hancur sudah

1.7K 244 26
                                    






Esoknya.

Marsha bersenandung santai dengan kedua kaki yang melangkah tenang menuju kelas Feerel. Ada beberapa cowok yang menatapnya terang-terangan, tapi Marsha memilih meneruskan langkah tanpa mempedulikan tatapan orang lain.

Di depan pintu kelas Feerel, Marsha sudah memasang senyum paling lebar dan paling manis yang dimiliki olehnya, bersiap menyambut Feerel dengan senyuman itu, tapi ketika melongokkan kepalanya ke dalam, ia tidak melihat Feerel yang biasanya di jam-jam segitu sudah ada di kursinya. Hanya ada Ollan yang duduk di kursinya.

Buru-buru Marsha mengambil langkah mendekat dan berhenti di depan meja Ollan. Ia menoleh ke sana ke mari, mencari-cari Feerel yang mungkin saja sedang mengobrol bersama temannya yang lain, walaupun sepertinya itu tidak mungkin.

"Feerel ke mana? Lagi pergi ke toilet? Atau lagi beli sesuatu di kantin?" tanya Marsha.

Ollan langsung menatap Marsha. Dan Marsha terlihat bingung melihat raut wajah Ollan yang terlihat sangat mengenaskan di matanya.

Cowok itu biasanya terlihat jauh lebih ceria daripada Feerel, selalu memasang wajah tengil yang menyebalkan, tapi kali ini Marsha tidak melihat raut itu di wajah Ollan.

Raut Ollan kali ini terlihat sangat aneh. Dan entah kenapa Marsha merasa tidak nyaman melihat raut seperti itu. Seolah-olah Ollan sedang menyembunyikan sesuatu dan akan menumpahkannya. Biasanya itu adalah kabar buruk.

"Eh, lo tau ngga? Kemarin gue itu sama Feerel abis kencan seharian." Marsha berusaha mengabaikan perasaan tidak nyaman dalam dirinya. Memilih mengalihkan perhatian dengan membicarakan hal lain.

"Kita berdua nonton film horor di bioskop, terus makan, terus baliknya pergi ke taman bermain anak-anak, terus makan eskrim berdua, terus pas malam kita pergi ke pasar malam. Pokoknya puas banget deh." Marsha terkekeh geli. Membayangkan hari kemarin yang berjalan begitu menyenangkan bersama Feerel.

Tapi sialnya ceritanya yang menurutnya sangat menarik itu justru tidak membuat Ollan berubah rautnya.

Marsha mulai kesal. Ia melipat kedua tangannya di depan dada. Memandang Ollan serius.

"Lo tuh kenapa sih mukanya kaya gitu? Jangan bikin gue ngerasa ngga nyaman dong? Cepat kasih tau gue Feerel ada di mana? Dia lagi ke toilet, kan?" Lalu bola mata Marsha membesar. Membayangkan satu kemungkinan terburuk yang entah bagaimana bisa muncul di pikirannya.

"Jangan-jangan Feerel sakit?" tanyanya berubah cemas.

Ollan menghela napas. Mengembuskan perlahan. Mau disembunyikan bagaimanapun juga, pada akhirnya nanti Marsha pasti akan mencari tahu sendiri. Ia akhirnya memilih berdiri. Segera keluar dari kursinya dan menarik tangan Marsha menjauh.

Ollan membawa Marsha keluar kelas, mencari suasana yang lebih sepi agar dirinya bisa berbicara lebih leluasa dengan Marsha.

Tapi karena ada beberapa orang yang masih berdiri di depan kelas sebelum bel berbunyi, Ollan akhirnya menarik Marsha semakin jauh. Menuruni anak tangga, dan berhenti tepat di lantai yang ada tengah-tengah anak tangga.

"Ngapain sih pakai narik-narik gue segala?" tanya Marsha melepaskan tangannya dari cekalan Ollan.

Cowok itu terlihat kembali mengembuskan napas. "lya, Feerel sakit," kata Ollan.

Wajah Marsha kembali terlihat cemas. Marsha tiba-tiba merasa bersalah mendengar Pengakuan dari Ollan. Berpikir bahwa mungkin sakitnya Feerel di akibatkan karena dirinya yang kemarin memaksa cowok itu menghabiskan waktu seharian dengannya.

"Tapi udah periksa ke dokter belum? Dia demam atau gimana?" tanya Marsha.

"Janji dulu sama gue kalau lo bakal tenang. Setelah gue ceritain semuanya, gue mau lo tetep tenang dan ngga heboh."

Marshauwu // Fresha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang