Marsha

4.2K 244 6
                                    


"Detik ini kita putus!"

Seruan membahana itu mengundang setiap pasang mata yang tengah berada di kantin sekolah.

Nada suara yang tinggi mencuri perhatian siswa lain yang juga tengah mengisi perut mereka di jam istirahat.

Seorang cowok terpaku di depan Marsha, gadis yang baru saja mengucapkan empat kata itu.

Namanya Lucas, cowo itu hanya mampu terdiam sambil mencengkeram dua gelas jus mangga di tangannya. Tidak terima kata-kata itu harus keluar dari mulut sang kekasih.

"Ma-maksud kamu?" tanya Lucas.

Marsha melirik arloji di pergelangan tangannya. Lalu memperlihatkannya pada Lucas, tapi ternyata Lucas tidak mengerti apa maksud Marsha melakukan hal itu.

"Lo telat satu menit lebih. Padahal tadi gue bilang, lo cuma punya waktu sepuluh menit buat beliin gue jus mangga itu."

Lucas melongo. Tidak percaya bahwa hal kecil itu yang membuat Marsha memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengannya.

Lagipula kalau memang Marsha keberatan dengan waktu yang ditentukan olehnya, maka seharusnya Marsha memarahi penjual jus-nya, bukan dirinya. Lucas ingin mengatakannya hal itu, tapi tidak berani.

"Maaf, tadi agak ngantri. Ini aja aku sampai nyerobot antrian biar lebih cepat. Supaya kamu bisa minum jus kamu ini."

"Ga usah banyak alesan. Pokoknya detik ini kita putus! Lo sama gue gaada hubungan apa-apa lagi."

Cengkeraman di kedua gelas itu menguat. Lucas merapatkan giginya. Masih tidak terima keputusan sepihak itu.

"Tapi kan kita baru pacaran dua hari. Kamu ga bisa main putus gitu aja sama aku. Aku ga mau."

Marsha mengendikkan bahunya. Tidak peduli. "Dua hari itu terbilang lama, Lucas. Sebelum sama lo, gue sama Floran bahkan cuma pacaran ga sampai setengah hari. Kita putus soalnya tiba tiba motor si Floran mogok pas mau nganterin gue pulang."

"Tapi aku ga kaya dia. Motor aku ga akan mogok. Aku bisa jamin. Aku juga bisa kasih kamu apapun yang kamu mau. Kamu tinggal minta, nanti aku beliin. Tapi tolong, jangan putusin aku."

Sontak saja Marsha berdecih sinis, Kenapa kebanyakan cowok selalu mengandalkan apa yang dimilikinya saat ingin diputuskan? Seolah-olah itu adalah alasan kenapa kekasihnya memilih menetap di sampingnya.

"Lo pikir gue ga punya duit?" tanya Marsha sarkas.

Buru-buru Lucas menggeleng. Bukan itu maksudnya. Hanya saja... Ia memang tidak ingin putus, Dan tidak memiliki apapun lagi yang bisa menjadi pembelaannya.

Siapa pun tahu Marsha adalah primadona di sekolahnya. Siswi paling cantik yang selalu berhasil membuat kaum Adam berlomba-lomba untuk memilikinya.

Mereka rela menjadi bahan percobaan. Dijadikan kekasih hanya dalam waktu sehari, kemudian diputusin.

Tidak masalah. Karena selama mereka berhasil menggenggam tangan seorang Marsha, maka itu sama seperti keberhasilan mereka memegang sebuah piala besar. Piala bergilir lebih tepatnya. Yang hanya disentuh oleh para pemenang.

Lucas senang bukan main saat Marsha, menerima pernyataan cintanya tanpa pikir panjang. Ia adalah salah satu dari sekian banyak orang yang terlahir dari keluarga berkecukupan.

Memenuhi kebutuhan Marsha bukanlah masalah baginya. Itu hal mudah. Kelebihan yang ia kira akan membuat Marsha menetap lebih lama di sampingnya.

Sayang, Lucas lupa, bahwa yang namanya piala bergilir tidak bisa dimiliki oleh satu pemenang selamanya.

Marshauwu // Fresha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang