaca-kaca tatkala tatapan Zeno tak lepas dari netranya. Buliran bening sudah membasahi pipi mulus Jasmine.

"Hei, kenapa nangis?" Tanya Jayan dengan raut wajah panik.

Isak tangis Jasmine kini semakin kencang, beruntungnya mereka sekarang berada di business class, tidak banyak yang menghiraukan. Zeno membawa Jasmine ke dalam dekapannya untuk menenangkan gadis itu.

"Kamu jahat Dit, jahat!" Jasmine terisak sambil memukul-mukul dada bidang Zeno.

"Maaf..." lirih Zeno.

"Kamu udah buat aku hampir gila dan hampir mati Adit. Aku benci kamu!" Kini Jasmine tidak lagi memukuli dada Zeno, beralih Zeno yang menangkup wajah Jasmine dan mengusap buliran bening di pipi Jasmine.

"Aku minta maaf. Waktu itu aku mabuk, aku khilaf," ujar Zeno penuh sesal.

Tangis Jasmine semakin menjadi. "Kenapa kamu pergi ninggalin aku? Dan nomor kamu nggak bisa di hubungi lagi waktu itu."

"A-aku bingung. Apalagi setelah kejadian itu... Aku juga kacau Jasmine," jawab Zeno sambil menggenggam tangan Jasmine.

"Kamu jahat, Adit!"

🏴‍☠️
.
.
Follow Instagram & Tiktok @eka.mayri

REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang