tanaman kering

1.8K 236 17
                                    





"Kita tuh harus pacaran ngga sih, Rel? Gue mau deh punya pacar pinter kaya lo."

"Ogah!" tolak Feerel cepat.

Marsha terbahak mendengar penolakan Feerel yang terlalu cepat. Ketakutannya tiba-tiba hilang. Ia menghampiri Feerel dengan langkah cepat. Cowok itu menjauh kemudian duduk di sofa. Menyingkirkan semua benda yang ada di atas sofa dan melemparkannya ke lantai begitu saja.

Ada majalah, baju Marsha, selimut, bahkan celana Marsha juga ada. Dan untungnya tidak ada celana dalam atau apa pun yang sejenis itu.

Kondisi apartemen Marsha sangat berantakan. Kalau disuruh mencari tahu apakah ada yang lebih berantakan dari apartemen Marsha, maka Feerel akan dengan pasti mengatakan bahwa tidak ada.

Selama hidupnya, apartemen Marsha adalah yang paling berantakan. Bahkan kondisi kamar Ollan yang tidak terurus pun tidak jauh lebih berantakan, daripada kondisi apartemen Marsha.

Padahal mewah, tapi berbagai macam sampah ada di sana. Feerel hanya bisa menggeliat jijik saat harus mengabsen berbagai macam kekacauan yang ada di sana.

Mulai dari rak sepatu yang tidak teratur. Ada beberapa sepatu yang terjatuh di lantai, dan yang lainnya dibiarkan menumpuk atau diletakkan dengan posisi yang tidak sejajar.

Padahal meletakkan sepatu di rak adalah hal yang paling mudah. Kita hanya perlu menenteng dua sepatu sekaligus kemudian meletakkannya bersamaan. Tapi Marsha bahkan tidak bisa melakukan hal itu.

Di sisi lainnya, tepatnya di pintu masuk dapur, ada tong sampah yang isinya sudah ke mana-mana. Kalau kalian tadi sempat mengira bahwa kaleng dan dua bungkus sampah makanan ringan yang ada di lantai adalah satu-satunya sampah maka kalian salah besar.

Tong sampah milik Marsha benar-benar sudah tidak bisa menampung lebih banyak sampah lagi. Sudah terlalu penuh sampai isinya ikut keluar-keluar.

Di balkon apartemen yang jendelanya dibiarkan terbuka, ada dua buah kursi dan satu meja.

Bukan itu yang menarik perhatian Feerel, melainkan beberapa tanaman hias yang ada di sana.

Tanaman itu kering, nyaris mati. Sepertinya Marsha bahkan tidak pernah mau merepotkan dirinya untuk menyiram tanaman itu.

Lalu, yang terakhir adalah kondisi sekeliling. Ada banyak sekali pakaian kotor dan buku-buku yang diletakkan di tempat-tempat asal.

"Kok lo bisa hidup kaya gini?" tanya Feerel mengembuskan napas lelah. Tidak bisa membayangkan kalau ia harus tidur di dalam apartemen yang kondisinya seperti milik Marsha. Sudah pasti ia jauh lebih memilih untuk tidur di lobi apartemen saja.

"Ya, emangnya kenapa? Gue ngga pernah bersih-bersih soalnya. Biasanya seminggu sekali ada pembantu dari rumah gue yang gue minta buat datang ke sini. Nah, nanti dia tuh yang beresin semuanya. Tapi minggu ini dia belum datang, mungkin besok atau lusa."

"Emangnya lo ngga bisa kalau rapiin semuanya sendiri?"

"Mungkin bisa, tapi ogah."

Feerel benar-benar tidak habis pikir bagaimana cara Marsha hidup. Gadis itu selalu menjadi primadona di sekolahnya. Menjadi yang paling cantik dan selalu berhasil menarik perhatian para cowok. Tapi siapa sangka kehidupan pribadinya benar-benar mengenaskan.

Feerel bertanya-tanya, kok bisa Marsha hidup di lingkungan yang sangat berantakan?

"Lo tuh perempuan." Feerel mengeluarkan kalimat paling masuk akal yang ada di kepalanya.

Ada banyak sekali orang yang menggunakan fakta itu untuk menegur, dan meskipun tidak boleh dibenarkan, Feerel tetap menggunakannya.

"Setiap cowok harus bisa yang namanya ngeberesin kamar sendiri, tapi perempuan juga harusnya bisa lebih baik dalam ngelakuin itu. Ngga cuma merhatin penampilan semata, lo juga harus merhatiin kondisi tempat lo tinggal. Seenggaknya kalau ruangan lo selalu bersih, itu jadi kenyamanan tersendiri buat lo."

Marshauwu // Fresha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang