yang sabar ya Sha.

1.8K 242 15
                                    







Gila!

Gue pasti udah bener-bener gila!

Feerel hanya bisa bergumam pada dirinya sendiri ketika melihat gadis itu nmenghampiri kursinya dan berhenti tepat di depan mejanya dengan bibir yang melengkungkan senyum lebar. Tepat di jam istirahat.

Marsha sama sekali tidak berbicara untuk beberapa saat. Tapi senyum di bibirnya dan kehadirannya membuat Feerel berhasil mengingat kejadian kemarin di apartemen gadis itu.

Sungguh, Feerel sendiri tidak menyangka bahwa dirinya akan melakukan hal itu. Tapi senyum kemenangan di bibir Marsha membuatnya semakin yakin bahwa yang kemarin itu benar terjadi bukan hanya mimpi belaka.

Kemarin, selepas mencuri ciuman dari Marsha, Feerel langsung pamit pulang begitu saja. Begitu keluar dari apartemen Marsha, Feerel tahu kehidupannya yang memang sudah jungkir sejak kedatangan Marsha, kini akan semakin bertambah parah.

"Rel." Gadis itu akhirnya buka suara. Meloloskan dengusan kasar yang sejak tadi ditahan oleh Feerel.

Sudah pasti Marsha memang tidak akan diam begitu saja setelah semua yang terjadi. Gadis itu pasti akan berkoar dan mengatakan ini itu kepada semua orang. Itulah Marsha.

"Harus kita publikasikan sekarang juga ngga sih?" tanya Marsha.

Nah, kan.

Feerel sudah menduganya bahwa Marsha tidak akan diam-diam saja.

"Publikasi apaan?" Malah Ollan yang menanggapi ucapan Marsha. Dibuat terheran-heran sejak tadi karena dua oknum di dekatnya yang tingkahnya terlihat sangat aneh.

Marsha tersenyum-senyum seperti baru saja mendapatkan lotre, sedangkan Feerel selalu menghindari tatapan Marsha sejak gadis itu datang.

"Jadi, Llan...." Marsha sengaja menggantungkan kalimatnya. Memandang Ollan sekilas kemudian kembali memandang Feerel untuk melihat bagaimana reaksi cowok itu. Ia hampir terbahak melihat Feerel yang lagi-lagi mendengus kesal.

"Jadi ... gue itu udah pacaran sama Feerel," sambung Marsha.

Hening.

Benar-benar hening.

Ollan mengerjapkan mata. Menatap Feerel tidak percaya.

Namun, keheningan itu tidak berlangsung lama. Ollan langsung menepuk bahu Feerel. Memaksa Feerel agar mau menatapnya.

"Rel, ini anak satu lagi kesambet apa sih? Jam istirahat dateng-dateng ke kelas kita terus bilang kalau dia udah pacaran sama lo. Bohong kan dia?"

Demi apapun. Feerel juga inginnya mengelak, sama sekali tidak ingin membenarkan hal itu. Tapi mau ditaruh di mana harga dirinya kalau ia malah menolak membenarkan hal itu padahal kemarin ia sendiri yang memulai dan mengajak Marsha berpacaran.

Feerel juga tahu dirinya tidak bisa menganggap bahwa yang kemarin terjadi adalah sebuah kesalahan. Pada dasarnya, memang Marsha yang bergerak lebih dulu. Ia memang hanya terpancing dan ikut tertantang mendengar banyaknya rentetan perkataan Marsha yang menghujani telinganya. Pada akhirnya ia juga tetap bergerak, dan Marsha hanya mengikuti alur.

Dan, ya, diamnya Feerel membuat Ollan menyimpulkan bahwa itu adalah jawaban yang paling diinginkan oleh Marsha.

"Gila sih gila. Ini benar-benar gila. Jadi sebenernya yang kena pelet itu Marsha atau lo? Gimana bisa lo tiba-tiba pacaran sama nih anak aneh satu? Padahal selama ini lo jelas-jelas nolak dia berulang kali dan ga pernah mau nganggap dia ada." Ollan memijat pelipisnya yang tiba-tiba terasa pening. Tidak sepenuhnya mengerti dengan apa yang terjadi.

Marshauwu // Fresha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang