sebuah permintaan maaf

1.7K 225 9
                                    







"Nih!"

Marsha menyerahkan selembar uang seratus ribuan kepada Feerel yang sudah duduk di kursinya.

Seisi kelas Feerel seolah sudah terbiasa setiap kali melihat Marsha berjalan melewati pintu kelas mereka dengan santai dan berhenti di kursi Feerel.

Pandangan para cowok tertuju pada gadis itu, tapi Marsha seolah hanya melihat bahwa di kelas itu hanya ada Feerel.

Tangannya mengambang di udara. Feerel tidak mengambil uang itu, dan hanya fokus pada ponsel di tangannya.

"Duit buat apaan, Sha? Feerel ada utang sama lo?" Ollan yang menyuarakan isi kepalanya karena penasaran kenapa tiba-tiba Marsha datang ke kelas dan langsung menyerahkan selembar uang kepada Feerel.

Tapi Marsha tidak melihat Ollan di sana. Matanya hanya menatap Feerel. Ia juga tidak menanggapi ucapan Ollan sama sekali.

"Ini buat ganti uang lo yang semalem. Gue ngga mau punya utang sama lo, jadi gue bayar aja. Biar gue bisa fokus ngejar lo tanpa kepikiran sama utang."

Barulah Feerel menatap Marsha. Ia memasukkan ponselnya ke kolong meja. Membiarkan tangan gadis itu tetap mengambang di udara.

"Ngga usah gue bilang," kata Feerel. Mengulang kalimatnya yang semalam. Saat Marsha menanyakan tentang apakah Feerel harus mengganti uang ganti rugi atau tidak dan Feerel mengatakan bahwa Marsha tidak perlu menggantinya.

Marsha meletakkan uang itu di atas meja Feerel karena Feerel tidak mau menerimanya.

"Semalem setelah lo pergi, gue masuk lagi ke dalam minimarket buat minta maaf sama karyawan yang sempet ribut sama gue. Mereka bilang ada tujuh barang yang rusak, dan lo harus ganti hampir seratus ribu."

Tunggu-tunggu!

Feerel menyipitkan mata. Apa Marsha baru saja mengatakan bahwa semalam gadis itu sempat minta maaf pada petugas minimarket selepas dirinya pergi? Apa ia tidak salah dengar?

Seorang Marsha, mau minta maaf setelah membuat keributan besar-besaran? Feerel tidak mengerti.

Apa selepas dirinya pergi gadis itu tidak sengaja terbentur sesuatu? Atau memang kebetulan otaknya saat itu sedang bekerja dengan cukup baik sehingga dia mau meluruhkan harga dirinya untuk meminta maaf? Tapi apa pun itu, tetap saja Feerel terkejut.

Feerel bertanya, "Jadi lo minta maaf?"

Marsha mengangguk malas. "Abisnya lo keliatan marah banget sama gue. Sampai ceramah panjang lebar segala di depan mata gue, di pinggir jalan pula. Jadi gue pikir ngga ada salahnya juga gue minta maaf ke karyawan semalem, daripada lo makin gamau berhubungan sama gue karena ngira gue itu ngga terdidik."

Ahh, begitu. Feerel sedikit mendesah kecewa.

Rupanya memang sangat tidak mungkin seorang Marsha mau meminta maaf atas apa yang dilakukan olehnya.

Gadis itu bahkan tidak menyadari apa kesalahannya, dan sengaja meminta maaf semata-mata karena orang lain, bukan karena sadar dirinya perlu melakukan itu.

Tidak tahu malu, pikir Feerel.

"Lo tuh harusnya malu. Karena berani-beraninya minta maaf ke orang lain cuma karena gue. Lo pikir gimana perasaan dua karyawan itu kalau tahu ternyata permintaan maaf lo ngga tulus? Padahal mungkin aja mereka udah seneng banget waktu tau lo sadar dan minta maaf ke mereka."

"Apa salahnya sih? Lagian cuma soal permintaan maaf doang. Mereka juga ngga akan berpikir kaya gitu."

Itulah Marsha.

Marshauwu // Fresha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang