kejutan dan awal baru

3.1K 351 109
                                    






Satu minggu setelah sadar, Feerel sudah diperbolehkan untuk pulang. Marsha dan Ollan mengantarkan Feerel dan ibunya untuk pulang ke rumah.

Ibu Feerel, Tamara. Mengatakan bahwa dirinya sudah menyewa sebuah rumah, sengaja ia sewa karena tidak bisa pulang ke rumah orang tuanya. Selain lokasi yang cukup jauh dari sekolah Feerel yang mungkin menyebabkan Feerel akan kesulitan beraktifitas, juga karena kondisi orang tuanya yang sudah sangat tua.

Bahkan Tamara juga mengatakan bahwa selama Feerel dirawat di rumah sakit, ia sama sekali tidak memberitahu kedua orang tuanya. Tidak ingin membuat mereka khawatir. Ia hanya mengatakan bahwa Feerel sedang sakit. Itu saja.

Feerel sendiri tidak mempermasalahkan hal itu. Ia juga tidak ingin membuat kakek neneknya khawatir. Lagi pula masalahnya memang tidak sesederhana itu.

Rumah yang Tamara sewa adalah rumah sederhana di sebuah pemukiman. Dengan satu lantai dan halaman yang cukup luas. Ketika mereka sampai, Feerel merasa baru saja menghirup udara paling segar yang selama ini dinanti olehnya. Lega luar biasa karena tidak harus pulang ke rumah ayahnya lagi.

Begitu membayar taksi, Tamara berjalan lebih dulu. Ollan ikut membantu membawakan barang-barang Tamara dan meletakkannya di teras depan. Sementara Marsha berjalan di samping Feerel.

"Rumahnya kecil, tapi semoga nyaman buat kita berdua," kata Tamara ketika Feerel sampai di teras depan.

"Ngga apa-apa, Bunda. Rumahnya bagus kok, aku suka." Feerel tersenyum lebar. Ia berjalan ke arah ibunya yang berdiri tepat di depan pintu, memeluk ibunya.

Wanita itu tersenyum lebar. Balas memeluk putranya. Hanya beberapa saat dan langsung melepaskannya untuk membuka pintu.

Bagian dalamnya ternyata jauh lebih luas dari apa yang terlihat di luar. Ada ruang keluarga, dua kamar, satu kamar mandi, dan dapur.

Marsha menuntun Feerel untuk duduk di salah satu sofa, diikuti oleh Ollan. Sementara Tamara berjalan ke salah satu pintu di sana. Membukanya.

"Ini kamar kamu. Semua barang-barang yang ada di rumah lama udah Bunda pindahin ke sini. Termasuk keperluan pribadi kamu dan barang-barang sekolah kamu. Semuanya udah bunda tata dibantu sama Ollan juga. Jadi kalau nanti kamu udah benar-benar sehat dan udah siap ke sekolah, kamu ngga perlu kerepotan. Dan Ollan juga siap buat anter jemput kamu nanti."

Tamara tersenyum lagi. Sangat lebar. Itu adalah senyuman yang selalu Feerel ingin lihat sejak dulu. Terlihat bebas dan tanpa beban.

Feerel menmandang Ollan. "Makasih ya, Llan. Lo udah banyak banget bantu gue sama nyokap gue selama ini."

Ahh, ya. Kalian mungkin ingin tahu. Ollan ini adalah orang kedua yang tahu ketika Feerel sadar. Begitu Marsha pulang malam itu, kebetulan ia datang bersama kedua orang tuanya untuk menjenguk Feerel. Malam itu ia bahkan sampai menginap di rumah sakit untuk menemani Feerel. Jadi bisa dibilang, peran Ollan untuk kesembuhan Feerel juga cukup penting.

Marsha yang melihat senyum tulus di bibir Feerel untuk Ollan merasa tidak terima. Ia cemberut. "Gue juga, gue juga mau dapet senyum itu," rengek Marsha yang duduk di samping Feerel.

Feerel hanya terkekeh pelan. Sungguh suasana hatinya benar-benar menjadi sangat baik setelah sadar, setelah ibunya mengatakan bahwa dirinya sudah mengurus perceraian. Ia merasa seperti sudah dibebaskan dari penderitaan yang selama ini mengekangnya. Dan Marsha juga menjadi salah satu orang yang menemaninya.

Ia mengulurkan tangan untuk menepuki kepala Marsha. "lya, makasih juga buat lo karena udah nemenin gue di rumah sakit selama gue dirawat. Anak baik," pujinya di akhir kalimat.

Marshauwu // Fresha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang