ini bencana

1.7K 210 10
                                    






Gila!.

Marsha sudah pasti memang beneran gila!

Itulah yang ada di pikiran Feerel saat melihat gadis itu berdiri di depan kelasnya begitu sekolah bubar.

Sudah Feerel duga bahwa keputusannya mengganggu Marsha kemarin di halaman belakang sekolah memanglah sebuah kesalahan besar.

Seharusnya ia tidak perlu melakukan itu. Tiga hari tanpa gangguan dari Marsha membuat hidupnya tenang bukan main, dan ketenangan itu terancam hilang sore ini.

"Rel, dia ngapain di depan kelas kita?" tanya Ollan turut mengikuti arah pandang Feerel yang sedang memperhatikan Marsha di depan kelas.

Feerel sengaja menunggu sampai kelas sepi untuk bisa pulang dengan tenang, tapi sekarang dia malah bertemu dengan Marsha yang tidak akan pernah memberi ketenangan dalam hidupnya.

"Gatau," sahut Feerel.

"Jangan-jangan dia pacaran sama anak kelas kita. Itu kan belum pernah tuh. Barang kali di sini ada cowok yang dengan gobloknya nembak dia."

Ya, sebenarnya itu bisa-bisa saja, tapi entah kenapa firasat Feerel mengatakan bahwa bukan itu alasan kenapa Marsha berada di depan kelasnya saat ini.

"Tapi-tapi, di kelas ini kan cuma tinggal kita bedua. Kayaknya dia salah kelas, deh."

Kayaknya engga. Feerel menambahkan dalam hati.

Ia bangkit dari kursinya. Mengambil tas dan disampirkan di bahu kanan. Menunggu Marsha pergi adalah hal yang paling mustahil untuk saat ini, jadi daripada ia terus berdiam diri di kelas yang jelas tidak berguna, tidak ada salahnya mengabaikan Marsha dan tetap pulang seperti biasanya.

Walaupun tentu saja tidak akan berjalan lancar.

Ketika akan melewati Marsha, lengan Feerel dipegang. Bukan dengan Ollan tentu saja.

Mau tak mau Feerel akhirnya menghentikan langkah dan menatap gadis itu.

"Ngapain lo nyentuh gue?" tanyanya dingin.

Bukannya menjawab, Marsha malah nyengir lebar. Membuat Feerel jijik setengah mati.

"Halo, Feerel."

Dan sapaan itu sukses membuat bulu kuduk Feerel berdiri. Rasanya ingin menghilang saja dari muka Bumi ini.

Tidak apa-apa pindah planet. Tidak apa-apa jika ia bahkan tidak bisa bertahan selama satu menit di planet lain, mungkin itu lebih baik daripada berurusan dengan Marsha.

"Dari mana lo tau nama gue?" tanya Feerel tajam.

Reaksi Feerel itu persis seperti dugaan Marsha dan menjadi reaksi yang sangat dinantikan oleh Marsha. Reaksi terkejut sekaligus marah di waktu bersamaan.

Marsha terbahak dibuatnya. Ia melepaskan pegangan, hanya diam di tempatnya sambil menatap Feerel gemas.

"Gue tanya sekali lagi, lo tahu nama gue dari mana?" Feerel mengulangi pertanyaannya. Kali ini dibalas kekehan geli oleh Marsha.

"Kenapa sih harus semarah itu? Lo tuh harusnya ngasih apresiasi ke gue, karena buat tau kelas lo, gue harus keliling gedung tiga dan ngintip setiap kelas satu per satu. Berhenti di sini karena gue lihat muka lo yang duduk di kursi paling depan di ujung sana. Gue bahkan bolos dua puluh menit sebelum jam pelajaran terakhir selesai. Gue bilang ke gurunya kalau gue sakit perut."

Itu jelas bukan Jawaban dari pertanyaan Feerel, dan yang lebih menjengkelkan adalah Marsha persis seperti penguntit yang begitu mengerikan.

"Oh, iya. Soal nama lo, tadi gue nanya sama salah satu anak yang keluar dari kelas lo." Seolah ingin memastikan, Marsha memajukan tubuhnya.

Marshauwu // Fresha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang